Ratu Gyeo Wol adalah ratu yang tidak pernah mendapat kasih sayang Yang Mulia Raja Hyeon. Mereka menikah karena politik. Raja Hyeon menikahi Ratu Gyeo karena mebutuhkan kekuatan militer dari panglima perang Kyung Sam yang tidak lain adalah kakak kandung sang ratu.
Selama menjadi ratu, Gyeo Wol tidak pernah disentuh oleh Hyeon. Hal tersebut tentu saja ia sembunyikan dari sang kakak karena dia tidak ingin membuat kakaknya khawatir.
Gyeo Wol pun memilih diam hingga sebuah peristiwa membuat dirinya bangkit dan melawan.
" Akan ku buat kau bertekuk lutut di hadapanku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Queen 28. Inilah Yang Diinginkan
Semuanya telah selesai dikerajakan sesuai dengan apa yang waktu itu Hyeon dan Wool bicarakan. Pohon-pohon pun selesai ditanam. Bahkan beberapa prajurit diminta untuk memindahkan pohon yang sudah sedikit agak besar agar langsung bisa dijadikan pengaman untuk tanah. Tentunya dibarengi degan menumpuk bebatuan agar kuat pondasi tanahnya.
Hyeon dan Wool kembali ke tenda mereka. Tampak gurat kelelahan di sana. Keduanya sama-sama pergi berganti pakaian dan saat ini mereka sudah kembali dengan pakaian yang bersih.
" Terimakasih ratu ku, apa yang menjadi gagasan mu sungguh bisa mengatasi bencana di daerah ini. Dan terimakasih sudah menyusul kemari. Jujur saat pertama kali hendak berangkat aku lebih menginginkanmu untuk ikut dari pada selir Da Eun."
Wool tersenyum simpul, ia tahu akan hal itu. Waktu itu Hyeon tampak kecewa saat Wool mengatakan bahwa dia tidak bisa ikut.
" Lalu apakah yang mulia sudah melihat bagaimana selir bekerja di sini?"
Pertanyaan Wool hanya dijawab desahaan berat oleh Hyeon. Dia benar-benar tak habis pikir dengan selir kesayangannya itu. Jika boleh dibilang Hyeon kecewa dengan Da Eun. Harapan Hyeon Da Eun bisa membantu saat berada di kabupaten Ding tapi ternyata tidak sama sekali.
Ia berpikir, Da Run yang berasal dari rakyat biasa akan mudah membaur bersama para warga. Akan tetapi semuanya harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Da Eun tidak melakukan apapun.
" Dia benar-benar menysahkan."
Tawa Wool seketika lepas. Sungguh ia tidak bisa lagi menahannya.
" Maaf yang mulia, aku sungguh tidak bisa jika tidak tertawa."
" Silakan kau bebas tertawa sepuas mu. Kau ratuku, kau bebas melakukan apa yang kau inginkan."
Seketika tawa Wool terhenti. Ia sungguh tidak paham apa yang Hyeon ucapkan. Makna tersirat apa yang ada di sana Wool belum menemukannya.
Suasana keduanya menjadi canggung. Baik Hyeon maupun Wool tidak tahu lagi apa yang harus mereka katakan.
" oh iya, kiya akan kembali besok sore. pagi sampai siang kita akan memeriksa wlayah ini untuk yang terakhir kalinya."
Wool mengangguk, Ia akhirnya memilih bangkit dan menuju ke tempat tidur untuk merebahkan diri. Tapi ternyata gerakan Wool ditirukan oleh Hyeon. Wool pun terkejut melihat Hyon ikut berbaring bersamanya.
Mata Wool membulat sempurna saat Hyeon dengan santai memejamkan mata. Ia bahkan berdecak kesal.
" Ratuku, kau tahukan di sini tempat tidur hanya satu. Jadi mari berbagi. Ini adalah kesemapatan langka kita bisa berbaring di satu ranjang."
Wool benar-benar tak habis pikir dengan apa yang diucapkan oleh Hyeon. Wool akhirnya ikut mememjamkan matanya. Sungguh aneh tidur bersama seorang pria disebelahnya. Selama ini hanya Kyung Sam dan Jae Hwan yang pernah berada di atas tempat tidurnya. bahkan ketiganya sering tidur bersama.
" Apa kau pernah tidur besama pria?"
" Tentu saja pernah."
Mendengar jawaban Wool, Hyeon langsung bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap ke Wool. Ia tentu sangat terkejut dengan jawaban ratunya tersebut.
" Bagaiman bisa seorang gadis tidur bersama seorang pria sebelum menikah. Kau ini sungguh sangat sembarangan. Apa kau tidak takut namamu buruk!"
