NovelToon NovelToon
From Duks Till Dawn

From Duks Till Dawn

Status: sedang berlangsung
Popularitas:67
Nilai: 5
Nama Author: Cherry_15

Seorang perempuan cantik dan manis bernama Airi Miru, memiliki ide gila demi menyelamatkan hidupnya sendiri, ditengah tajamnya pisau dunia yang terus menghunusnya. Ide gila itu, bisa membawanya pada jalur kehancuran, namun juga bisa membawakan cahaya penerang impian. Kisah hidupnya yang gelap, berubah ketika ia menemui pria bernama Kuyan Yakuma. Pria yang membawanya pada hidup yang jauh lebih diluar dugaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherry_15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

25. Melukis Lirik

“Sebenarnya, aku…” ucap Ryuka memulai kejujuran.

Seketika suasana menjadi tegang, Airi hanya menunggu kelanjutan kalimatnya. Sedangkan Ryuka melangkah berat, berlalu melewati Airi mendekati meja kerjanya.

“Aku, selama ini telah berbohong padamu, Airi,” lanjutnya dengan nada serius, sembari menyandarkan tangan pada meja, menatap sendu jendela.

Airi masih terdiam, larut dalam perasaan namun tak ingin terlalu cepat menyimpulkan. Ia hanya berbalik menatap Ryuka dari kejauhan.

“Aku ingin mengungkapkan kejujuran, namun aku takut kau membenciku. Aku belum siap berpisah denganmu, Airi. Maafkan aku,” Ryuka melanjutkan sembari meremas kayu meja, suaranya mulai bergetar ketakutan.

“Tak apa, Ryuka. Kau bebas mengatakan kejujuran apapun padaku.” Airi akhirnya membuka suara dengan lembut.

“Begitu? Terima kasih,” ucap Ryuka sedikit lebih tenang.

“Sebenarnya selama ini aku membohongimu akan satu hal,” lanjutnya sembari membuka laci meja kerjanya.

Ryuka menghela napas berat sebelum melanjutkan.

“Sebenarnya sejak awal, aku sudah tahu cara membuka kunci kamarku.”

“Eh?” Airi sedikit terkejut.

Ryuka mulai merogoh isi laci mejanya, menyembunyikan senyuman jahil.

“Ada apa?” tanyanya pura-pura serius.

“Kunci?” tanya Airi masih belum mengerti.

“Iya, kunci.” Ryuka berbalik, menunjukan sekumpulan kunci pada genggamannya.

“Setiap ruangan pada rumah ini, ada kunci cadangannya. Tapi aku selama ini diam saja, karena masih ingin menikmati waktu bersamamu,” jawabnya melanjutkan.

“Ryuka, kau…!?” Airi tak mengerti harus merespon seperti apa.

“Aku tahu, kau pasti akan marah ketika mengetahui fakta ini. Tapi sekarang aku sudah siap dengan setiap resiko,” ucap Ryuka, sembari melangkah santai mendekati pintu.

“Sekarang kau bebas, ingin memarahiku sebelum kembali ke kamarmu, atau apapun itu,” lanjutnya setelah pintu kamar sudah benar-benar terbuka.

Airi tercengang untuk beberapa waktu, mata dan bibirnya tak dapat mengatup. Menyadari betapa bodohnya dia selama ini mudah ditipu, namun terbesit sebuah ide baru.

“Tidak bisa semudah itu, kan?” ucap Airi menyembunyikan senyum jahil.

“Apa?” tanya Ryuka, tak mengerti.

“Yang kau lakukan itu, sudah sangat keterlaluan, Ryuka. Kau harus menerima hukuman yang lebih berat, dari sekedar mendengarkan omelanku yang pasti tidak akan masuk ke otak!” Airi menjelaskan.

“Lalu, apa yang harus kulakukan sebagai hukumannya?” tanya Ryuka mulai bergidik ngeri, entah mengapa ia merasa hal buruk akan terjadi padanya.

Airi tersenyum lebar sembari menunjuk pria dihadapannya dengan jari telunjuk.

“Nulis lirik lagu!” perintahnya tegas.

“Hah!?” Ryuka teramat terkejut mendengar perintah hukuman dari Airi. Tercengang dengan mata membola dan mulut yang menganga.

“Rasanya hari ini aku sedang ingin menggambar, namun kehabisan ide. Tulislah sebuah lirik untuk ku gambar!” Airi mengulangi perintahnya, diselingi sebuah alasan dibalik perintah tersebut.

Sontak mata Ryuka kian terbelalak mendengar perintah gadis yang dicintainya, tak percaya bahwa alasannya memberi hukuman sesederhana itu.

Sederhana, namun ketika dipikirkan lagi ide ini cukup menarik juga. Mengubah lirik menjadi gambar, mungkin ini akan menjadi sebuah permainan yang menantang.

Namun tetap saja, Ryuka sudah begitu jauh meninggalkan dunia musik. Lirik seperti apa yang harus ia buat? Perasaannya bertalu, antara menerima atau menolak hukuman ini.

