Lariessa gadis yang putus asa setelah kehilangan saudara kembarnya, ia tidak memiliki semangat lagi. namun kedua orang tuanya berusaha membuat ia bangkit lagi, memberinya semangat dan motivasi, tapi semua itu tidak berhasih. Tapi kedatangan Sahabat lama lah yang perlahan membuat hidupnya kembali berwarna, Ethan adalah sahabatnya dari dia kuliah dulu. Tanpa Lariessa sadari Ethan menaruh hati padanya.
Namun disisi lain Keluarganya sudah menyiapkan seseorang untuknya, seorang lelaki bernama Finn Harisson seorang asisten CEO, yang di tuntut untuk menikah, namun sang kekasih yang juga wanita karier selalu menunda-nunda dengan banyak alasan agar ia bisa menunda sebuah pernikahan. Apakah pernikahan Finn dan Lariessa akan berjalan dengan semestinya? dan bagaimana dengan Ethan yang menaruh hati pada lariessa dan Kekasih Finn, Victoria yang di tinggal menikah oleh Finn karena paksaan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Purpledee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13. Godaan yang memikat
#Kamar Lariessa
Lariessa nampak duduk anggun dengan memakai lingerie berwarna putih dengan belahan dada rendah, kaki jenjangnya ia silangkan menunjukan paha putih mulusnya, sambil memainkan rambutnya seolah-olah ingin mengoda Finn. Tidak lama Finn pun datang.
“Kakak...”
“Iy—“ Perkataan Finn terhenti saat kedua penglihatannya tertuju pada Lariessa yang tengah duduk menggoda sambil menepuk-nepuk tempat di sebelahnya. Finn menelan ludahnya gugup, matanya bergetar tidak berani menatap kearah sampingnya. “Makan malamnya enak?” tanya Lariessa, Finn hanya mengangguk dengan pandangan lurus. “E-enak.” Gelagapnya. “Syukurlah jika kakak menyukainya.” Ujar Lariessa perlahan menggeser duduknya lebih dekat dengan Finn.
“Sayang,” panggil Lariessa, Finn menoleh dan bertemu dengan mata Lariessa yang indah. “Meskipun pernikahan ini tidak diinginkan olehmu, tapi kita tetap harus saling menyayangi dan mencintai. Lagi pula kau suamiku, dan aku milikmu.”
“Rissa, jangan seperti ini.” Gumam Finn sambil menatap Lariessa lekat-lekat. “Kakak boleh lakukan apa pun padaku, malam ini, apa pun yang kakak inginkan, aku akan menurutinya.” Kata Lariessa dengan suara yang menggoda.
“Aku tidak ingin melakukannya,” ujar Finn namun ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Lariessa. Tangan Lariessa mengulur memeluk Finn perlahan ia mengelus kepala belakang Finn, “Aku menginginkannya.” Bisik Lariessa lalu mengecup leher Finn.
Finn hanya terdiam, nafasnya mulai memburu namun ia masih memegang kendali atas dirinya. Lariessa melepaskan pelukannya, ia menatap Finn dengan sangat dekat lalu ia kecup bibir Finn sekilas dan melihat reaksinya, Finn masih membatu. “Aku mohon,” gumamnya sambil mengarahkan tangan Finn pada dadanya lalu kembali mengecup bibirnya beberapa kali, namun tiba-tiba Finn memegang ke dua bahu Lariessa sambil memejamkan matanya. “Maafkan aku, aku tidak bisa.” Ujar Finn lalu pergi meninggalkan Lariessa.
Lariessa hanya terdiam, dan perlahan air matanya menetes lalu ia tersenyum menertawakan dirinya sendiri “Kenapa aku merasa murahan seperti ini.” Lirihnya.
#Rumah baru
Pagi itu Lariessa dan Finn sampai dirumah baru. Saat pertama kali masuk kerumah baru yang cukup besar itu, wajah Lariessa langsung berbunga. Ia tersenyum lebar bahagia, tapi tidak dengan Finn.
“Wow... Jadi... inilah rumah kita, ya?” kata Lariessa. Finn menoleh sambil menautkan alisnya “Maaf? Rumah siapa?”
