Di usianya yang masih muda dia dinyatakan tidak bisa berkultivasi, semua orang menyebutnya sebagai sampah, pecundang. Tapi siapa yang mengira, setelah menjalani hidup di bawah bayang bayang hinaan dan makian selama bertahun-tahun dia akan mendapatkan sebuah berkah.
Menemukan sebuah peninggalan yang mengubah seluruh jalan hidupnya, peninggalan dari sesosok yang kemudian ia anggap sebagai guru.
Selalu berusaha menjadi lebih kuat, demi mempertahankan yang namanya keluarga. Melindungi orang tua dan juga orang terkasihnya.
Ini adalah perjalanan pemuda Klan Zhou, bernama Zhou Fan. Dengan pedang pusaka di punggungnya yang ia temukan di makam kuno, dia mengarungi dunia kultivator. Mulai mengukir namanya sebagai Legenda Petarung.
Pantengin terus kisah perjalanan Zhou Fan menuju puncak, jadilah saksi sebuah legenda tercipta...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Menantu yang Cantik
Terlihat dua orang paruh baya sedang duduk sambil terus menatap pintu kediamannya yang tertutup, mereka adalah Zhou Hu dan juga Zhou Qian.
Sejak beberapa hari yang lalu, Zhou Qian selalu menatap pintu kediamannya, ia masih meyakini bahwa anaknya masih hidup dan akan kembali, ia tidak ingin meninggalkan tempatnya berada, ia ingin menyambut kedatangan putranya.
Zhou Qian tidak melakukan apapun selain menatap ke arah pintu kediamannya, Zhou Hu yang melihat istrinya seperti itu merasa sedih dan juga merasa bersalah, karena bagaimanapun alasan Zhou Fan pergi ke hutan mati karena telah mendengar ceritanya dan juga yang mengizinkan Zhou Fan pergi juga dirinya, tentu dia merasa ini ada hubungannya dengannya.
"Qian'er... kau harus beristirahat, hari sudah mulai malam, kau dari pagi sudah berada disini, aku juga sedih kehilangan putra kita, tapi kau tidak perlu terlalu terlarut dalam kesedihanmu...," Zhou Hu mencoba membujuk istrinya untuk beristirahat.
Mendengar perkataan suaminya, Zhou Qian menatap tajam suaminya itu.
"Putraku masih hidup, aku yakin dia baik baik saja dan aku juga yakin dia akan kembali." Zhou Qian berkata dengan marah kepada suaminya karena sudah menganggap putranya tiada, ia tidak akan mempercayai kematian anaknya sebelum melihat mayat anaknya.
Zhou Hu yang merasa telah salah mengatakan sesuatu segera menghampiri istrinya.
"Hmmm.... yang kau katakan benar, ayo kita beristirahat terlebih dahulu, jika besok putra kita pulang dia akan sedih jika tidak ada yang menyambut kepulangannya." Zhou Hu masih terus mencoba membujuk istrinya untuk beristirahat.
Mendengar ucapan suaminya, Zhou Qian terlihat berfikir dan akhirnya ia memutuskan beristirahat, tapi ia tidak akan meninggalkan tempatnya berada.
Zhou Hu tidak bisa lagi memaksa istrinya, ia sudah bisa bernafas lega karena istrinya mau untuk beristirahat.
Tanpa menunggu waktu lama Zhou Qian sudah tertidur ditempatnya dengan posisi berbaring.
Zhou Hu yang melihat istrinya sudah terlelap, menghampirinya dan mengecup lembut puncak kepala istrinya itu.
"Maafkan aku, Qian'er....." Entah mengapa Zhou Hu semakin merasa bersalah ketika melihat kesedihan istrinya, bahkan dalam keadaan tertidur sekalipun masih mengeluarkan air mata.
Melihat istrinya yang terlihat kedinginan, Zhou Hu berfikir untuk mengambilkan istrinya sebuah selimut.
