Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..
Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.
Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKD 28
Kini Baby tahu tentang keadaan Afika. Damn Baby memutuskan untuk merahasiakan ini dari siapa pun. Cukup malam ini, hanya dirinya yang tahu dan juga dokter yang sudah ia panggil untuk memeriksa keadaan Afika.
Saat dokter telah pergi, Baby kembali masuk ke dalam mension melihat kondisi Afika. Namun, kali ini Baby hanya diam saja, hingga membuat Afika nampak bingung. Karena Baby yang biasanya tidak seperti ini. Tapi, di balik diam nya Baby, Afika nampak bersyukur karena apa yang telah ia sembunyikan belum juga ketahuan sampai detik ini. Dan Afika sangat bersyukur karena dokter yang tadi memeriksa dirinya tidak mengetahui jika saat ini dirinya sedang hamil.
"Sampai kapan kau akan diam?" Tanya Afika setelah cukup lama memperhatikan Baby.
"Apa kau mau keluar dari mension ini?" Tanya Baby, dan pertanyaan Baby mampu membuat Afika begitu bahagia. Siapa yang tidak ingin keluar dari penjara yang membuatnya begiti tersiksa. Dan siapa juga yang ingin bertahan hidup dalam keadaan yang seperti ini. Dengan sangat cepat Afika berkata iya tanpa berfikir lebih lama lagi.
"Apa kau dan Nadi sedang menjalin hubungan? Atau..." Baby terdiam sejenak lalu berjalan ke arah Afika dan naik di atas tempat tidur. "Tidak usah di jawab. Aku ingin tidur di sini malam ini." Kata Baby dan langsung memejamkam matanya. Baby sengaja tidak melanjutkan pertanyaannya karena tidak ingin membuat Afika curiga tentang apa yang Baby sembunyikan.
•••
Di luar sana. Pagi harinya Nadi baru berhasil mendapatkan buah naga seperti yang di perintahkan oleh Adrian. Dan saat setelah selesai membeli, Nadi memutuskan kembali pulang. Namun saat berada di dalam mobil, mata Nadi tertuju pada wanita cantik yang Nadi hafal betul siapa dia. Wanita yang dulu pernah Nadi kawal kemana pun. Inggrid, kini wanita itu berada di salah satu toko bunga. Tapi Nadi memutuskan untuk tidak menghampiri mengingat dirinya sudah pergi begitu lama dan juga Nadi saat ini mengkhawatirkan kondisi Afika.
Beberapa jam kemudian.
Nadi berjalan masuk ke dalam mension. Dengan nafas yang saling memburu akibat berlari dari parkiran ke ruang kerja Adrian. Nadi mengetuk pintu.
"Permisi tuan." Sapa Nadi saat masuk ke dalam ruangan. "Buah Naga seperti yang tuan minta." Kata Nadi sambil meletakkan buah Naga di atas meja. Namun Adrian hanya diam saja. "Kalau begitu saya pamit dulu tuan." Ucap Nadi dan keluar dari dalam ruangan. Adrian memandang pundak belakang Nadi saat keluar dari ruangannya. Lalu kantong kresek yang berisi buah di hempaskan hingga buah naga jatuh berserakan di lantai.
"Cinta?" Gumam Adrian sambil menarik sudut atas bibirnya membuat seutas senyum devil.
Cinta? Ya, Adrian berargumen sendiri. Jika Nadi melakukan semua itu karena cinta. Karena cintanya pada Afika Nadi rela melakukan apa pun. Bahkan hal yang tidak masuk akal sekalipun. Adrian hanya memerintakan Nadi untuk membeli buah, tapi Nadi membeli hal yang lain yang Adrian ketahui dari orang suruhan yang ia perintahkan mengukuti Nadi.
Nadi berjalan tergesah-gesah mencari keberadaan Afika di taman belakang, namun sudah tidak ada. Kini Nadi bisa bernafas dengan lega, karena berfikir jika semalam mungkin tidak terjadi apa-apa selama dirinya pergi.
"Afika." Panggil Nadi saat mendengar tawa Afika dari arah dapur, dengan cepat Nadi berjalan menuju dapur untuk menemui Afika. "Afika." Panggil ulang Nadi. "Kau baik-baik saja? Tidak terjadi apa-apa kan?" Tanya Nadi.
"Ya Nadi." Jawab Afika. "Maaf karena aku, kau menjadi dapat hukuman dan juga harus keluar mencari buah itu."
"Tidak masalah. Oh yah, tunggu di sini sebentar." Kata Nadi lalu berlari menuju parkiran mengambil apa yang sempat ia belikan pada Afika. "Ini." Kata Nadi sambil memberikan Afika buah mangga segar yang masih belum matang.
"Nadi." Mata Afika berkaca, ia tidak menyangkah jika Nadi tahu apa yang sangat ingin ia makan. "Terima kasih."
"Non Afika akhrinya kesampean juga makan mangganya." Kata Sri yang ikut bahagia melihat Afika yang langsung mencuci buah mangga dan mengupasnya.
Baby, yang tadi merasa haus dan hendak mengambil minum, melihat semua apa yang terjadi di dapur. Dan kini keyakinan Baby semakin mantap, jika bayi yang Afika kandung adalah anak dari Adrian.
"Enak?" Tanya Baby saat melihat Afika yang begitu lahap memakan buah mangga. Afika menganggukkan kepalanya. Sedangkan Sri, dia hanya menunduk.
"Nadi, kenapa kau tidak makan buah mangga itu?" Tanya Baby sambil menatap Nadi. Lalu Baby mengambil satu irisan buah mangga dan mencoba memakannya, namun baru pada gigitan pertama, muka Baby langsung berubah masam. Sungguh buah mangga yang sangat kecut namun wajah Afika begitu bahagia memakannya. "Kau hamil Afika? Buah mangga muda hanya untuk orang yang ngidam saja." Kata Baby mampu membuat Afika terdiam dan menatap Sri dan Nadi secara bergantian.
salah tulis nama