Hilya Nadhira, ia tidak pernah menyangka bahwa kebaikannya menolong seorang pria berakhir menjadi sebuah hubungan pernikahan.
Pria yang jelas tidak diketahui asal usulnya bahkan kehilangan ingatannya itu, kini hidup satu atap dengannya dengan status suami.
" Gimana kalau dia udah inget dan pergi meninggalkanmu, bukannya kamu akan jadi janda nduk?"
" Ndak apa Bu'e, bukankah itu hanya sekedar status. Hilya ndak pernah berpikir jauh. Jika memang Mas udah inget dan mau pergi itu hak dia."
Siapa sebenarnya pria yang jadi suami Hilya ini?
Mengapa dia bisa hilang ingatan? Dan apakah benar dia akan meninggalkan Hilya jika ingatannya sudah kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
STOK 19: Karena Aku Mencintaimu
Ucapan selamat dari beberapa tetangga diterima oleh Hilya dan Tara. Beberapa orang yang awalnya memandang rendah Sulis kini terlihat malu. Beberapa meminta maaf dengan tulus tapi ada juga yang tetap acuh.
Pada dasarnya iri dan dengki adalah sebuah penyakit hati yang harus diobati. Dan semuanya kembali pada hati masing-masing.
Beberapa tampak sadar tapi sebagian kecil lagi ada yang tidak. Sulis tentu tidak ambil pusing dengan hal tersebut, yang terpenting adalah kebahagiaan keluarganya. Namun dia tetap harus bertanya mengenai keluarga dari sang menantu. Pasalnya mengapa yang datang hanya adik sepupu dan bukannya kedua orang tua dari Tara.
Karena tidak ada acara apapun, pernikahan Tara dan Hilya pun berakhir ketika mereka kembali ke rumah. Tapi ternyata Nayaka membeli banyak makanan untuk orang rumah makan.
Yani dibantu oleh Hilya menyiapkan makanan-makanan itu di dapur. Satu persatu Hilya memindahkan makanan yang masih ada didalam kanton ke piring.
" Nduk, ganti bajumu dulu sana sekalian luhuran ( sholat luhur). Ah iya Nduk, mulai hari ini berarti kamu tidur di kamarmu sama suamimu. Kalian sudah sah sepenuhnya dan sudah jadi tugasmu melayani suamimu dnegan baik. Ibu doakan pernikahan mu menjadi sakinah mawadah dan warohmah."
Greb
Hilya memeluk Yani dengan erat. Atmosfer saat ini tentu sangat berbeda dengan atmosfir saat dua bulan yang lalu. Karena pernikahan yang sekarang benar-benar Hilya akan memasuki gerbang kehidupan yang baru. Ibadah terpanjang dalam hidup yang mana pasti banyak suka dukanya.
Bahkan Hilya sudah menyiapkan dirinya jika suatu hari Tara membawanya pergi dari rumah. Walaupun ia yakin itu pasti akan sangat berat untuk hatinya. Namun salah satu tugasnya sebagai istri adalah ikut kemanapun suaminya pergi jika memang suaminya menginginkan hal tersebut.
" Udah, ndak usah nangis. Buruan ganti baju, kasian itu udah pada laper pasti."
" Njih Bu."
Tidak banyak yang bisa Hilya katakan. Tapi setidaknya rasa yang ada dalam hatinya tersampaikan kepada Yani.
Tok tok tok
" Mas, ini aku."
" Ah iya, masuk Hil. Nggak aku kunci kok."
Hilya mengetuk pintu kamarnya sendiri. Sudah lama dia tidak memasuki kamarnya itu, membuatnya begitu canggung saat melangkahkan kakinya ke dalam. terlebih di sana ada seorang pria yang kini benar-benar jadi suaminya.
Jika boleh jujur, Tara adalah pria yang tampan dan juga memiliki perawakan tinggi yang membuat para wanita menyukainya. Kulitnya yang halus, sudah menjelaskan bahwa pria itu bukanlah orang yang bekerja dibawah paparan sinar matahari seperti dirinya. Ya, dia adalah pelukis. Tidak mungkin dia akan melukis di bawah teriknya sinar matahari bukan. Berbeda dengannya yang menggunakan cangkul, sabit dan lain-lain untuk menggarap tanah.
" Sini duduk, ada yang mau aku omongin sama kamu." Tara meraih tangan Hilya dan menariknya untuk duduk di sebelahnya.
" Tapi Mas, aku punya pertanyaan dulu. Ehm, mengapa Mas benar-benar menikahi ku. Aku pikir, Mas akan segera kembali setelah bertemu dengan Mas Nizam."
" Karena aku mencintaimu."
Degh
Jantung Hilya berdegup kencang. ia tidak pernah menyangka bahwa jawaban itu lah yang keluar dari mulut Tara. Meskipun waktu itu dia juga sudah mendengarnya, tapi tetap saja Hilya tidak bisa mengontrol hatinya saat Tara mengucapkannya.
