"Tidak semudah itu kamu akan menang, Mas! Kau dan selingkuhanmu akan ku hancurkan sebelum kutinggalkan!"
~Varissa
_____________________
Varissa tak pernah menyangka bahwa suami yang selama ini terlihat begitu mencintainya ternyata mampu mendua dengan perempuan lain. Sakit yang tak tertahankan membawa Varissa melarikan diri usai melihat sang suami bercinta dengan begitu bergairah bersama seorang perempuan yang lebih pantas disebut perempuan jalang. Ditengah rasa sakit hati itu, Varissa akhirnya terlibat dalam sebuah kecelakaan yang membuat dirinya harus koma dirumah sakit.
Dan, begitu wanita itu kembali tersadar, hanya ada satu tekad dalam hatinya yaitu menghancurkan Erik, sang suami beserta seluruh keluarganya.
"Aku tahu kau selingkuh, Mas!" gumam Varissa dalam hati dengan tersenyum sinis.
Pembalasan pun akhirnya dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CERAI!!!
Gemuruh tepuk tangan terdengar memenuhi satu ballroom hotel megah tersebut. Varissa mengatupkan kedua rahangnya dengan keras. Sementara, Mauren yang berdiri dengan congkaknya di atas panggung makin menyeringai lebar melihat betapa gugupnya Varissa sekarang.
Selangkah demi selangkah, Varissa berjalan menuju ke atas panggung. Meski merasakan gugup luar biasa, dia mencoba untuk tetap berlaku tenang. Bukan saatnya untuk kalah sekarang, Varissa!
"Silahkan, Nyonya VARISSA!" ucap Mauren sembari menyerahkan microfon yang dipegangnya kepada Varissa.
"Saya mau Microfon yang baru! Saya benci menyentuh sesuatu yang bekas orang lain," kata Varissa dingin.
Mauren menggeram dalam hati. Diliriknya sekilas para tamu yang hadir sambil berusaha tetap tersenyum anggun. Dia malu. Sangat-sangat malu karena ditolak secara terang-terangan oleh Varissa dihadapan banyak tamu terhormat. Seperti dia yang sengaja ingin mempermalukan Varissa, rupanya istri sah kekasihnya itu juga ingin melakukan hal yang sama.
"Tolong berikan Microfon baru untuk Nyonya Varissa!" pinta Mauren kepada MC yang sedari tadi diam kaku nyaris lupa bernafas.
"Kamu yang ambilkan!" sergah Varissa yang langsung membuat Mauren melebarkan kedua matanya.
"Kenapa? Tidak mau?" lanjut Varissa yang sengaja terus memprovokasi selingkuhan sang suami.
Rahang Mauren mengetat menahan amarah yang nyaris meledak didalam hati. Meski harga dirinya merasa terluka, namun perintah dari Varissa tetap ia lakukan. Di rebutnya Microfon baru yang berada ditangan MC tadi lalu menyerahkannya kepada Varissa dengan tatapan marah.
Varissa tersenyum. Sedikit merapatkan tubuhnya pada Mauren, wanita cantik itu berbisik pelan ditelinga sang pelakor.
"Perbaiki mimik wajahmu! Jangan terlalu angkuh dihadapan orang yang memberimu upah untuk membeli makan."
Kemudian, Varissa mengambil alih Microfon itu dari tangan Mauren sambil terus tersenyum manis.
"Selamat malam untuk para hadirin yang berkenan datang malam hari ini di ulangtahun Good Food Corp. yang ke-30 tahun. Kepada Bapak Advent, Bapak Guruh dan semua rekan bisnis yang telah setia selalu menyertai perjalanan Good Food mulai sejak zaman Papa saya memimpin, saya ucapkan banyak-banyak terimakasih. Saya berharap, kerjasama kita akan terus berlangsung dalam waktu yang panjang." Varissa meremas kuat Microfon yang ia pegang. Mauren sudah turun beberapa detik yang lalu saat merasa keberadaannya sudah tidak di perlukan lagi. Meninggalkan Varissa sendirian yang tak bisa dipungkiri merasa sangat canggung berdiri di tengah-tengah dan menjadi pusat perhatian seluruh orang yang hadir.
