Tak ada yang menyangka Legiun Barat yang dipimpin oleh Pangeran Alex akan lenyap hanya dalam satu malam saja.
Apa sebenarnya yang terjadi? Bagaimana bisa Pangeran Alex yang merupakan Pendekar terkuat itu juga menghilang bak ditelan bumi setelah Legiun Barat dimusnahkan.
Ada yang mengatakan kalau Pangeran Alex sengaja dimusnahkan karena pengaruhnya terlalu kuat di Kekaisaran Hazel, sementara yang lain mengungkapkan kalau Legiun Barat disergap oleh berbagai Pendekar tingkat 10 dari berbagai Ras.
Empat tahun setelah kejadian itu, sosok yang mirip dengan Pangeran Alex muncul di Kota Perdamaian. Namun, sosok yang mirip Pangeran Alex itu bukan lagi sebagai Pendekar terkuat tingkat 10, sosok yang juga bernama Alex itu hanyalah Koki yang mengenalkan berbagai macam jenis makanan baru yang mengguncang dunia kuliner.
Apakah Pangeran Alex sudah mati? Atau Dia kini berubah profesi menjadi Koki? Yuk, langsung lanjut baca ke Bab Pertama, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Regar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Koki Leonardo
“Selamat datang di Restoran Sarah ....”
Leonardo mengerutkan keningnya mendengar suara kekanak-kanakan tersebut dan tatapan matanya pun beralih ke sosok gadis kecil setengah Elf yang duduk di kursi Kasir.
Yang pertama muncul dalam benaknya adalah ternyata pemilik Restoran Sarah ini memiliki anak terkutuk. Seperti para manusia umumnya, ia sangat jijik dengan para darah campuran.
Namun, karena tugasnya ke sini adalah untuk meniru masakan pemilik Restoran Sarah, Leonardo pun memaksakan diri untuk tersenyum.
Dia kemudian masuk ke dalam Restoran dan duduk di kursi dekat dengan dinding kaca pembatas antara dapur dan ruangan untuk pelanggan Restoran.
Leonardo segera membuka daftar menu dan langsung mengerutkan keningnya karena harga yang tertera pada daftar menu itu sangat mahal, itu jauh lebih mahal dari pada tempat Restorannya bekerja dulu.
“Pantas saja Restoran ini sepi pengunjung,” pikir Leonardo sembari menutup daftar menu dan mengalihkan pandangan pada gadis Remaja cantik di seberang mejanya. “Aku memesan semua yang ada di daftar menu!” katanya dengan santai sembari menatap ke arah dapur.
“Baik tuan, tolong tunggu sebentar,” sahut Hannah.
Leonardo cukup terkesan dengan desain dapur Restoran Sarah ini, semua peralatan dapur terlihat mahal dan ditata dengan rapi, bahkan tak ada bercak noda bekas bumbu-bumbu di lantai.
Dia mengakui kalau kebersihan Restoran Sarah ini patut ditiru oleh Restoran lain, kekurangan Restoran ini hanyalah pemilik Restoran memiliki Putri berdarah campuran terkutuk.
Hannah keluar dari dapur membawa nampan berisi pesanan Uran dan Ron.
“Bos kecil, kami akan makan dulu dan kapan-kapan akan membawa Putriku makan di Restoranmu ini,” kata Ron yang asyik bercerita tentang Putrinya pada Sarah.
“Baik Paman Ron, selamat menikmati,” sahut Sarah kembali ke tempat duduk Kasir.
Uran tiba-tiba men.de.sah setelah mencicipi kuah Bakso.
Ron dan Leonardo langsung menatap Uran yang tampak malu karena tidak sengaja malah men.de.sah kenikmatan.
“Apakah makanan di sini memang memiliki efek khusus?” gumam Ron yang telah diberitahu oleh Uran kalau makanan buatan Alex memiliki efek khusus yang berbeda pada setiap jenis makanannya.
Rendang membuat yang memakannya akan menangis karena mengingat kenangan indah yang hampir mereka lupakan, Ayam Crispy akan membuat gembira.
Uran mengabaikan tatapan Ron dan Leonardo, Sumpit menjepit bola Bakso yang kemudian melesat ke dalam mulutnya.
Mata Uran terbelalak karena tiba-tiba rasa nyeri sendi dan lelah sehabis bekerja di Pabrik tiba-tiba menghilang. “Ini adalah keajaiban dunia, apakah Bos Alex adalah Dewa Koki yang turun dari Surga?” Pikiran Uran malah melayang jauh.
Leonardo menggelengkan kepala dan merasa reaksi Dua Pelanggan itu terlalu dibuat-buat, kemudian ia menoleh ke arah Alex untuk memperhatikan cara Alex memasak makanan Restoran Sarah ini.
Namun, punggung Alex dan Hannah malah menghalangi pandangannya. Dia tidak dapat melihat dengan jelas, apa bumbu yang menempel di potongan ayam yang baru saja Alex jatuhkan ke wajan penggorengan.
“Sial! Sepertinya Aku tidak bisa meniru Ayam Goreng itu dalam sekali lihat,” pikir Leonardo menggerutu.