“Jangan bercanda! Kau tahu sendiri kan, itu adalah hal yang hampir mustahil kulakukan saat ini!?” sentak Ryuka, mencoba menolak.

“Yang namanya hukuman, memang harus sulit kan? Agar jera berbohong?” ucap Airi santai, menatap dengan sorot menantang.

“Airi!” bentak Ryuka, geram.

Selang satu detik Ryuka membentak, kilatan cahaya melintas terlihat cukup jauh dari balik jendela, disertai suara gemuruh yang begitu keras dan mengejutkan.

Sontak Airi menjerit ketakutan sembari melompat pada dekapan Ryuka. Pria yang juga terkejut itupun spontan mendekap erat gadis dengan tinggi sepantaran dadanya.

Dikala Airi terpejam ketakutan, Ryuka justru membuka matanya dengan lebar memperhatikan apa yang berada diluar jendela.

Setetes demi setetes air mulai tumpah dari langit, perlahan tapi pasti mengajak ribuan kawan mereka yang lain. Melihat itu, Ryuka menyadari satu hal.

“Hujan?” gumam Ryuka.

“Ryuka… aku takut! Saat pemakaman orang tuaku, hujan juga turun deras…!” rengek Airi dengan manja, sedikit terisak.

Satu hal lagi yang Ryuka sadari dari situasi saat ini, hujan hanya akan membawa trauma pilu pada hati Airi. Namun Ryuka tak ingin membiarkan trauma itu terus berlanjut.

Ya! Jika Airi menyuruhnya menulis lirik agar traumanya terhadap musik pulih, ia juga harus bisa memulihkan trauma gadis itu terhadap hujan.

Dengan penuh kehangatan, Ryuka membelai surai lembut Airi.

“Tenang saja, sayang. Akan kubuat hujan ini menjadi kenangan manis bagimu,” bisiknya menenangkan.

Tak lama setelah mengatakan itu, Ryuka kembali mendekati meja kerjanya, mengambil sebuah buku dan pena dari laci meja tersebut, lalu duduk pada kursi kebangsaannya menghadap hujan dari balik jendela.

Dari arah belakang, Airi mendekat dengan tatapan penuh tanya.

“Kau mau apa?”

“Menjalani hukuman,” jawab Ryuka singkat, lalu mulai menulis.

Airi yang belum mengerti, hanya bisa memperhatikan setiap pergerakan Ryuka dengan seksama. Ryuka sedikit menoleh waspada ke arah Airi.

“Jangan lihat dulu! Ini kejutan. Kau pasti belum pernah menggambar lirik dengan tema ini! Biarlah lirikku menjadi ide gambar yang benar-benar baru bagimu!” ucap Ryuka riang, sembari menutupi kertasnya dari Airi.

Gadis polos itu hanya bisa pasrah, duduk pada tempat tidur di sebelah Ryuka tanpa sedikitpun mengintip pada kertas milik pria tersebut.

Hening, hanya ditemani oleh suara hujan dan goresan pena Ryuka pada kertas. Airi menunggu bersama rasa penasaran, bercampur bahagia melihat Ryuka kembali menulis lirik.

Sesekali Airi melirik pada wajah Ryuka yang sedang fokus menulis, dari senyuman tulusnya dapat dipastikan bahwa pria itu sangat menikmati setiap goresan pena.

Ya, sepertinya baik Airi ataupun Ryuka sendiri mulai yakin, bahwa Rakuyan Yakuma sebenarnya teramat mencintai juga tak bisa lepas dari musik. Sejauh apapun ia melarikan diri.

Selang beberapa menit tenggelam dalam keheningan dan perasaan masing-masing, Ryuka akhirnya menyelesaikan jua hukuman menulis liriknya.

Dengan senyuman ceria penuh kebanggaan, ia menyerahkan lirik tersebut pada Airi. Gadis itu pun tanpa ragu menerima lalu membacanya, dengan rasa penuh penasaran.

Namun setelah usai membaca lirik yang baru saja diciptakan Ryuka, Airi meneteskan air mata. Sesekali menatap haru pada sang pencipta lirik tersebut.

“Ryuka, kau…?” Airi mulai menyadari apa yang Ryuka inginkan.

Ryuka tersenyum yakin sebelum menjawab.

“Aku sudah berusaha melawan traumaku untuk menulis lirik, sekarang giliranmu yang menghapus trauma terhadap hujan.”

Tak disangka, rupanya memang benar pesan yang bisa Airi pahami dari lirik yang ingin Ryuka sampaikan padanya? Ia ingin mengubah trauma pahit tentang hujan, menjadi kenangan manis?

Tulus sekali pria pemusik ini! Airi jadi semakin merasa beruntung mengenal pria sebaik Ryuka. Meski samar, mulai tumbuh keyakinan kuat bahwa Ryuka mampu menghapus traumanya.

Lagi, kilatan cahaya terlukis dari balik jendela bersama suara gemuruh yang begitu keras. Namun kali ini Airi tersenyum riang sembari mendekap erat Ryuka.