Sambutan Varissa terus berlanjut. Tepuk tangan sedari tadi terus dia dapatkan dari para rekan bisnis lama Ayahnya yang tentu sangat paham akan semua yang Varissa katakan. Ketika wanita itu berbicara mengenai jatuh bangunnya perusahaan di zaman dulu, mereka juga ada disana. Bersama-sama dengan Ayah Varissa saling bergandengan tangan dan menanjak naik bersama meski kerikil dan rintangan sudah pasti terus menerpa. Pada akhirnya, Good Food menjadi sebesar sekarang, dan mereka yang rata-rata pemilik bisnis waralaba juga ikut kecipratan untung.
Kini, tiba saatnya Varissa bernyanyi. Wanita itu masih bungkam hingga dua menit berlalu. Mauren tampak tersenyum puas. Ditatapnya Varissa dengan alis terangkat dan dengan sengaja merangkul lengan Retno. Hendak memperlihatkan bahwa dirinyalah menantu idaman kesayangan Ibu Mertua Varissa itu.
Di sudut kiri panggung, tempat dimana beberapa panitia acara sedang berdiri mengawasi jalannya acara, mata Varissa tak sengaja menangkap sosok pria yang belakangan ini selalu membuat hatinya merasa tenang dan kacau di saat bersamaan. Lelaki itu menganggukkan kepala. Mulutnya tampak terbuka menyampaikan sesuatu ke Varissa meski tanpa suara.
"Jangan gugup! Cukup tatap aku. Hanya aku!"
Begitu kalimat yang Varissa tangkap dari gerakan bibir Dikta. Membulatkan tekad, Varissa melangkah menuju ke tempat pemain musik. Membisikkan salah satu judul lagu dari penyanyi idola Ayahnya, Krisdayanti untuk dia nyanyikan.
Saat alunan musik mulai bermain, Varissa melakukan apa yang Dikta minta. Dia hanya terus menatap ke arah lelaki yang meski jaraknya tidak terlalu dekat dengan Varissa, namun mampu membuat Varissa percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Apalah maumu, kasih?
Kau pilih diriku di dalam hidupmu
Nyatanya, kulihat kini
Tak bisa kau coba untuk setia
Sudah, cukuplah sudah, kumemberikan waktu
Kau selalu tak bisa mencoba untuk setia
Yang selalu kuinginkan, yang selalu kunanti
Kau coba untuk mengerti, apalah arti mencinta?
Dan harus kau sadari, bila ingin bersamaku
Jangan coba kau ingkari, cobalah untuk setia
JLEB!!
Erik kembali ketar-ketir. Entah apa maksud Varissa menyanyikan lagu itu. Yang jelas, kini Erik mulai merasa tidak tenang-tenang saja. Jangan tanyakan apa kabarnya Tika. Adik Erik itu sudah duduk lemas di kursi dengan tatapan kosong. Habis sudah. Riwayat hidupnya SELESAI!!
Retno yang dirangkul oleh Mauren pun mendadak melepaskan diri. Dia bahkan dengan senang hati paling riuh bersorak saat Varissa tuntas menyanyikan tembang favorit Ayahnya itu.
Disudut kiri panggung, Dikta juga tersenyum lebar. Memberi tepuk tangan meski tidak sekeras orang lain. Tak lama berselang, lelaki itu kembali berbalik. Menghilang di kerumunan para tamu undangan yang berinisiatif berdiri mendekat ke panggung untuk memuji penampilan Varissa yang ternyata memiliki suara sangat bagus.
Erik lekas menjemput istrinya turun. Di gandengnya sang istri dengan bangga ketika para rekan bisnisnya mulai memuji betapa beruntungnya Erik yang memiliki istri sehebat Varissa. Dagu pria itu terangkat tinggi, bangga.
"Katanya kamu nggak bisa nyanyi. Tapi, kok suara kamu bagus banget?" tanya Erik yang berusaha mencairkan suasana tegang yang memerangkap dirinya sendiri.
"Tahu nggak, Mas?"
"Apa?"
