"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14. Hari Anniversary Pernikahan
Setelah cukup membersihkan diri, dengan mandi dan berendam sebentar di bathtub. Kimberly segera keluar dari kamar dengan sudah mengenakan pakaian rapinya. Hari ini dia ada pergi bekerja. Mengantarkan beberapa pembeli dan menyelesaikan beberapa pekerjaan di kantornya.
Saat langkah Kimberly tiba di tangga pertama dan mulai menuruninya satu persatu, tampak oleh matanya, Dania sedang duduk di meja makan sembari menyeruput secangkir kopi.
Kimberly segera berjalan menghampiri Dania, duduk di sampingnya. "Udah dari tadi, Ma?" tanya Kimberly basa-basi.
Sambil tak mengalihkan pandangannya dari ponsel yang dipegangnya, Dania dengan santai menyeruput kopi dari cangkirnya sebelum segera memberikan balasan.
"Iya, udah lumayan. Tadi mama kebangun jam empat, nggak bisa tidur lagi, jadi ya mama bikin kopi aja dan duduk disini."
"Oh, gitu. Ehm, tadi hp mama nggak ngelag kan?" tanya Kimberly tiba-tiba dan pertanyaannya yang lumayan random itu segera mencuri perhatian Dania untuk segera memalingkan wajahnya kearah Kimberly.
Dengan alis mengerut, Dania membalas bingung. "Ngelag? nggak kok. Normal aja hp mama. Kenapa kamu nanya gitu?" tanyanya.
Kimberly segera tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Nggak ada. Biasanya kan hp mama suka ngelag terus tiba-tiba panggil mas William ke kamar mama buat benerin.
Eh, sekarang nggak ya, bagus deh. Tadi mas William capek banget. Semalam kita habis bertempur habis-habisan di kamar," segera Kimberly mendekatkan wajahnya pada Dania, membisikkan sesuatu di telinganya.
Seketika wajah Dania memerah. Rahangnya mengeras. Jika saja tidak ada Kimberly di sana, mungkin ia sudah meluapkan emosinya dengan berteriak atau membanting segala hal.
"Oh ya? kalian bermain ya semalam. Baguslah," balas singkat Dania. Dengan sedikit dingin dan cuek Dania segera memalingkan wajahnya kembali kearah ponselnya.
"Iya. Aku sengaja ngajak mas William main soalnya udah lama kita nggak main. Aku kangen dia tau ma. Dari lama kita nggak sentvhan. Karena kesibukan aku kita jadi jarang main ranjang. Ehm, ma, nanti malam aku sama mas William mau ada dinner di luar, ngerayain hari anniversary pernikahan kita ...,"
"Mama sama Tasya hati-hati ya di rumah. Kita berangkatnya habis Maghrib. Ehm, aku langsung berangkat ya ma, makannya di luar aja. Lagi buru-buru. Ehm aku pergi ya, bye-bye mama," Kimberly segera mencium pipi sang mama, mengambil tasnya, lalu berangkat ke tempat kerja.
Sepeninggal Kimberly, Dania bangkit dari tempat duduknya dengan cepat dan melangkah ke lantai atas menuju kamar Kimberly.
Dia berniat untuk menemui William dan mencecarkan beberapa pertanyaan padanya. Namun, sebelum ia tiba di kamar William, Tasya tiba-tiba keluar dari kamarnya dan menghampiri Dania.
"Ma," panggil Tasya sembari mengucek matanya, masih terlihat mengantuk.
Dania segera mengurungkan niatnya untuk pergi ke kamar William, lalu mengajak Tasya turun ke bawah untuk minum dan memasakkan sarapan untuk Tasya.
Beberapa menit kemudian, William terbangun dari tidurnya, dia melihat Kimberly sudah tidak ada di sisinya, mungkin sudah berangkat kerja.
William segera bangkit dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi di kamarnya. Dia mandi dan membersihkan diri. Setelah permainan mereka semalam, dia tidak membersihkan diri atau mengenakan pakaian. Rasanya lengket badannya, tapi ia suka.
Kimberly yang semalam adalah Kimberly yang ia inginkan selama ini.
Setelah selesai mandi dan bersiap dengan kemeja dan jas kantornya, William segera pergi keluar kamar, dan menuruni tangga menuju ruang makan.
Saat tiba disana, ia melihat Dania sedang makan berdua dengan Tasya. Tidak ada Kimberly disana.
William segera menghampiri mereka dan duduk di sebelah Tasya. "Udah bangun dari tadi, Sya?" tanya William pada Tasya, tanpa memalingkan wajahnya atau menggubris keberadaan Dania.
