Karyaku yang ke 15, ga kerasa ya... Alhamdulillah
Lanjutan cerita Laras ma Bintang, menceritakan kedua anak kembarnya. Si ceriwis Zara dan tentunya si pendiam Zayd, tak lupa dengan anak-anak dari saudara dan para sahabat Laras dan Bintang.
Di cerita ini ga lepas peran orang tuanya ya, karena peran Laras tentunya sangat penting untuk dunia Mafia nya.
Semoga karya ini, diterima dengan baik. Aamiin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Tuyul Laras dan Bintang
Tanpa mereka sadari, ada satu orang yang mendengarkan percakapan tersebut. Dia tersenyum menyeringai, dan berencana akan ikut tanpa sepengetahuan orang tuanya.
'Bagus bagus, atu tan dadi bisya pate bom buatan atu. Asyiiiiit... Senan syetali lasyana hati ini' gumam Zara pelan, ia yang berniat mau minta minum. Memilih kembali ke kamarnya, ia akan mempersiapkan Bom buatannya.
.
.
Waktu pun berlalu, Laras tengah kesal saat ini. Karena kemana ia berjalan, akan ada Kunti yang mengikutinya. Bintang yang melihatnya, hanya diam tak berkomentar. Karena sekata saja ia berucap, makan dua wanita di depannya. Yang sedang sibuk mengekori dan di ekori, pasti akan membalas satu paragraf.
Jadi diam adalah emas untuknya saat ini.
"Ras, ikut ya Ras. Please banget ini mah, kamu kalo ga ajakin mama. Mama yakin ga bisa tidur, ya ya ya."
"Ras, jawab dong jangan diem aja. Mama udah ikut kamu bolak balik dari tadi ini."
"Heh, setan budeg. Pergi sana, aku lagi ngomong sama anakku. Jangan kau tutupi lah telinganya, jadi tak bisa dengar dia tuh."
Laras menahan tawa sekeras mungkin, kesalnya yang di ikuti sang mama. Menguap karena perkataannya, setan budeg pake di bawa-bawa. Begitu juga dengan Bintang, ia memilih untuk keluar kamar. Daripada terkena imbas, dari mama mertua.
Bintang berjalan keluar, ia hendak memeriksa kembali yang dibawanya. Penyerangan malam ini, mereka memutuskan memakai mobil.
Ceklek
'Aduuh... Syiapa yan buta mobilna, dimana talo atu tetauan.' Zara tengah membaca doa apapun yang dia hapal, berharap sang yayah tak menemukannya.
"YAH" Bintang menoleh, saat ia hendak menggeser peting senjata yang ada di bagasi mobil. Pas sekali, ada Zara di balik peti tersebut.
Mendengar panggilan dari bidadari Surganya, Bintang langsung menoleh.
"KENAPA BUN?" ia pun segera menutup kembali pintu bagasi mobil.
'Fyuhhhh.... Selamat selamat, telnata Allah tayan setali lah tama Jala. Alhamdulillah, telima tasyih ya Allah. Telnata doa matan dan doa tidul, syanat belduna syetali.' gumamnya pelan
Ceklek
DEG
'Syiapa ladih? Sepeltina atuh salah doa, halusna baca doa dunia ahilat.' ucapnya dalam hati, dengan menahan nafasnya.
"Tamu itut diam-diam, tidat ajat atu. Mau atu adutan hah?!" Zara menghembuskan nafas lega, ternyata adiknya.
"Butan inda adat tamu, tamu tan tadi tidul. Cepat masyut, nati yayah syama bubun tebulu datan." Zayd berdecak kesal, namun ia pun segera naik dan ikut bersembunyi.
Saat Zayd akan bicara...
"Sssttt... Diam!!!"
"Mama jangan macem-macem ya, pokonya harus nurut sama Laras. Kalo ga, Laras aduin ke papa. Biar di setrap!!!" ucap Laras saat masuk ke dalam mobil, ia duduk di depan. Di sebelah Bintang, yang mengemudi.
"Iya iya, cerewet banget udah kaya nenek-nenek baca mantra kamu Ras." Laras langsung mendelik
Mama Ajeng duduk di jok tengah, di belakangnya adalah senjata yang di bawa oleh mereka. Mobil pun di jalankan, Bintang tetap dalam keterdiamannya.
Selama perjalanan, di mobil terasa hening. Laras sibuk berbalas pesan, dengan anak buahnya. Bintang fokus melihat jalanan, karena kini mereka sudah memasuki wilayah tanah pribadi.
"Kamu bawa senjata punya mama kan Ras?" tanya Ajeng
"Apaan? Pancingan?" kini Ajeng, yang menatap tajam sang putri.
"Hmmp" Zayd langsung menutup mulut sang kakak, agar gak bersuara. Zayd memelototi Zara, Zara pun mengangguk.
