Mohon untuk tidak membaca novel ini saat bulan puasa, terutama disiang hari. Malam hari, silahkan mampir jika berkenan.
Season1
Nadira Safitri Kasim. Siswi Kelas XII yang terjebak pernikahan dini. Pertemuan yang tak disengaja dan faktor ekonomi sehingga ia harus menikah di usia yang terbilang muda. Namun pernikahan itu hanyalah sebatas kontrak, yang di mana ia akan menyandang status janda apabila kekasih suaminya telah kembali. Saat kekasih suaminya telah kembali, Nadira sudah terlanjur jatuh cinta pada suaminya.
Apakah Nadira akan menjadi janda di usia mudahnya?
Apakah mereka akan hidup bersama?
Season 2
Tidak semua orang memiliki kepintaran atau pemahaman yang cepat, dan hal itu terjadi pada Marsya. Marsya selalu dikatai bodoh oleh teman dan guru-gurunya.
Deva, saudara kembar Marsya meminta ayah dan ibunya untuk membawa Marsya ke Jerman. Seminggu sebelum kepergian Marsya, Marsya mendapat masalah hingga membuatnya terjebak dalam pernikahan dini.
Mari simak ceritnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Awal Tanpa Cinta. Episode 28
"Angga" gumam Rian.
Rian duduk di sofa yang ada dalam ruang perawatan Nadira, begitupun dengan Angga. "Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Rian menatap Angga sekilas.
"Aku ke sini mau bahas soal Kaira" jelas Angga menunduk lalu menatap Rian. "Sepertinya mental Kaira terganggu atau bisa disebut gangguan jiwa. Aku mohon, tolong maafkan dia. Aku janji, aku akan membawanya pergi dari Kota ini" jelas Angga.
"Aku butuh waktu" balas Rian.
"Oke baiklah, aku tunggu keputusanmu" ujar Angga terlihat sedih, ada rasa sakit yang dia tahan. Berharap kesedihan itu cepat berlalu dan kebahagiaan menghampiri. Namun apalah daya, ia hanya manusia biasa yang hanya mengikuti skenario kehidupan yang sudah di atur.
"Nadira, lekas sembuh ya. Aku mewakili Kaira meminta maaf pada kalian, aku pamit" ujar Angga lalu keluar dari ruang rawat Nadira.
Sepanjang jalan menelusuri lorong rumah sakit, Angga terlihat baik-baik saja. Namun, di dalam hatinya hancur berkeping-keping. Kaira adalah wanita pertama yang membuatnya jatuh cinta dan dia tidak ingin mencari pengganti Kaira sekalipun dia tahu, wanita yang dicintaninya hanya memanfaatkannya.
-----
Penjara
"Hahahahaha" tawa Kaira sambil memainkan jemarinya.
"Ibu, aku takut di sini. Mereka semua jahat" ucap Kaira lalu menangis sesegukan. "Hahahahaha" Kaira kembali tertawa.
"Aku janji, Kaira. Aku akan membawamu pergi dan membahagiakanmu" batin Angga. Melihat Kaira seperti orang gila membuatnya hancur. Perasaan cinta dan kasih Angga terhadap Kaira sangat dalam, namun cintanya tidak pernah terbalas. Berharap penantiannya menunggu cinta itu akan segera terbalas.
"Angga" panggil Kaira saat melihat Angga menghampirinya di dalam penjara.
Dengan tegar Angga berusaha untuk tersenyum, dia tidak mau Kaira tahu bahwa dia sedang sedih. Langkah kakinya perlahan terdengar menghampiri Kaira.
"Kaira, bagaimana keadaanmu?" tanya Angga dengan senyum namun dari sorot matanya Kaira tahu Angga sedang tidak baik-baik saja.
"Aku, aku baik-baik saja" balas Kaira tersenyum,
"Angga" panggil Kaira.
"Lihatlah." Kaira mengulurkan tangannya. "Lihat jari manisku, aku menerimamu. Tunggu ibuku kembali dan kita akan menikah. Ibuku sedang jalan-jalan. Aku akan merasa bahagia saat ibuku hadir di acara pernikahan kita" jelas Kaira dengan mata berbinar.
"Hiks... hiks... hiks..." Kaira tiba-tiba menangis. "Angga, ibuku tidak ada di dunia ini lagi. Hiks... hiks... hiks..." tangis Kaira semakin menjadi-jadi.
"Aku adalah keluargamu. Kapanpun kamu membutuhkan aku, aku akan selalu ada untukmu" ujar Angga seraya menyeka air mata Kaira.
"Sekarang kamu masuk ya, aku ada urusan yang harus aku selesaikan. Aku janji, aku akan membawamu pergi dari sini" ujar Angga.
Kaira kembali dalam ruang tahanan dan Angga pergi memasuki mobilnya. Sesampainya di dalam mobil, Angga menangis meraung-raung. Dadanya serasa sesak, berulang kali dia menyeka air matanya namun berulang kali juga air matanya menetes.