Saat Zhou Hu akan pergi ke kamarnya untuk mengambil selimut, ia dikejutkan dengan suara seseorang dari luar kediamannya.
"Ayah,ibu aku pulang...,"
Zhou Hu terkejut saat mendengar teriakan tersebut, bukan karena teriakan itu sangat keras, tetapi dia sangat mengenal suara teriakan tersebut.
Zhou Hu dengan cepat bergegas membuka pintu kediamannya, ia dapat melihat seorang pemuda yang sedang berdiri tidak jauh darinya sedang memasang senyum lebar.
"Fan'er...." Tanpa sengaja kata itu keluar dari mulut Zhou Hu saat melihat pemuda di hadapannya.
"Fan'er... Apakah kau itu, Nak?" Zhou Hu mencoba memastikan bahwa yang dihadapannya itu adalah anaknya yang selama ini ia rindukan.
Mendengar ucapan ayahnya, Zhou Fan hanya menampilkan senyuman tipis disertai anggukan kecil.
Melihat jawaban pemuda di hadapannya, tanpa menunggu waktu lama Zhou Hu langsung mendekat dan memberikan pelukan hangat kepada anaknya.
Zhou Hu sangat senang saat melihat Zhou Fan di hadapannya, ia senang bisa melihat anaknya kembali dengan selamat, ia senang karena istrinya tidak akan sedih lagi dan ia senang keluarganya akan kembali seperti semula.
"Ehem..." Melihat acara lepas kerinduan antara anak dan ayahnya, sebenarnya Wei Guanlin tidak tega untuk merusaknya, namun ia merasa dilupakan kehadirannya.
Zhou Hu yang mendengar sebuah deheman menoleh ke sumber suara, dahinya mengkerut saat melihat seorang perempuan muda cantik sedang berdiri di belakang putranya.
Zhou Hu menoleh menatap putranya dengan tatapan rumit, seolah meminta sebuah penjelasan.
Zhou Fan yang melupakan keberadaan Wei Guanlin merasa tidak enak kepada perempuan itu.
"Mm... Ayah, ini adalah Wei Guanlin, perempuan yang Fan'er temui di hutan mati." Zhou Fan mencoba memperkenalkan Wei Guanlin kepada ayahnya.
Zhou Hu terkejut saat mengetahui bahwa perempuan itu bertemu dengan putranya saat di hutan mati.
"Selamat malam paman..." Wei Guanlin tidak menyebutkan namanya karena Zhou Fan telah memperkenalkannya.
"Ya, selamat malam..." Zhou Hu masih menatap anaknya dengan penasaran.
Siapa perempuan ini, ada hubungan apa dia dengan anaknya dan kenapa ia mengikuti anaknya, Zhou Hu terus memikirkan hal tersebut.
"Ayah, dimana ibu?" Zhou Fan melirik masuk ke dalam kediaman.
"Owh... Ibumu ada di dalam, baru saja tertidur. Ibumu sangat sedih saat tersiar kabar kematian seorang pemuda di hutan mati." Zhou Hu mengatakan sambil mengajak keduanya berjalan masuk.
Zhou Fan hanya diam mendengar cerita ayahnya, dia mengikuti langkah ayahnya dari belakang.
"Lihat, Ibumu terlihat kurus, dia tidak mau makan selama beberapa hari terakhir." Zhou Hu melirik istrinya yang terlelap di ruang keluarga.
Zhou Fan melihat ibunya yang tampak pucat walau dalam keadaan tidur, segera menghampirinya, dia berjongkok di samping Zhou Qian.
Zhou Fan meraih tangan ibunya, dan dia bergumam pelan. "Maafkan Fan'er, Ibu."
Zhou Fan kembali berdiri, dia tak tega untuk membangunkan ibunya, dia berbalik dan menatap ayahnya.
