Setelah dijemput dari desa dan dinikahi, pada akhirnya nasib buruk tetap menimpa Danastri. Faktanya, ia dijemput dan dinikahi hanya untuk dijadikan sebagai rahim pinjaman bagi istri Sanungga.
Setelah Sanungga dan istri pertamanya mendapat dua anak kembar dengan proses fertilisasi in-vitro pada Danastri. Danastri diperlakukan baik kemudian diajak berlibur oleh Sanungga yang memberikan malapetaka lain bagi Danastri. Danastri akhirnya didorong jatuh dari tebing sampai nyawanya terenggut.
Tapi ternyata, Danastri terlahir kembali dan berhasil melarikan diri sebelum proses infiltrasi dimulai, yang mengejutkan adalah ia tetap hamil anak kembar!
"Jadi, apakah si kembar dikehidupan sebelumnya benar-benar anakku?!" Gumamnya tidak percaya.
Disamping itu, pembalasan dendam dari Danastri, tetap berjalan sedikit demi sedikit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serigala Kecil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keterkejutan
*
*
Danastri dan adik Jevi saling menatap dan tertegun satu sama lain, sampai Serga yang sedikit jauh dari Danastri, yang sedang mengobrol dengan orang berteriak, meneriakkan nama Janitra, bukan hanya Danastri yang terkejut, tetapi semua orang yang hadir bahkan lebih terkejut.
Semua orang langsung berkerumun dan Danastri jelas terdorong, untungnya Jevi menahannya dan membiarkannya ke belakangnya, langsung berhadapan dengan adik Jevi, bahkan saling bersentuhan.
"Cepat! Kenapa kalian diam saja?! Bekerja!" Pekik Jevi emosi pada anak buah dan anak didiknya yang malah diam. Paling tidak suka dengan situasi dikerumuni seperti ini. Siapa yang tahu ada yang berniat jahat atau tidak, sulit melihatnya.
Membuat anak buah dan anak didiknya langsung bergegas menahan orang-orang yang ingin mendekati Jevi serta adiknya.
Orangtua Danastri tahu Jevi dari keluarga Janitra, tapi tidak tahu ternyata mereka sepopuler ini sampai dikerumuni orang.
"Tenang! Apa-apaan kalian?! Bukankah ini perjamuan pembukaan resmi Heavenly hotel?! Kami juga datang sebagai tamu undangan! Berhenti mengerumuni kami!" Teriak Jevi dengan tatapan tajamnya. Auranya jelas berubah, tidak seramah dan sehangat sebelumnya pada Danastri. Membuat semua orang berhenti dan mulai mundur satu persatu.
"Herman, bawa Danastri ke tempat yang luas dulu. Jangan sampai dia kekurangan oksigen karena kerumunan ini. Kehamilannya berpengaruh, dia bisa pingsan." Bisik Jevi pada Ayah Danastri, membuatnya langsung membawa Danastri yang masih diam saling menatap dengan adik Jevi, memutuskan kontak mata.
Meninggalkan adik Jevi yang masih menatapnya dengan pandangan bertanya-tanya. Terlebih pada perutnya yang terlihat buncit. Tapi rautnya tetap datar dan dingin di permukaan. Ia jelas bisa menutupi perasaan dan keingintahuannya.
"Ada apa, Ardan? Kenapa kau menatapnya terus?" Tanya sekertaris sekaligus temannya tersebut. Bertanya pada adik Jevi, yakni Gardana Janitra.
"Apakah dia yang merebut hotel ini darimu? Basuki, ternyata kau kalah oleh seorang gadis kecil? Terlebih... Dia hamil? Coba kau cari informasi tentangnya selengkap mungkin." Ucap Gardana menatap tajam Basuki, membuatnya justru tertawa kecil, tidak takut sama sekali.
"Kenapa penasaran dengannya? Dia dilindungi oleh kakakmu! Jelas tidak akan bisa kau ganggu." Balas Basuki seraya memutar kedua bola matanya.
Benar. Jevi melindungi Danastri ketika Ayah Danastri menceritakan semua hal yang terjadi pada keluarganya. Termasuk melindungi identitasnya yang memenangkan banyak uang, merebut hotel heavenly, dan beberapa hal kecil lainnya.
Itulah kenapa asisten Sanungga tidak bisa menemukan informasi tentang siapa yang memenangkan saham, siapa yang memenangkan Zack, dan siapa yang membeli heavenly hotel. Karena Jevi benar-benar menyembunyikan semuanya dengan baik.
Meski Jevi tidak melanjutkan perusahaan, tapi ia jelas masih punya hak tentang hal-hal yang bersangkutan dengan kuasa keluarga Janitra. Keluarganya tidak membeda-bedakan hak dan kasih sayang, jelas adalah keluarga harmonis meski berpengaruh. Hanya pendidikan yang lebih keras dan aturan yang ketat, untuk hal lainnya, keduanya dibebaskan.
"Oh dia? Jadi kesibukanmu dengan kakakku selama ini adalah melindungi dan menjaga dia? Cih! Akhirnya kau mengungkapkannya sendiri!" Desis Gardana sinis.
"Ahahaha, lagipula kau sudah bertemu dengannya." Balas Basuki tertawa dan mengedikkan bahunya acuh.