-----
1 bulan kemudian.
Pagi hari.
Rian duduk di meja kerja, matanya terfokus pada layar leptopnya. Seketika jari lentiknya berhenti saat ada panggilan masuk. Rian meraih ponselnya melihat siapa yang menelponnya di pagi hari.
"Angga" gumam Rian.
"Hallo," sapa Angga saat panggilan terhubung dengan Rian.
"Aku di depan rumah kalian" ujar Angga.
Rian memutuskan panggilan telepone dan berjalan jendela. Dilihatnya Angga sedang berdiri bersandarkan mobil sambil mengusap wajahnya.
Terdengar langkah kaki seseorang dari kamar. Rian tahu itu pasti istrinya, Nadira. "Sayang, ayo kita ke bawah. Ada Angga di luar" ujar Rian mengajak Nadira. Dia tahu apa tujuan Angga datang ke rumahnya.
Cek--lek... (Pintu utama terbuka lebar)
"Silahkan masuk" Rian mempersilahkan Angga untuk masuk.
"Terima kasih" balas Angga sambil menundukan pandangannya.
"Kalian pasti tahu kan apa tujuanku ke sini" ujar Angga sambil menatap Nadira dan Rian bergiliran.
"Apa keputusanmu?" tanya Angga. Pria itu sudah tidak sabar mendengar keputusan Rian.
"Aku sudah merundingkan dengan istriku dan kami memutuskn untuk mencabut tuntutan kami" jelas Rian.
Angga yang terlihat tegar akhirnya meneteskan air mata bahagia. Dia sudah tidak sabar menemui Kaira dan memberitahunya kabar baik yang baru saja Angga dengar.
"Terima kasih Rian, Nadira. Aku banyak berhutang pada kalian" kata Angga.
"Angga, aku harap kamu bisa membahagiakan Kaira. Lindungi dan buatlah dia bahagia" Nadira yang sedari tadi diam kini membuka suara.
"Aku pamit pergi dari rumah kalian sekalian pamit untuk pergi ke Luar Kota. Aku akan membawa Kaira pergi jauh dari kehidupan kalian. Aku harap kalian baik-baik saja di sini. Jika kalian perlu bantuan, aku siap membantu" terang Angga dengan serius.
"Aku harus membawa Kaira pergi dari kota ini, aku tidak ingin dia sedih dan larut dalam kebencian. Nadira adalah wanita yang baik dan Rian, dia tidak mungkin mempertahankan Nadira jika dia tidak mencintainya" gumam Angga dalam perjalananan menuju Penjara X.
Kendraan roda empat terparkir di tempat parkir Tahanan. Terlihat seorang pria sedang keluar dari dalam mobil, senyum yang indah terukir jelas di wajah tampannya. Angga, dengan senyum bahagia ia memasuki Penjara X untuk menjemput Kaira.
"Angga..." pangil Kaira.
"Kaira" balas Angga dengan senyum.
"Apa kita akan pergi sekarang? Aku belum meminta maaf pada mereka" ujar Kaira dengan sayu.
"Mereka sudah memaafkanmu" kata Angga.
Angga membukakan pintu mobil untuk Kaira. Kaira pun masuk ke dalam mobil begitupun dengan Angga. Mobil meleset pergi meninggalkan Penjara X. Dalam perjalanan, Kaira tertidur pulas. Angga tidak tega membangunkannya sehingg ia membiarkan Kaira tidur di dalam mobil.
Hampir 20 menit perjalanan, mereka pun sampai di Bandar Udara Heathrow. Angga membiarkan Kaira tidur, sekali-kali ia melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya.
"Masih 20 menit lagi" gumam Angga. Angga turun dari mobil kemudian menutupnya. Dia berjalan menuju tempat Check In. Setelah selesai Angga kembali ke mobil.
---
Waktu berjalan begitu cepat. Kini, Angga dan Kaira sudah berada dalam pesawat. " Kaira, bangun." Angga menepuk nepuk pipi Kaira.
"Hmm. Apa kita sudah sampai di Bandara" tanya Kaira, berulang kali wanita itu menguap.
"Bukan sudah sampai tapi kita sudah berada dalam pesawat" jelas Angga.
"Apa...!!" pekik Kaira, dengan cepat ia menutup mulutnya saat melihat orang-orang memandangnya.
"Ma-maafkan aku" ujar Kaira pada orang-orang yang menatapnya.
-----
"Sayang...!!" teriak Nadira saat melihat darah.
"Ada apa sayang?" tanya Rian.
"A-aku tidak tahu" balas Nadira dengan panik.
Rian menggendong istrinya membawanya masuk ke dalam mobil, mobil meleset pergi menuju Rumah Sakit Great Ormond Street. Tak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di rumah sakit.
"Bagaimana keadaan istriku Dok?" tanya Rian pada Dokter Nafisa.
Dokter Nafisa terdiam menatap Rian dan juga Nadira. "Maaf, istri Bapak keguguran"
Modus Lu Yan