Kejadian tidak di inginkan terjadi, membuat Gus Ikram terpaksa harus menikahi seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal olehnya. "Kita menikah, jadi istri rahasia saya " Deg ... Ramiah sungguh terkejut mendengar perkataan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
Gus Ikram pergi bersama dengan Verdi, tadi sempat memberikan kode lewat tatapan nya saat bertemu dengan Ramiah, dan Ramiah yang paham hanya mengangguk singkat mengantarkan kepergian suami ke kantor.
Di dalam hatinya sana ingin sekali mengantarkan suaminya dengan mesra, apa lagi saat suaminya memberikan kecupan di keningnya, rasanya cukup bahagia. Tapi apa boleh buat, dirinya sadar akan seratusnya itu.
Sedangkan Via, jelas tentu tidak melakukan apapun, karena Via kepalang kesal dengan Gus Ikram, jadi membiarkan saja Gus Ikram pergi dan dirinya sibuk dengan kegiatannya sendiri...
Ramiah berjalan menuju ke kamar tempat dimana keberadaan sang ibu mertua, seperti yang di katakan oleh Gus Ikram dan kyai Arham, tugasnya menjaga ummi Sekar, memastikan keadaan nya baik-baik saja. Kalau masalah makan, ummi tadi sudah makan di suapi oleh Zahra, bahkan ummi Sekar sudah wangi karena di bersihkan oleh kyai Arham.
Ceklek
"Assalamualaikum ibu," sapa Ramiah sambil tersenyum lembut ke arah ummi Sekar. Ramiah berjalan perlahan menghampiri ummi Selar, lalu duduk di atas ranjang tapi di samping kaki sang ummi.
"Maaf lancang ya buk, tapi pagi-pagi seperti ini otot kakinya di pijat bagus Bu, untuk kelenturan otot-otot kakinya dan kelancaran sendi... Maaf sekali Bu." Ramiah dengan telaten memijit kaki ibu mertuanya itu dengan gerakan perlahan.
Ummi Sekar tersenyum haru di dalam hatinya mendapati perlakuan lembut dari seseorang yang baru saja di kenal olehnya. Rasanya bahagia sekali, sempat tadi berpikir jika yang merawatnya modelan seperti menantunya yang galak, tapi ummi Sekar bersyukur karena yang merawatnya wanita berhati lemah lembut...
"Sudah di kaki, sekarang di tangan ya Bu, besok saya minta ijin sama pak kyai, dan ma-- ekhm Gus Ikram supaya bawa ibu keluar untuk melihat matahari pagi. Itu juga bagus untuk kesehatan ibu." Ramiah hampir saja keceplosan memanggil Gus Ikram dengan sebutan mas, beruntung dirinya segera mengoreksinya...
Ramiah lalu berpindah memijat pelan tangan sang ummi, dan ummi Sekar merasa sedikit rileks dengan pijatan itu.
"Sudah selesai. Ibu butuh sesuatu? Ibu butuh minum atau apa? Emm kalau butuh sesuatu biar Ramiah tau, gimana kalau saat ibu bilang iya, ibu bisa kedipkan mata ibu sekali, lalu kalau ibu bilang tidak, ibu bisa kedipkan mata ibu dua kali..." Kata Ramiah yang mengusulkan sebuah ide agar dirinya bisa berinteraksi dengan ummi Sekar
Ummi Sekar lagi dan lagi terharu dengan effort wanita cantik di depannya ini. Merasa tak sendirian karena ada yang menemani dan ada yang mencoba berinteraksi dengannya.
Kalau suami dan anaknya dirinya tidak lah terlalu berharap, karena mereka pasti sibuk dengan kegiatan yang mereka jalani. Dan ummi Sekar tidak membebankan hal itu. Merasa dirinya tak berguna jika terus merepotkan suami dan anak-anaknya..
"Emm bagaimana? Kita bisa mulai ya? Ibu butuh sesuatu?"
Perlahan kedua bola mata itu berkedip sekali, yang menandakan jika ummi Sekar menjawab iya.
Ramiah tersenyum. "Emm mau minum?" Dengan begitu sabar Ramiah menyebutkan satu persatu kemungkinan yang hendak ummi Sekar inginkan.
Dan ummi Sekar semakin senang karena Ramiah sungguh wanita yang sangat baik, apa lagi sabar sekali menghadapi keadaannya yang seperti ini...
"Enak banget jadi nyonya di sini, niatnya mau kerja apa mau godain laki orang?" Celetukan itu berasal dari arah pintu kamar ummi Sekar, saat Ramiah baru saja selesai memberikan ummi Sekar minum...
Ramiah tidak menanggapi perkataan dari istri pertama suaminya itu, dirinya malah sibuk dengan ummi Sekar yang saat ini sedang menatapinya seperti ingin mengatakan sesuatu...