“Baik, akan ku gambarkan ide baru dari lirik luar biasa ini. Terima kasih ya, Rakuyan.” ucap Airi dengan penuh keyakinan.

Airi mulai dengan semangatnya menyiapkan sketch book beserta pensil andalannya, siap untuk menuangkan lirik indah tersebut menjadi gambar yang tak kalah indah.

Sesekali melihat pada lirik, untuk kembali dijadikan sebuah referensi. Begini isi lirik yang Ryuka tulis:

Tittle: Simfoni Hujan

Lyric By: Rakuyan Yakuma

Suara langit, meredam teriakan dalam kegelapan.

Setiap bulir yang tumpah, menutupi derasnya kesedihan.

Hingga kapan, ingin terus tersiksa tajamnya hujan yang menusuk kulit?

Dengarkan dengan seksama, suaranya menyanyikan simfoni penghapus sulit.

Tak terdengar? Bukalah mata!

Lihat, dedaunan menari tertiup angin pelepas derita.

Tak selamanya hujan mengalirkan derita.

Kau hanya perlu mengubah kebahagiaan dibalik hujan, menjadi nyata.

Bersamamu di suatu ruang, berteduh dari hujan.

Mari kita berjanji untuk terus mencari jalan.

Aroma hujan berpadu dengan lechy tea yang hangat dan manis.

Ku harap kala mengingatnya, kau tak lagi menangis.

Selain isi liriknya yang begitu manis, Airi juga teramat bahagia melihat tulisan lirik tersebut karena Ryuka menuliskan nama aslinya sebagai seorang musisi, Rakuyan Yakuma.

Hal itu semakin memperkuat keyakinan Airi, bahwa Rakuyan Yakuma vokalis dari band Silent Cold Fire yang saat ini sedang hiatus, akan segera kembali menggemparkan dunia permusikan setelah lama menghilang.

Dengan penuh antusias, Airi menggoreskan pensil pada kertas. Mengukir karya baru, untuk menghapus luka dari hatinya. Ia bertekad sepenuh jiwa, untuk sembuh dari setiap traumanya demi menghapus trauma Ryuka.

Diam-diam, Ryuka pun merasakan tekad yang sama. Menghapus traumanya, demi menyembuhkan trauma Airi sebagai bentuk penebusan dosa yang belum bisa terungkap.

Meskipun perlahan, mereka mulai menghapus luka satu sama lain. Menggantinya satu persatu dengan kenangan manis.

Setelah 60 menit menggambar dengan penuh keseriusan, akhirnya Airi mampu menyelesaikan karya lukisnya. Karya yang begitu indah, hingga Ryuka tertegun melihatnya.

“Sejak kapan kau memiliki pensil warna?” tanya Ryuka, rupanya tidak fokus pada keseluruhan gambarnya.

“Kemarin beli diam-diam, saat kita sedang belanja di mall.” jawab Airi jujur dengan polosnya.

Ryuka tercengang mendengar jawaban itu.

“Mengapa tidak bilang, jika kau butuh perlengkapan gambar yang lebih lengkap lagi? Akan kubelikan, kuas, cat, bahkan kanvas untuk mendukung karya senimu!”

Kali ini Airi yang tercengang.

“Aku belum pernah melukis di kanvas!” ucapnya panik.

“Kalau begitu, sekarang saatnya untuk kau mencoba.” sahut Ryuka dengan penuh semangat.

“Tapi..” Airi masih ragu.

“Sudah, terima saja. Omong-omong, aku suka dengan bentuk tanda tanganmu.” Ryuka mengalihkan topik agar Airi tidak bisa mengelak lagi.

“Terima kasih,” ucap Airi tersipu malu.

“Tapi mengapa kau tidak fokus pada tema gambarnya!?” kali ini ia sedikit menyentak kesal.

Ryuka tertawa lepas ketika menyadari itu.

“Gambarmu bagus, Airi. Aku sangat menyukainya. Itulah sebabnya aku rela membelikan mu peralatan gambar yang lebih lengkap,” jawabnya dengan lembut kemudian.

Ryuka membelai surai Airi, membuat sang empunya surai merona disertai debaran. Sesaat, suasana hujan deras menjadi begitu hangat.

“Jika begitu, kau harus sering menulis lirik untuk inspirasiku menggambar.” perintah Airi tiba-tiba, memberi kesimpulan.

“Apa?” Ryuka terkejut, mencoba memastikan ulang.

“Anggap saja sebagai tabungan lirik, agar ketika kau mulai bermusik lagi tak perlu pusing memikirkan lirik dari awal,” ucap Airi dengan santai.

“Kau benar-benar berharap aku kembali bermusik?”

“Bukankah itu juga yang kau harapkan?”

Ryuka tersenyum kecil lalu mendekap Airi dengan erat.

“Terima kasih, Airi. Kau benar-benar sudah membangkitkan semangatku untuk berkarya,” ucapnya dengan suara bergetar.

Airi tersenyum hangat lalu membalas dekapan itu dengan hangat.

“Kita bangun lagi semuanya pelan-pelan, ya. Tenang saja, apapun yang terjadi, kita pasti berhasil.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!