Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 - Kerinduan (Mikhayla)
Pertemuan keluarga besar Arga yang melibatkan Keyvan ternyata memang sudah dihadiri seluruh anggota. Menyisakan dia yang tampak memasuki ruang keluarga dengan wajah masamnya.
Kemarahan akibat kesenangan diusik berhasil membuat Wibowo ciut selama perjalanan. Bukan protes dengan banyak bicara layaknya pria cerewet, akan tetapi cara marah Keyvan yang diam lebih mengerikan dari apapun.
"Akhirnya kamu tiba juga, kenapa bisa terlambat, Van?"
Biasanya Keyvan akan datang paling awal, di setiap pertemuan pria itu akan menjadi seseorang yang paling peduli perihal waktunya. Kini, tampaknya ada sesuatu yang membuat Keyvan sedikit berubah.
"Maaf, Ma ... ada sesuatu yang harus aku tuntaskan," jawab Keyvan seraya menunduk sopan, sebagaimana dia menghormati orangtua istrinya sejak Liora masih hidup.
"Ah iya, Mama percaya tentang itu. Langsung saja, kita akan membahas perihal istrimu."
Keyvan tetap murung, entah Liora atau Mikhayla yang tengag menghantui pikirannya saat ini. Yang jelas pria itu tidak dapat berpikir jernih, dia tak begitu fokus dengan percakapan mertuanya. Hingga, salah satu adik Liora tiba-tiba bersuara dan menolak mentah-mentah pernyataan sang mama.
"Kenapa harus begitu? Keyvan kaya raya, kenapa harus harta Liora tetap diberikan padanya? Come on, Mom!! it's crazy!!"
Sejak awal memang mereka tidak bisa bersatu, perbedaan pendapat biasanya kerap membuat kedua bertengkar. Perbedaan usia yang hanya terpaut tiga tahun itu semakin membuat Leon keras kepala, sebagai adik bungsu dia merasa lebih berhak dibandingkan Keyvan yang tidak lain hanya sebatas orang asing dan resmi menjadi bagian hidup Lora beberapa bulan lalu, tidak lebih.
"Keyvan suaminya, lagipula kamu tetap dapat bagian, Leon!! Dimana salahnya?"
"Salah!! Jelas saja salah, Mommy jangan terlalu baik jadi manusia ... Keyvan bukan lagi bagian dari keluarga kita, ingat itu!!"
Mendapati mereka tengah membahas harta peninggalan sang istri, Keyvan hanya diam dan menjadi pengamat saat ini. Setakut itu keluarga ini sepeser harta Liora jatuh ke tangannya. Padahal kekayaan keluarga Arga hanya beberapa persen harta kekayaan Keyvan.
"Keputusanku sudah bulat, Keyvan masih suami dan dia berhak atas pembagian warisan Liora," ucap Henia begitu tegasnya, sorot matanya terlihat memperhatikan Keyvan yang duduk di hadapannya.
Aneh sebenarnya, sejak awal pernikahan mertuanya juga selalu membahas harta. Bahkan mereka baru saja menikah, Henia mulai ikut campur mendikte apa saja yang perlu mereka persiapkan. Termasuk tentang perjanjian pranikah yang pada akhirnya juga berakhir tentang harta.
"Henia, Arga yang berhak menentukan pilihan ... dia kepala rumah tangga di sini, dia yang berhak mengatur segala sesuatu terkait Keyvan dan juga Liora."
Lagi dan lagi, Keyvan hanya tersenyum tipis kala mendengar paman Liora kini ikut campur. Benar-benar membingungkan, istrinya meninggal dunia beberapa waktu lalu, tanah kuburannya masih merah dan kini pihak keluarga inti justru membahas hartanya, miris sekali.
"Hentikan!! Tidak perlu diperdebatkan, soal harta istriku aku tidak akan ikut campur ... terserah kalian saja, aku hanya meminta kalian tidak mengusik pakaian dan barang-barangnya yang ada di kamarku."
Hanya itu yang Keyvan inginkan sebagai kenangan bersama Liora, tentang harta dan aset yang dimilki istrinya sama sekali dia tidak menginginkannya, sedikitpun.
"Permisi."
Sama sekali Keyvan tidak berpikir jika yang mereka bahas akan menyangkut harta waris. Dia pikir hari ini keluarga besar itu akan mengajaknya mengunjungi makam Liora, benar-benar dugaan yang salah luar biasa.