"Ibu butuh sesuatu?" Tanya Ramiah pelan dan lembut, bahkan tangan Ramiah menggenggam tangan ummi Sekar saat melihat bulir keringat dingin tiba-tiba muncul di pelipis sang ummi,
Satu kata yang Ramiah lihat, ummi sedang ketakutan!!
"Ibu, kenapa? Ibu tenang dulu" kata Ramiah berusaha menenangkan ummi Sekar
Namun, ummi Sekar tetap meraung dan menangis seperti orang yang ketakutan.
Sedangkan Via sudah mendengus melihat pemandangan itu, matanya berkilat tajam. "Hei, kamu dengar apa yang saya katakan! Kamu enggak mungkin tuli kan?" Pekik Via murka saat Ramiah sama sekali tidak menanggapi perkataannya.
"Mbak, maaf saya ingin menenangkan ibu dulu, saya --"
"Hei kamu pikir aku kakak kamu apa?! Panggil-panggil mbak segala." Via menyela perkataan Ramiah lalu menatap tajam wanita itu.
"Bukan, saya--"
Sraaaaak
Dengan cepat, Via berlari menghampiri Ramiah lalu tangannya dengan cepat menarik hijab yang di kenakan oleh Ramiah, membuat kepala Ramiah terdongak ke belakang.
"Sa--sakittt.." Ringis Ramiah merasakan ngilu yang menerpa di kepalanya, rambutnya ikut tertarik ke belakang karena perbuatan Via itu.
Via mana peduli, kebenciannya begitu besar dengan Ramiah. Entah kenapa mendengar suaminya yang membela Ramiah tadi, membuat dendam membara di dalam hatinya sana.
Ummi Sekar menjerit-jerit tertahan menyaksikan itu, sungguh perbuatan Via menantu yang paling di banggakan olehnya itu sangat kelewatan. Via keterlaluan sekali, menyakiti orang lain tanpa mengetahui kesalahan apa yang telah di perbuat oleh orang itu.
Setelah beberapa menit puas, Via langsung menghempaskan Ramiah dengan kasar, matanya masih menatap nyalang Ramiah.
"Awas, sempet suami saya belain kamu lagi! Saya botakin itu rambut kamu" ancam Via, dan berlalu pergi dari sana, meninggalkan tangis Ramiah sambil menghampiri ummi Sekar.
Ramiah langsung memeluk ummi Sekar, saat melihat wanita paruh baya itu juga menangis.
Dan Ramiah tidak menyangka, jika istri pertama suaminya memiliki sikap seperti itu.
"Ibu tenang ya." Ramiah mencoba menenangkan ibu dari suaminya itu...
*
"Sayang, kamu kenapa?" Gus Ikram menatap penuh wajah cantik istrinya yang tidak seperti biasanya, bahkan Ramiah tampak murung sekali.
Ramiah menggelengkan kepalanya, sembari melemparkan senyumannya, tapi entah kenapa Gus Ikram tidak percaya kalau istri rahasianya itu dalam keadaan baik-baik saja.
Grepp
Gus Ikram memeluk tubuh mungil itu, "kamu capek hmm? Tadi juga waktu mas panggil kamu lama bukain pintunya. Padahal kan mas kangen banget sama kamu." Bisik Gus Ikram di telinga Ramiah.
Ramiah tersenyum tipis, kepalanya berpikir ingin mengadukan perbuatan istri pertama suaminya itu pada Gus Ikram. Karena perbuatan Via tadi sungguh sudah sangat kelewatan.
Tapi...
Ramiah tak tega, tak mau melihat rumah tangga suaminya dengan istri pertamanya itu hancur karena dirinya.
Ramiah tak mau menjadi penghasut suaminya...
"Sayang, hei"
Gus Ikram menyadarkan lamunan Ramiah, membuat Ramiah langsung menatap ke arah sang suami.
Tangan Ramiah terulur mengelus rambut suaminya, "enggak mas, aku cuman ngantuk aja, pengen tidur lagi. Maaf ya, tadi telat bukain pintunya." Kata Ramiah dengan senyuman mengembang.
Gus Ikram tersenyum, mengecup kening istrinya dengan sayang. "Ayo mas peluk, mas kelonin" ajak Gus Ikram sambil mengedipkan sebelah matanya, tangannya langsung menarik pelan tangan istrinya itu.
Ramiah terkekeh, tapi pasrah saja apa yang akan di lakukan oleh suaminya...
Sudah tau apa yang akan Gus Ikram mau
..
tolong selamatkan ramiah dari kejahatan via
lindungi dia dan anak anaknya
jadi gimana...gitu ...