" Tck, jangan berpikir macam-macam yang mulia raja. Kedua kakak ku itu laki-laki, dan kami sering tidur besama. Jadi dimana letak salahnya."
" Lain kali jangan lakukan itu mekipun itu adalah kakakmu."
" Maksudmu?"
Hyeon sendiri tidak tahu apa yang ia ucapkan kepada Wool. Bersama dengan ratunya beberapa hari membuat Hyeon memiliki rasa yang berbeda. Bahkan rasa ini sangat jauh berbeda dengan yang ia miliki kepada Da Eun.
" Ya, ya baiklah aku mengerti. bagaimanapun aku ratu negera ini. Aku tidak sepantasnya untuk bebuat yang buruk bukan. Aku simbol dari sebuah kesopan santunan."
Hyeon tekejut mendengar ucapan wool. Bukan itu sebenarnya maksud dari perkataannya tadi. Tapi Hyeon tidak ingin berbicara panjang. Saat ini fokusnya adalah menatap wajah Wool. Wanita di sebelahnya itu tadi berbicara sambul terpejam. Hyeon begitu gemas melihat ratunya.
" Apa sungguh tidak ingin melihat wajahku hmmmm? Mengapa bahkan berbicara pun kamu memejamkan mata."
" Oh ayolah yang mulia, hamba ini sangat mengantuk. Hamba butuh tidur sekarang. Bukannya besok kita masih banyak hal yang harus dikerjakan? jadi biarkan aku tidur dengan puas malam ini."
Hyeon terkekeh geli. Selama ini menduduki kursi putra mahkota dan kemudian naik tahta menjadi raja, tidak pernah ada yang bicara begitu santai kepadanya. Hanya Wool yang melakukan hal tersebut. Tapi Hyeon suka dengan ulah Wool tersebut.
Cup
Tanpa apa-apa Hyeon mencium bibir Wool. Terang saja hal tersebut membuat Wool membuka matanya seketika.
" Sepertinya cara ini ampun untuk membuatmu melihatku. "
Hyeon kembali mencium bibir Wool yang memang semanis buah plum itu. Wool yang baru pertama kali merasakan sebuah ciuman tentu tubuhnya langsung menegang kaku.
Hyeon pun berhenti, ia terkekeh geli melihat reaksi Wool. Ia akhirnya kembali berbaring. Namun kali ini ia menarik tubuh Wool agar tertidur di pelukannya.
" Maaf, maafkan aku atas semua yang pernah ku katakan padamu. Bahkan saat pertama kali kita akan menikah. Aku sungguh jahat padamu. Tidak seharusnya aku berkata seperti itu. Oh iya apakah kau mau menceritakan ku mengenai kejadian di kolam?"
" Apa kau akan percaya apa yang ku katakan?"
Hyeon mengangguk, mata keduanya saling bertemu dan Wool mengatakan apa yang sebenarnya terjadi tanpa ada yang ditutupi. Sejenak Hyeon terkejut, ia benar-benar tidak menyangka wanita yang ia anggap lembut dan anggun tega berbuat seperti itu. Mencelakai ratu haruslah mendapat hukuman mati.
Pria itu tambah terkejut saat mengetahui fakta bahwa Da Eun lah yang memasukkan bunga aster ke dalam pemandian milik Wool.
" Mengapa kau membiarkan itu terjadi padamu? Dan mengapa kau tidak mengatakannya."
" Aku hanya ingin tahu sejauh apa dia melakukannya? Aku ingin tahu juga seperti apa dia sebenarnya."
Hyeon mendengus kesal, ia benar-benar kecewa dengan sikap sang selir kesayangan. Bagaimana bisa Da En berbuat begitu buruk kepada Gyeo Wool. Padahal Hyeon sudah mengikuti apa yang dimau oleh wanita itu.
Hyeon secara terbuka mengatakan bahwa pernikahannya hanya karena sebuah keuntungan. Meskipun begitu Hyeon berharap Wool bisa hidup baik di istana. Tapi rupanya Da Eun tidak menyukai hal tersebut dan membuat Wool kesulitan.
" Lalu, kau mau aku berbuat apa? Haruskah aku menghukumnya saat pulang nanti?"
Wool menggeleng cepat. Ia sudah memiliki rencaana sendiri untuk selir kurang ajar itu.
" Baiklah, aku serahkan harem sepenuhnya padamu. Terserah mau kau apakan dia, kau punya kuasa penuh untuk itu."
Wool tersenyum lebar. Inilah yang ia inginkan. Ia benar-benar akan menggunakan wewenang yang sudah Hyeon berikan.
TBC
his knp sih ratu hrs punya niat merebut raja...knp enggak di cuekin aja jg pedulikan lagi...jual mahal gitu...