Varissa tersenyum. "Selama ini aku memang bodoh banget. Aku rela meninggalkan semua yang aku suka demi membuat kamu senang. Dulu, kamu bilang kamu nggak suka cewek yang suka nyanyi. Alasannya karena mirip wanita penghibur, jadi aku bilang kalau aku nggak bisa nyanyi." Dia tertawa. Menyesali kebodohannya di masa lalu hanya karena terlalu bucin pada seorang pria yang bahkan tidak pantas mendapatkan pengorbanannya.
"Kedua, kamu bilang nggak suka cewek tomboy, jadi aku berusaha berubah buat jadi feminim dan lembut. Ketiga...,"
"Va!" Erik memotong kalimat panjang Varissa.
"Kenapa?" tanya Varissa dengan wajah jengah.
"Kita bahas semuanya nanti ya, Sayang! Jangan disini!" bisik Erik membujuk.
"Kenapa nggak sekarang aja, Mas? Kamu takut orang-orang tahu kelakuan busuk kamu sama perempuan penggoda ini?" Varissa menunjuk Mauren secara terang-terangan.
"A-apa maksud kamu, Va? Kelakuan apa? Jangan mengada-ada dong, Sayang!" Erik tertawa sumbang sambil melirik panik ke arah orang-orang yang semakin lama semakin berkerumun mendekat.
"Sekarang, jelasin ke aku! Kenapa kamu bisa-bisanya merayakan pesta ulangtahun perusahaan tanpa mengundang aku, Mas?" tanya Varissa dengan suara rendah.
Terdengar reaksi orang-orang yang begitu kaget mendengar pengakuan Varissa. Bagaimana seorang pemilik perusahaan tidak di undang ke acara miliknya sendiri? Apa masuk akal?
"VA...," Erik berusaha meraih kedua tangan istrinya. Namun, wanita itu menolak dengan kasar.
"Karena kamu ikut merayakan ulangtahun selingkuhan kamu ini, kan?"
Mauren melotot. Sangat keberatan dengan ucapan Varissa yang sengaja ingin mengekspos perselingkuhannya dengan Erik didepan banyak orang.
"Nggak, Va! Aku...,"
"Cukup, Mas!" Varissa mengangkat telapak tangannya ke udara. "Kamu pikir aku diam selama ini karena bodoh? Nggak, Mas! Aku cuma sedang menunggu momen yang tepat untuk menghancurkan kamu!"
"Varissa, Sayang! Kamu ngomong apa sih, Nak?" Retno berusaha melerai. Membujuk Varissa dengan suara terlembut yang dia miliki demi menyelamatkan masa depan keluarganya yang sudah berada di ambang kehancuran.
"Mama tahu apa yang paling bikin aku sedih?" lirih Varissa pada Ibu mertuanya.
Wanita paruh baya itu hanya diam.
"Itu karena Mama dan seluruh keluarga besar Mama mendukung Mas Erik berhubungan gelap dengan perempuan ini, Ma!" Lagi, Varissa menunjuk Mauren penuh dendam.
Ia lalu melangkah mendekati selingkuhan suaminya yang masih terus bersikap angkuh. Tak ada sedikitpun penyesalan yang tersirat di wajah Mauren meski kelakuan busuknya sudah tersingkap di khalayak ramai.
"Mulai sekarang, kamu nggak perlu lagi berhubungan sembunyi-sembunyi dengan Mas Erik. Segera, setelah aku menceraikan dia, kamu bisa memiliki dia seutuhnya. Jadi, nafsu kamu untuk membuka kedua paha kamu lebar-lebar untuk dia sebaiknya di tahan-tahan dulu. Nggak lama, kok. Bisa kan?" Varissa menepuk-nepuk bahu Mauren lalu mengelap tangannya dengan sapu tangan usai menyentuh pelakor itu.
"Sudah aku bilang, kan? Aku nggak suka barang bekas orang lain." Varissa menyeringai.
"Dan, untuk kamu, Mas! Mulai malam ini, jangan pernah pulang ke rumahku lagi. Aku mau CERAI!" tegas Varissa kepada suami yang berdiri di belakangnya.
Dan... Selesai sudah. Tika Game over. Adik Erik itu langsung jatuh ke lantai tak sadarkan diri saat mendengar ucapan Varissa barusan.