“Rumah kita.” Jawab Lariessa.
“No! Ini rumahku, hanya rumahku, mengerti?” ujar Finn memperingatkan, Lariessa menatap Finn lalu terkekeh sinis.
“Ya tuhan, sombongnya suamiku ini.”
“T-tidak, A-ap-apa yang sombong? Benarkan ini rumahku?”
“Kakak, Kita kan sudah menikan. Jadi, suka atau tidak, kakak harus menerima aku sebagai pemegang saham dalam rumah ini.”
“T-tunggu, apa? P-pemegang saham? Oke, aku tanya berapa bayak uang yang akan kau berikan untuk membayar rumah ini?” tanya Finn.
“Oke,sebelumnya, aku mememang belum membayar apa pun, tapi....Tapi mulai hari ini, aku akan membayar setiap hari.” Ujarnya membuat Finn bingung.
“Hah?”
“Iyalah, kakak membeli rumah ini dengan pinjaman bank. Dan aku akan mengurus rumah ini seumur hidup. Jadi, itulah bayarannya. Aku rasa itu lebih dari cukup.”
“Kau tau tidak?” Finn mendekatkan wajahnya “Terserah kau saja.” Ujar Finn lalu pergi masuk kedalam ruamh.
“Tunggu....tunggu!” Lariessa menghadang Finn “Sudah sangat lama kakak menggunakan 'Kau' untuk memanggilku. kakak tidak ingat dengan perjanjian kita? Itu syarat pertama tau? Satu kesalahan jika kakak tidak melakukannya—“
“Jadi itu masalah?”
“Jika itu tidak masalah untuk kakak, coba kakak bayangkan, apa yang akan terjadi dengan hubungan kakak dengan Ria?”
“Tidak, yang kau—“
“Apa?” tanya Lariessa. “Apa? aku tidak dengar ? apa yang kakak katakan?” ujar Lariessa sambil mendekatkan telinganya pada Finn.
“S-sayang.” Ujar Finn mau tidak mau. “Nah begitu, Sekarang aku akan naik ke atas, mengganti pakaian lalu membersihkan rumah. Rumah ini seperti gudang saja ya.” Lariessa mengambil alih kopernya yang berada ditangan Finn, dan Finn hanya terdiam, lalu menggelengkan kepala.
...○...
Finn terlihat duduk sambil memainkan ponselnya, menunggu Lariessa selesai mengganti pakaian, namun Finn tidak suka menunggu sampai ia akhirnya harus menyusul Lariessa. “Lariessa? Kau sudah selesai?” tanya Finn.
“Kakak masuk saja, aku sudah selesai mengganti pakaian.” Jawab Lariessa dari dalam kamar. Finn mengerutkan keningnya merasa curiga, ia membuka pintu kamar perlahan dan menyelipkan kepalanya, dan melihat Lariessa mengenakan celana pendek dengan baju crop top, Finn mengerjapkan matanya dan ia hanya berdiam di ambang pintu. “B-bisakah kau memakai baju yang tertutup di hadapanku?” tanya Finn.
“Memangnya kenapa? Aku hanya memakai pakaian seperti ini dirumah saja, dan aku nyaman memakainya, lagi pula kakak kan suamiku, apa salahnya.” Finn menelan ludahnya dan menenangkan dirinya, namun tanpa ia sadari ia terus menatap Lariessa.
“Kenapa kakak menatapku seperti itu?” Tanya Lariessa “Kakak mau?” godanya.
“Dengar! Kakak tidak memiliki selera apa pun padamu. Kau bukan tipeku sebenarnya. Jadi, ganti bajunya! Aku tidak nyaman melihatmu berpakaian seperti itu.”
“Tidak nyaman atau—“
“Lariessa!” tekannya, “Baiklah aku akan mengganti pakaian.” Ujar Lariessa, namun Finn masih menatapnya. “Kenapa kakak masih disitu, mau melihatku mengganti pakaian?” tanyanya, Finn langsung keluar dan menutup pintu rapat-rapat. Di balik pintu Finn mencoba menenangkan dirinya, wajahnya seketika memanas dan memerah “Astaga apa yang aku pikirkan.” Gumamnya lalu pergi.