"Meski begitu, aku ingin informasi tentangnya selengkap mungkin! Jangan membantah lagi, kalau tidak mau dipecat!" Ucap Gardana, mengeluarkan ultimatum yang jelas tidak bisa Basuki tolak, membuatnya pasrah menerima tugas tersebut.
Setelahnya, keduanya fokus lagi pada Jevi yang masih berteriak, memarahi kerumunan. Membuat keduanya saling pandang dan maju untuk menghentikannya.
"Kakak, jangan buang tenaga, ayo pergi saja, bukankah kak Herman juga sudah pergi? Biarkan saja Basuki yang mengaturnya disini." Ucap Gardana seraya menepuk bahu Jevi. Membuatnya yang mau berteriak lagi, seketika menghentikan niatnya.
Adiknya benar, ia juga bahkan lelah berteriak beberapa kali. "Yasudah, Basuki, atur semuanya disini. Bilang pada mereka, Danastri butuh istirahat, jadi Kau dan orang-orang Danastri harus mengaturnya dengan baik. Jangan sampai mereka kecewa." Jelas Jevi mengedikkan dagunya.
Basuki yang jelas-jelas datang kesana untuk berlibur, hanya bisa mengangguk dengan hati frustasi karena gagal libur dan bersenang-senang.
Setelah melihat Basuki menganggukkan kepalanya, Jevi dan Gardana pergi dari restoran hotel dan pergi ke tempat dimana Danastri berada. Jelas adalah kantornya yang dibuat seperti kamar santai atas request an Danastri pada Serga.
*
"Nduk, tidak apa-apa kan? Apa ada yang sakit? Bagaimana pernafasanmu?" Tanya Ayahnya langsung tiga pertanyaan, dengan raut khawatir. Disampingnya, sang ibu yang menggendong Wudira juga menatapnya dengan khawatir.
Apalagi ketika keduanya melihat Danastri yang terlihat melamun meski ditanya oleh keduanya, membuatnya semakin dikhawatirkan.
"Nduk?" Panggil ibunya seraya menyentuh bahunya.
Membuat Danastri akhirnya mengerjapkan kedua matanya, sadar dan menatap kedua orangtuanya dengan bingung. Ia bahkan tidak sadar ia sudah ditarik keluar dari kerumunan sampai ibunya memberitahunya.
"Tri baik-baik saja, pak, bu. Sedikit pusing, bisakah kalian membawaku pulang saja?" Tanya Danastri beralasan. Ia hanya enggan bertemu dengan banyak orang saat ini. Kejutan barusan, membuatnya benar-benar merasa tidak nyaman.
"Baiklah, ayo pulang saja. Apa kau kuat berjalan? Mau bapak gendong saja?" Tanya Ayahnya khawatir, begitupula ibunya yang mengangguk.
"Gendong saja oleh bapak ya? Ibu khawatir, nduk." Timpalnya setelah mengangguk setuju dengan Ayah Danastri.
Danastri tersenyum kecil, kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, bantu Tri berjalan saja." Jawabnya.
Lantas, keempatnya berjalan beriringan keuar dari hotel, menyapa resepsionis untuk memberitahu Jevi jika keluarganya kembali ke rumah, kemudian pulang dengan langkah pelan.
Begitu sampai, Danastri langsung memasuki kamar diantar oleh Ayahnya, dan ibunya memasuki dapur membuatkan teh hangat untuk Danastri. Dira sangat baik, ia menemani Danastri di tempat tidur. Membuat Danastri memeluknya.
Sesungguhnya, ia menahan gemetar sejak awal bertemu Gardana. Pikirannya kacau, itulah kenapa ia merasa pusing. Kepalanya terus bertanya, dan hatinya terus membenarkan beberapa hal.
Perihal Gardana yang merupakan orang pada malam itu. Danastri demgan jelas ingat wajahnya di pagi hari ketika Gardana dengan dingin memberinya cek senilai 50 juta. Membiarkannya sendirian.
Kemudian keduanya bertemu lagi kali ini, dan dia adalah adik dari pamannya, Jevi. Selain itu, ternyata Jevi daei keluarga Janitra, jadi adiknya jelas-jelas adalah Gardana Janitra kan? Apalagi Jevi pernah bercerita jika adiknyalah yang meneruskan perusahaan milik keluarga.
Memikirkan ini, kepala Danastri jelas semakin pusing. Dengan tubuh gemetar, ia memeluk Dira dan perlahan terlelap tanpa mengganti baju, sepatu hak tingginya pun dilepaskan oleh sang Ayah saat itu.
"Bagaimana Tri, pak?" Tanya ibunya begitu sampai di depan pintu dengan teh hangat ditangannya.
"Bu, tidak baik, entah kenapa, tapi badamnya terus gemetar. Mungkinkah putri kita demam?" Tanya Ayahnya cemas.
"Dira? Apakah di dalam? Kalau demam, bawa Dira keluar, jangan sampai tertular demamnya." Ucap ibunya ikut cemas. Tapi jangan sampai dua anaknya demam bersamaan. Sangat tidak nyaman, keduanya jelas akan merasa sedih.
*
*
terus melakukan program bayi terus hamil kembar
lah nanti di juga hamil kembar
besar kemungkinan dia hamil anaknya sendiri dengan pria asing tersebut