Melihat pandangan ayahnya, Zhou Fan seakan tau bahwa ayahnya menginginkan penjelasan yang lebih, ia mengajak ayahnya berbincang, tapi sebelum itu dia telah mengantarkan Wei Guanlin ke kamar yang disediakan khusus untuk tamu.
****
Di halaman belakang kediaman tetua kelima...
Zhou Fan menjawab segala pertanyaan yang dilontarkan ayahnya kepada dirinya.
Zhou Fan menjelaskan kehidupannya di hutan mati, tapi ia tidak memberitahukan tentang ia yang mendapatkan peninggalan dari gurunya, dan Zhou Fan juga tidak mengatakan bahwa ia sekarang telah mencapai tingkat petarung master bintang 5, ia hanya mengatakan bahwa ia sekarang sudah bisa berkultivasi karena telah menemukan keberuntungan besar.
Zhou Hu yang melihat putranya seperti tidak ingin mengatakan keberuntungan besar yang ia dapat tidak ingin memaksa untuk memberitahukan kepadanya.
Zhou Hu berfikir mungkin ada yang mengamanatkan anaknya untuk tidak memberitahukannya kepada siapapun.
"Ayah senang jika kau sudah bisa berkultivasi, semoga kau dapat menjadi kultivator yang kuat supaya bisa melindungi orang yang ingin kau lindungi." Zhou Hu memberikan selamat sambil menyemangati Zhou Fan.
Mendengar ucapan Zhou Hu, Zhou Fan merasa terharu, ayahnya tetap sama, seorang yang selalu menyemangatinya dan selalu mendukung keputusannya.
"Terimakasih, terimakasih kau telah menjadi ayah terbaik untukku." Zhou Fan memeluk ayahnya, air matanya yang ia tahan supaya tidak menetes malah keluar dengan deras.
Zhou Hu menangkap kedua bahu anaknya dan menjauhkankannya dari badannya.
"Sudahlah... sekarang ceritakan tentang menantu ayah yang cantik itu." Zhou Hu berkata sambil mengerlingkan matanya.
Zhou Fan tidak membantah ucapan ayahnya yang mengatakan Wei Guanlin menantunya, ia menceritakan pertemuannya dengan Wei Guanlin, meskipun ia juga sedikit menambahi cerita karangannya sendiri untuk menutupi kemampuannya.
Seperti saat menolong Wei Guanlin, Zhou Fan tidak menceritakan memberikan pil buatannya, tetapi ia membantu Wei Guanlin merawat lukanya dengan bantuan tanaman herbal yang dapat ia jadikan salep.
Zhou Fan tidak menceritakan kekuatan dan kemampuannya kepada kedua orang tuanya karena ia ingin waktulah yang menjawab itu semua.
Tanpa sepasang ayah dan anak itu sadari, seorang perempuan sedang mengamati kedua orang itu dengan seksama.
Perempuan itu tidak lain adalah Wei Guanlin, dia sangat bosan di kamarnya dan ia memutuskan untuk keluar jalan jalan disekitar kediaman tetapi saat ia tiba di halaman belakang kediaman ia melihat dia orang yang baru beberapa saat yang lalu ia jumpai.
Wei Guanlin mendengar semua cerita Zhou Fan kepada ayahnya, senyum manis terukir tipis di bibirnya saat Zhou Hu mengatakan dirinya sebagai menantunya dan senyumannya bertambah lebar saat Zhou Fan tidak membantah ucapan ayahnya.
Wei Guanlin meninggalkan halaman belakang dengan senyum terukir di bibirnya, ia terlihat bersenandung sambil melangkahkan kakinya ke ruangannya, entah kenapa dia merasa senang mendengar Zhou Hu mengatakan ia sebagai menantunya.
****
Dan itu pasti putri tuan kota, awalnya aja marah2 tapi cuma modus untuk menutupi rasa malu ngintip cowo mandi ... SIAPA YG CABUL...???