...○...
Saat malam tiba Finn masih disibukan dengan ponselnya di ruang tamu. Dan tak lama Lariessa pun datang. Ia duduk di samping Finn yang nampak masih fokus dengan ponselnya. Tiba-tiba terbesit sebuah ide kepalanya, lariessa mengambil bantal sofa lalu tidur di pangkuan Finn, seketika Finn terhenti dan memutar matanya kesal melihat kelakuan Lariessa kali ini. “Lariessa, jangan seperti ini.” Ujar Finn. Lariessa tidak mendengar ia hanya fokus pada televisi, “Jangan menggoda kakak, aku tidak akan tergoda olehmu, oke” kukuh Finn. “Kalau begitu tidak masalah jika aku tidur di pangkuan kakak.”
“Kakak tidak suka, Kakak hanya mau Ria. Dan kakak harus menjaga diri kakak darimu.” Ujar Finn Larisa bangkit lalu duduk disisi lain kursi, ia menatap Finn sambil mengerutkan keningnya. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Tanya Finn.
“Apa Ria lebih cantik dariku?” tanya Lariessa. “Tentu saja.” Jawab Finn tanpa ragu. “Tapi menurutku aku yang lebih cantik, ya... meskipun aku belum pernah bertemu dengannya.”
“Jangan terlalu percaya diri. Meskipun kau lebih baik darinya jika bukan Ria aku tidak akan menyukainya. Menurut kakak kau itu tidak terlalu cantik.” Ujar Finn
“Jadi, kenapa kakak menyuruhku untuk mengganti pakaian tadi? Jika kaka tidak tertarik padaku, lalu malam kemarin—“
“Lariessa, cukup, oke!”
“Apakah aku ini sangat buruk?” Tanya Lariessa.
“Baguslah jika kau Sadar diri.” Gumam Finn
“Tapi, buruk-buruk seperti ini pun, aku ini Istri kakak. istri dari Finn Harisson.” Kata Lariessa sambil melipat tangannya di dada. “Jadi apa masalahnya kalau istri Finn Harisson ?” Tanya Finn.
Lariessa langsung beranjak dan mendekat Finn, ia mendekatkan wajahnya sampai Finn menahan nafasnya, “kursinya sangat berdebu.” Ujar Lariessa sambil menepuk-nepuk kursi. “Kau jangan dekat-dekat seperti ini, ah...” desah Finn lalu menggeser duduknya, wajahnya sedikit memerah, ia bahkan memalingkan wajahnya.
“Kain lap dimana, kak?” Tanya Lariessa. Finn terdiam mengatur nafasnya. “Kak?” Tanya Lariessa lagi. “A-apa?” gelagapnya “Kain lap?”
“Di-d-di-dibelakang.” Ujar Finn. Lariessa mengerutkan keningnya. “Wajah kakak merah kenapa? Kakak sakit?” tanya Lariessa pedulu lalu memegang kedua pipi Finn dengan kedua tangannya. “Panas sekali,” Ujar Lariessa dengan wajah yang dekat dengan Finn, Finn nampak terpaku pada mata Lariessa yang indah, namun beberapa saat kemudian ia segera beranjak dan menjauh dari Lariessa. “Ka-k-k-kau bilang me-men-mencari lap bukan? Ada di belakang aku bilang.” Ujar Finn yang dibuat salah tingkah, Namun Lariessa tidak beranjak ia hanya menatap Finn dengan senyuman manisnya. “Jangan menatapku seperti itu Lariessa!”
“Oke, oke, aku akan mengambilnya.” Ujarnya sambil terkekeh kecil lalu pergi.
Finn memegang dadanya dan berdiri mundar-mandir. “Jika seperti ini setiap hari apa lagi dimalam hari, keimananku bisa runtuh, mati aku.” Gumamnya Lalu melihat ke arah bawahnya. “Semoga aku bisa menahannya sampai aku bisa menikah dengan Ria.” Gumamnya lagi.
To Be Countinue...