" Iya Mas waktu itu udah bilang gitu ke aku, tapi aku kan hanya wanita yang hidup di desa kecil begini. Pekerjaanku juga berkebun yang tiap hari panas-panasan. Aku ngrasa nggak sele~"
Cup!
Tara menghentikan ucapan Hilya dnegan mencium bibir istrinya itu. Dia tahu apa yang akan dikatakan Hilya, dan sungguh ia tidak menyukainya.
Level seseorang tidak ditentukan oleh harta yang dimiliki, bukan bergengsinya pekerjaan yang dipunya apalagi wajah rupawan. Semua itu hanyalah secara lahiriah atau duniawi. Yang terpenting adalah hati.
Bagi Tara hati adalah hal terpenting. Kebaikan hati lah yang membuat tara jatuh cinta kepada Hilya meskipun waktu pertemuan mereka sangatlah singkat.
Lagi pula dirinya sudah kaya sejak dulu, bukannya sombong. menjadi pelukis dari usia 5 tahun, uang yang dimilikinya lumayan banyak. Jadi untuk apa lagi dia mencari istri yang memiliki kekayaan yang sama, itu hanya akan membuatnya pusing untuk menghabiskan uangnya. Itulah isi kepala Tara.
Tapi pada intinya bukan itu, Tara memang sungguh mencintai Hilya mau apapun kondisi istrinya.
" Mas."
" Jika kamu ngomong yang aneh-aneh lagi aku akan mencium mu sepeti ini. Dan aku nggak peduli kita berada dimana, aku akan tetap mencium mu. Nah sekarang ganti baju dulu, baru kita bicara."
Wajah Hilya memerah mendengar ancaman yang sebenarnya bukan sebuah ancaman itu. Ia pun bergegas mengambil baju dari lemari dan membawanya ke kamar mandi. Hilya masih merasa malu untuk mengganti baju di depan Tara. Dan Tara hanya tersenyum saja melihat tingkah lucu istrinya itu.
Tapi setelah menunggu lumayan lama, Hilya tidak kunjung keluar juga dari kamar mandi. hal tersebut membuat Tara sedikit khawatir. Dia bangkit dari duduknya dan hendak mengetuk pintu kamar mandi, tapi ternyata sudah muncul saat Tara mengangkat tangannya.
" Kupikir kamu pingsan di dalam." Tara berseloroh, dia melihat Hilya menundukkan wajahnya. Itu sedikit membuat Tara bertanya, ada apa denagn istrinya ityu.
" Kamu kok nunduk terus?" ucapnya lagi.
" A-aku nggak pake hijab Mas."
" Aaah."
Tara baru menyadari bahwa Hilya hanya menggunakan gaun yang dipakainya tadi untuk menutupi rambutnya. Tara lalu tersenyum, tingkah istrinya saat ini begitu menggemaskan bagi dirinya.
Sreeet
" Sayang, aku adalah suamimu. Jadi semua dalam tubuhmu saat ini halal untuk ku lihat. Bukankah begitu?"
" I-iya."
" nah kalau begitu biarkan aku melihat rambutmu yang indah ini. lalu sekarang mari duduk. Ada sebuah hal penting yang aku harus ucapkan."
Degh degh degh
ketenangan yang ditampilkan Tara hanyalah di wajahnya saja. Padahal dadanya saat ini berdegup kencang saat melihat tampilan Hilya yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Rambut hitam legam dengan panjang sepunggung dan bergelombang itu menambah kesan cantik dari istrinya. Sungguh jika sepeti ini dia pun tidak rela jika pria lain melihat Hilya yang seperti ini.
" Jadi Mas mau ngomongin apa?"
" Hilya aku adalah Taraka Abyaz Dwilaga. Kedatangan Nizam kemari membuatku sedikit inget tentang siapa aku sebenernya. Dan jika ditanya mengapa aku sampai ditemukan oleh kamu di kebun, itu karena ada yang mau melukaiku. Jujur pernikahan kita tidak diketahui oleh kedua orang tuaku karena saat ini di Jakarta mereka tahunya aku terbaring di tempat tidur. Itu semua untuk memancing pelaku yang menyebabkan aku terluka."
Tara menghentikan ucapannya, ia melakukan itu karena ekspresi wajah Hilya yang amat sangat terkejut. Siapa oang yang tidak terkejut mendengar bahwa orang yang terluka itu adalah korban. Dan tentu saja itu sangat berbahaya.
" Hilya, aku~"
" Mas, apapun permasalahanmu akan jadi permasalahanku juga sekarang. tapi apakah kedua orangtuamu akan menyetujui kita?"
" Ya, mereka pasti akan suka kamu. Apalagi Bunda ku dan adik perempuanku, mereka pasti akan sangat menyukaimu. Ya paling kaget-kaget dikit lah. Terimakasih Hilya, sudah mau mengerti. Tapi aku janji bahwa semua ini nggak akan lama."
TBC
thor, sukses selalu
banyak typo 🤭