Tasya yang sedang mengunyah sepotong roti, dengan cepat menganggukkan kepalanya dan menjawab setelah menelan potongan roti yang ada di mulutnya
"Iya kak dari jam setengah enam." balas Tasya.
William segera mengambil sepotong roti dan melumuri roti itu dengan selai madu. Setelah terlumuri sempurna, William segera memakannya.
"Will, aku mau ngomong sama kamu. Ayo ikut aku," Dania bangkit dari duduknya, ingin mengajak William pergi. Tapi William yang memang terburu-buru segera menolak ajakan Dania itu.
"Maaf, aku sebentar lagi mau ada meeting. Kita bicarain nanti aja ya, atau kamu kirim aja apa yang mau kamu omongin di wa. Aku pasti liat dan baca. Yaudah aku berangkat sekarang ya, nanti tolong kamu anterin Tasya," William segera mengambil tas kerjanya dan bergegas meninggalkan tempat tersebut, melangkah keluar dari rumah menuju kantornya.
Dengan muka tertekuk, Dania kembali duduk di kursinya. Mengunyah makanannya dengan kasar dan terburu-buru. "Dia ngapain sih, kok cuek gitu sama aku?! bikin badmood aja!" kesal Dania di dalam hati.
"Ma, aku ke kamarku dulu ya, mau mandi," setelah menyelesaikan makannya Tasya segera bangkit dari duduknya dan pergi ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap.
"Iya," balas singkat Dania. Perasaan kesal masih menyelimutinya, membuatnya tidak nyaman atau mood melakukan apapun.
...................................
Malam harinya, Kimberly dan William duduk di meja yang sudah mereka booking di restoran romantis yang mereka pilih untuk merayakan hari anniversary pernikahan mereka yang keempat tahun.
Mereka berdua tersenyum bahagia, menatap satu sama lain dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tak terbantahkan, walaupun kini kasih sayang dan cinta itu sudah sedikit terbagi kepada orang lain.
William sedikit meragukan perasaannya. Antara Dania atau Kimberly. Dia bingung dengan perasaannya kepada mereka. Jika boleh jujur, William menyukai Dania, tapi tidak ingin melepaskan Kimberly.
Dia ingin keduanya jika alam dan takdir mengijinkan dan memberinya restu.
"Selamat anniversary, sayang," ucap William sambil menggenggam tangan Kimberly.
"Selamat anniversary juga, sayang. Aku tidak percaya sudah empat tahun kita bersama," balas Kimberly sambil tersenyum manis.
Mereka berdua memesan makanan favorit mereka dan mulai mengobrol tentang kenangan-kenangan indah selama empat tahun pernikahan mereka. Mereka tertawa, mereka bercanda, mereka saling menyayangi.
"Kamu tahu, aku sangat bersyukur memiliki kamu sebagai istriku, Kimberly. Kamu sangat cantik, kamu baik dan kamu pandai dalam segala hal. Aku begitu beruntung bisa memiliki istri seperti kamu di hidupku," ucap William terdengar lembut dan menghanyutkan, membuat Kimberly turut tersenyum dan merasa bahagia.
"Dan kamu adalah segalanya bagiku juga, Sayang. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpamu," jawab Kimberly sambil menatap mata William dengan penuh cinta. Seolah takut kehilangannya.
Malam itu berlangsung begitu romantis dan penuh kebahagiaan bagi pasangan suami istri yang sedang merayakan hari anniversary pernikahan mereka. Mereka menikmati hidangan lezat di restoran romantis yang mereka pilih dengan teliti. Kimberly dan William saling berbagi cerita tentang perjalanan cinta mereka selama empat tahun terakhir.
Tiba-tiba, William mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku celananya. Kimberly terkejut dan heran, namun senyumnya semakin melebar ketika William membuka kotak tersebut dan mengeluarkan cincin berlian yang begitu cantik.
"Kimberly sayang, aku ingin memberikan cincin ini sebagai rasa cintaku padamu. Aku ingin kita terus bersama dalam suka dan duka, dalam senang dan sedih.
Maafkan aku atas semua kesalahanku ya, mau yang disengaja atau tidak. Aku mencintaimu, Sayang, kamu mau kan memaafkanku atas segala kesalahanku?" ucap William dengan penuh haru.
Kimberly sedikit berkaca-kaca, dia tidak menyangka William akan memberikan cincin indah ini padanya. Dia segera mengangguk setuju sambil tersenyum dan berkata, "Tentu saja, Sayang. Aku memaafkanku. Terimakasih untuk cincinnya ya, ini sangat cantik."
William tersenyum dan bergegas memakaikan cincin berlian itu di jari manis Kimberly, mengecvp singkat tangan itu. "Senang jika kamu menyukainya," ucapnya singkat.
Bersambung ...