"Ishhh... Dikira kita mau ke empang apa, pake bawa pancingan."
"Terus apa?"
"Teplon pink" Laras langsung menoleh ke belakang, Bintang langsung tertawa.
"Ini.... Serius?" tanya Laras terkejut, Ajeng menatap Laras tak suka. Jelas nggak lah, anaknya emang bikin kesel.
"Hahahhahaha..."
Glek
"Hiiii... Kalian denger ga?" tanya Ajeng, ia langsung melepaskan sabuk seat belt. Lalu memajukan duduknya, lebih ke depan. Bahkan kini ia memeluk leher dan wajah Laras, Laras memukul pelan tangan sang ibu.
"Ras, kamu denger ga? Kayanya ada yang buang anak ke hutan ini deh, makanya setannya gentayangan." ucap Ajeng ketakutan
"Ma... Lepas dulu ini ihhh." ucap Laras kesal
"Kamu mah ih, mama takut ini." gerutu Ajeng kesal, tapi takut. Anaknya tidak pengertian sekali, kalo ibunya sedang ketakutan.
"Coba mama denger lagi, suara siap itu?" Ajeng memfokuskan pendengarannya
Zayd tidak mau menahan kakaknya lagi, lagipula sudah mau sampai. Tidak mungkin yayah dan bubun nya, menurunkan mereka di hutan.
CIIITTT
Bintang yang akhirnya mengenal suara tersebut, menginjak rem sekaligus. Ia langsung menoleh ke belakang, lalu menoleh ke arah Laras.
Laras yang leher dan wajahnya, sudah di lepas sang mama. Hanya mengangkat kedua bahunya, malas menjelaskan. Ia sudah tau, bila kedua anaknya akan diam-diam ikut.
Karena saat ia akan mengecek anak-anak, yang tertidur di ruang bermain. Ia mendengar sesuatu di kamar putrinya, Laras pun membuka pintu pelan-pelan. Kamar Zara yang terlihat remang-remang, membuat Laras harus memfokuskan kedua matanya.
Ia melihat putrinya sedang bersenandung, seraya kedua tangannya sibuk dengan dua koper. Zara memindahkan 2 bom buatannya, ke koper lebih kecil. Laras tersenyum, ia akan membiarkan putrinya ikut. Ia pun kembali menutup pintu, dengan sangat pelan.
Itulah alasan Laras memanggil Bintang, saat Bintang hendak memeriksa senjatanya. Agar Bintang tak lanjut, melakukan niatnya.
"KELUAR KALIAN" ucap Bintang penuh penekanan
Laras membuka seatbelt nya, lalu ia merubah posisi duduknya. Mengangkat salah satu kakinya, ke atas jok. Laras pun melihat ke belakang, menunggu putrinya keluar dari persembunyiannya.
"Iya Yayah" ucap Zara berdiri, Ajeng menggelengkan kepalanya. Cucu sendiri, ia katakan anak setan gentayangan.
"Kamu tuh Zara, selalu sa... ZAYD" Ajeng kembali terkejut, karena ternyata cucunya yang lain juga ikut.
Bukan hanya Ajeng, Laras dan Bintang juga ikut terkejut. Ia tak menyangka, bila anak lelakinya juga akan ikut.
'Dua tuyul Laras dan Bintang' ucap Ajeng dalam hati
"Bagaimana bisa kalian diam-diam ikut, hah?!" Bintang menatap tajam kedua anaknya
"Mm... Jala inda senaja denal, talo bubun nau menyelan syesyeolan. Matana Jala semanat untut itut, Jala inin meledatan musyuh na bubun dudah." jawab Zara, wajah yang tadinya takut-takut. Langsung berubah bersemangat, saat mengatakan ingin meledakkan musuh sang bubun.
"Talo Jayd, Jayd lihat Jala mengendap-endap beljalan telual. Matana Jayd juda inin itut" sambung Zayd
Bintang menghembuskan nafas pasrah, tidak mungkin ia meminta kedua anaknya pulang sendiri.
Laras tersenyum, senyumannya hilang. Saat ia melihat suaminya, menatap tajam dirinya. Ia pun langsung membenarkan posisi duduknya, tetapi tidak memasang lagi seatbelt nya.
Zara dan Zayd, kini duduk bersama Ajeng di jok tengah. Keduanya terlihat bahagia, karena di ijinkan untuk ikut beraksi dengan ketiga orang dewasa yang ada dalam mobil.
"Bubun apa nati, Jala juda di tasyih syenjata?"
"TIDAK" ucap ketiga orang dewasa itu serempak
"Apalah talian ini...
...****************...
Maafkan ya masih telat, masih sibuk dengan rumah🙏
Jangan lupa like, komen, gift dan vote nya❤️❤️
...Happy Reading All...
lanjutttt,,,,