Hannah membuka tutup mesin pemanas buatan Dwarf dan memindahkan satu potong daging yang ternyata sudah selesai dimasak ke dalam piring kecil, sehingga Leonardo semakin cemas karena tidak tahu metode memasak Rendang itu.
“Hannah... tolong bantu masakkan Bakso!” seru Alex yang berjalan ke lemari pendingin mengambil satu ikat kecil daun singkong atau daun ubi.
Hannah memasukkan Sepuluh bola Bakso ke Panci, kemudian memasukkan setumpuk Mie juga.
Leonardo memperhatikannya dengan seksama dan berpikir dapat meniru makanan bernama Bakso ini setelah mencicipi kuahnya. Untuk Gulai Daun Ubi Tumbuk, ia juga dapat menirunya, akan tetapi Rendang dan Ayam Crispy mungkin akan membutuhkan waktu lebih lama untuk menirunya.
“Bagaimana tuan Ron, apakah Ayam Crispynya lebih enak dari Ayam goreng Restoran Saradan?” tanya Uran tersenyum lebar, karena sudah dapat menebak jawaban dari Ron.
Ron menepuk perutnya yang besar dan tersenyum lebar. “Sudah kuputuskan, mulai hari ini aku akan menjadi Pelanggan tetap Restoran Sarah.”
Uran sangat senang mendengarnya dan berkata lagi, “Kalau mau ke sini, lihat dulu jadwal buka Restoran Sarah ini. Akhir pekan mereka akan libur.”
Ron terkejut mendengarnya dan membuka kembali daftar menu. “Ah, padahal akhir pekan adalah waktu yang tepat berkumpul bersama keluarga dan mengajak mereka makan di sini,” katanya sembari menghela napas panjang.
“Bos Alex juga butuh istirahat,” sahut Uran sembari mengeluarkan 100 Koin Perak. “Bos kecil, ini uangnya!” katanya pada Sarah yang langsung datang sembari tersenyum lebar.
Ron juga membayar biaya makannya, kemudian keduanya keluar dari Restoran Sarah dan kembali ke Pabrik Dewan Kota Milles.
Pesanan untuk Leonardo telah selesai. Hannah segera menyajikan hidangan itu diatas Meja Leonardo.
Sarah hanya menatap Leonardo sekilas saja dan Dia tidak tertarik berbicara dengannya karena merasa Leonardo memiliki pandangan yang aneh saat menatap dirinya.
Leonardo lebih dulu mencicipi Rendang dan tiba-tiba air matanya mengalir membasahi pipinya. Dia buru-buru menyeka air matanya itu dan melirik ke arah Sarah.
Dia menghela napas lega karena tidak ada yang memperhatikannya. “Tingkatan memasak seperti ini hanya dapat dilakukan oleh Koki Legendaris saja, mungkinkah Bos Alex ini Koki Legendaris?” gumamnya menatap Alex dengan penuh minat. Namun, ia segera mendengus dingin, “Aku tidak akan dapat meniru masakannya secara sempurna. Meniru hampir mirip saja sudah luar biasa.”
Lima belas menit kemudian, Leonardo akhirnya mengabiskan semua hidangan diatas meja. Dia sangat puas dan tidak menyangka semua makanan ini memiliki efek khusus yang berbeda-beda. Walaupun ia nantinya dapat meniru makanan ini, akan tetapi efek khusus itu tidak akan dapat ditiru karena hanya Koki Legendaris saja yang dapat membuat hal seperti itu.
“Nona Hannah!” Leonardo memanggil Hannah.
Dia mengetahui nama Hannah karena di bagian bawah daftar menu ada gambarnya beserta namanya juga. Sepertinya pemilik Restoran Sarah sengaja menampilkannya agar para Pelanggan dapat dengan mudah berkomunikasi dengannya.
Hannah yang sedang berbicara dengan Sarah segera mendatangi Leonardo. “Semuanya 550 Koin Perak, tuan!”
Leonardo mengeluarkan 550 Koin Perak dari sakunya. “Makanan di sini sangat enak,” katanya sembari berjalan keluar Restoran.
“Terimakasih tuan, sampai jumpa lagi!” sahut Hannah tersenyum hangat.
Setelah Leonardo pergi, Kereta Kuda mewah berlambang Keluarga Donovan berhenti di halaman Restoran Sarah.
Wanita cantik turun dari gerbong kereta sembari tersenyum manis menatap Sarah yang berdiri di pintu Restoran.
“Selamat datang Kakak Margareth!” sapa Sarah tersenyum lebar, karena terakhir kali Margareth ke Restoran Sarah; ia memberikan tip yang banyak untuk Sarah.
“Kamu semakin menggemaskan saja, Sarah!” sahut Margareth hendak mencubit pipinya. Namun, ia urung melakukannya setelah mengetahui kalau Sarah ternyata Pendekar tingkat 4 yang bahkan mampu melumpuhkan para Preman di wilayah timur.
ada aja ide nya Thor... /Hey/
salut... salut... /Determined/