Wibowo mengikuti langkah panjang Keyvan, pria itu tampak marah dan meninggalkan kediaman Arga dengan perasaan yang tidak baik-baik saja. Jiwanya hancur seketika, sungguh Keyvan dibuat bingung kenapa bisa keluarga istrinya sekeji itu.
"Kemana, Tuan?"
"Pulang, tapi sebelum itu aku ingin mendatangi Liora lebih dulu."
Tanpa banyak bertanya, Wibowo melaju dengan kecepatan tinggi. Hal ini sudah biasa karena memang Keyvan tidak suka buang waktu sebenarnya, akan tetapi pagi ini entah apa yang membuat majikannya jadi sedikit lambat, pikir Wibowo.
.
.
.
Sementara di sisi lain, Mikhayla yang tengah bahagia mengecup ponselnya berkali-kali. Harganya mahal sekali, bahkan hampir mengorbankan keperawanan demi bisa memilikinya, pikir Mikhayla mengelusnya berkali-kali.
Dia terdiam, beberapa saat pikiran Mikhayla kembali melayang kala mengingat buaian Keyvan pagi tadi. Sontak Mikhayla menggeleng cepat dan dia loncat dari tempat tidur, entah kenapa semuanya tiba-tiba terbayang dengan begitu jelas dan dia berteriak lantaran malu pada diri sendiri.
"Nona!! Nona baik-baik saja?"
Terlalu keras dia berteriak hingga penjaga kebun di bawah sana panik dan mencoba bertanya secara langsung karena memang akses menuju balkon sengaja dia buka.
"Iya!! Aku baik-baik saja," jawab Mikhayla kemudian, dia memerah dan kembali mengutuk dirinya sendiri. Kenapa otaknya tiba-tiba senakal ini, gerutu Mikhayla tanpa henti.
Kembali pada tujuannya, Mikhayla menghubungi sang papa. Ya, dia berbohong mengatakan jika dia pelupa bahkan tidak mengingat nomornya sendiri. Padahal, nomor ponsel Rani saja dia hapal di luar kepala.
"Papa!! I Miss You!! Kenapa Papa tidak pernah datang lagi hm, aku rindu Papa ... mau dipeluk Papa," rengek Mikhayla padahal Mikhail bahkan belum sempat menyapanya, sesaat kemudian terdengar teriakan papanya dan tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri.
"Mikhayla? Apa benar ini putriku? Hah? Cintaku!! Papa rindu sekali ... bagaimana kabarmu? Apa badjingan itu menyakitimu? Katakan Mikhayla, apa yang sudah dia lakukan padamu? Hah?"
Baik anak maupun papanya sama saja, ditanya apa jawabnya apa balik bertanya dan ujung-ujungnya hanya mereka yang paham percakapannya.
"Ah tidak!! Om Evan tidak menyakiti Khayla, malah tadi dikasih Handp**hone baru, Pa ... Khayla suka." Dia mulai bercerita, layaknya seorang putri yang akan mengadu tentang apapun pada papanya.
"Om? Kenapa panggilnya Om, Sayang?" Heran sepertinya, walau memang wajar saja jika Mikhayla menyebutnya dengan panggilan itu, akan tetapi rasanya lucu saja.
"Kan memang om-om, Papa!! Oh ya tadi Khayla harus cium dulu baru dikasih Handphonenya." Dia mengadu dengan santainya seraya menikmati irisan buah melon di kamarnya.
"What? Dan kamu mau?"
Bisa dipastikan saat ini Mikhail kebakaran jenggot. Mikhayla mengecup pundak tangan Syakil saja dia tidak suka, dan kini tiba-tiba putrinya mengadu harus menukar ponsel dengan ciuman, lancang sekali.
"Menurut Papa gimana? Handphonenya sudah di tangan Khayla kok." Dengan santainya dia menjawab demikian, tanpa sadar sang papa mungkin sakit kepala akibat aduannya kali ini.
"Dasar licik, Keyvan memang perlu dihajar."
"Eh Papa jangan!! Jangan dipukulin, nanti balesnya ke Khayla gimana? Papa mau putri Papa yang imut ini di KDRT sama suaminya, kan nggak mau Papa."
Mikhayla terkekeh, dia berhasil membuat Mikhail setakut itu. Sungguh, hal ini membuat jeritan rindunya luar biasa terobati, butiran kristal itu mengalir begitu saja di akhir percakapan. Dia memang tampak bercanda, tapi percayalah sejak awal mendengar suara Mikhail yang dia rindukan, jiwa Mikhayla seakan remuk, dadanya sesak hingga membuat napasnya seakan sulit.
- To Be Continue -
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