Nikah Muda
Nadira Safitri Kasim, siswi SMA kelas XII umurnya 17 tahun. Dia kerap dipanggil Nadira. Anak tunggal dari pasangan suami istri Vano Kasim dan Lestari Nazira. Nadira seringkali dipukuli oleh ayah kandungnya sendiri. Lestari tak dapat berbuat apa-apa disaat anak semata wayangnya dipukuli. Hanya tangis yang selalu terdengar saat melihat anak kandungnya dipukul.
Suara sabuk dan tangis begitu terdengar jelas memenuhi ruang keluarga yang berukuran kecil. "Dasar anak yang tidak tahu berterima kasih! Bersyukur kamu tidak aku bunuh sejak kecil!" hardik Vano sembari memukuli putrinya dengan sabuk.
"Ayah... ampun, ayah... jangan pukuli Nadira lagi ayah..." pintah Nadira memohon ampun namun Vano terus memukuli putrinya.
"Berani kalian berdua kabur dari rumah ini! Aku akan membunuh kalian berdua!!" seru Vano mengacam anak dan istrinya, Lestari.
Nadira menangis dengan tubuh yang gemetar. "Ibuuu. Ibu, tidak apa-apa, kan?" tanya Nadira berhambur memeriksa kondisi ibunya.
"Ibu tidak kenapa-kenapa, sayang. Cepat kamu masuk dalam kamarmu" balas Lestari meminta putrinya segera masuk ke dalam kamar. Tubuh Lestari terasa sakit tapi ia mencoba untuk tetap kuat di depan putrinya.
Dengan gemetar dan tubuh yang kini babak belur serta air mata yang menetes membuat Nadira mempercepat langkahnya memasuki kamar.
"Tuhan, datangkan seseorang yang dapat menolongku. Aku lelah, aku tidak sanggup lagi hidup disiksa terus. Apa aku bukan anak Ayah? Kenapa Ayah sangat membenciku" batin Nadira.
Nadira memeluk tubuh mungilnya dan semakin mempererat pelukan itu. Dia yakin, ibunya pasti sedang dipukuli oleh, ayahnya. Lalu Nadira sendiri harus bagaimana? Jika Nadira pergi menolong ibunya, maka ayahnya akan semakin murka. Nadira bergegas bersembunyi saat mendengar langkah kaki seseorang yang kini berada dibalik pintu kamarnya.
---------
Rian Andriaka, anak pertama dari pasangan suami istri Wijaya Andriaka dan Liana Adwia. Diusianya yang ke 24, Rian telah menjadi pria sukses yang memiliki usahanya sendiri dibidang kuliner. Karena kegigihannya dia bisa membangun Restaurants dari hasil yang ia kumpulkan selama 3 tahun lamanya. Hal itu membuat kedua orang tuanya bangga. Selain menjadi pemilik Restoran, Rian juga menjadi Direktur di Perusahan ayahnya. Wijaya memiliki dua perusahaan, satu di Jerman dan satu lagi di London. Wijaya merasa lelah jika harus bolak balik, sehingga ia memutuskan untuk menyerahkan Perusahaan yang di London agar dikembangkan oleh putranya.
"Rian sayang. Mama mau kamu cepat-cepat menikah deh. Mama tidak tega ninggalin kamu sendiri disini, sayang," jelas Liana.
"Nanti saja, Ma. Aku belum memikirkan hal itu. Aku nyaman kok dengan status aku yang sekarang," balas Rian.
"Mama tahu, tapi mama juga pingin gendong cucu mama. Mama sudah tua, sayang. Mama ingin melihat cucu mama sebelum mama meninggal," ujar Liana.
"Ma, kenapa sih. Selalu pernikahan yang mama ungkit?" tanya Rian ketus.
"Pokoknya mama tidak mau tahu. Kamu harus segera menikah! Mama sudah punya calon istri untuk kamu" kata Liana berkacak pinggang.
"What! Kok mama tidak bilang sama aku sih Ma. Aku sudah punya kekasih yang aku cintai Ma. Aku mohon jangan jodohin aku sama anak teman mama itu, aku mau menikah sama wanita yang aku cintai!" sergah Rian.
"Kenalkan dia sama mama. Jika mama menyukainya, mama akan merestui hubungan kalian!" kata Liana berlalu meninggalkan putranya di kamar.
Rian merasa frustasi dengan sikap mamanya. Pria itu masih ingin bersenang-senang tapi mamanya malah menyuruhnya untuk menikah. "Bisa-bisanya mama mau jodohin aku. Aku harus mencari seseorang yang bisa aku ajak bekerja sama" batin Rian.
---------
Malam yang begitu indah dengan pancaran sinar lampu jalan di mana-mana. Angin bertiup riuk membuat seorang gadis kecil kedinginan.
"Hei gadis kecil, apa yang kamu lakukan disitu? Jika kamu ingin mati! Disitu bukan tempat yang bagus untuk bunuh diri!" teriak Rian.
"Apa urusannya denganmu, hah!" celetuk Nadira.
"Jelas menjadi urusanku karena disini hanya ada kita berdua. Jika kamu bunuh diri disini maka orang-orang akan mengira bahwa akulah pelakunya!" jelas Rian dengan geram lalu menghampiri Nadira yang sedang menangis.
"Apa yang terjadi padamu hingga kau memilih untuk mengakhiri hidupmu?" tanya Rian berdiri dibelakang Nadira.
"Takdir yang tidak aku inginkan," balas Nadira sesegukan.
Rian mengeryitkan keningnyam. "Maksud kamu?" tanya Rian.
"Kakak dari tadi bertanya terus!" celetuk Nadira sembari menyeka air matanya.
"What! Aku bertanya terus? Kenapa aku yang disalahkan sekarang" batin Rian
"Yasudah kalau kamu merasa keberatan," balas Rian.
Nadira kembali menangis lalu berkata. "Kenapa laki-laki semuanya jahat" ujar Nadira kemudian pergi meninggalkan Rian yang berdiri mematung.
"Apa semua wanita seperti itu, suka menyalahkan orang lain" gumam Rian berlalu pergi dan masuk ke dalam mobilnya. Saat di mobil, ia kembali mengingat Nadira.
"Apa yang membuatnya hingga putus asa. Masa ia putus sama pacar larinya bunuh diri sih. Kan masih ada cara lain. Apa putus cinta sesakit itu?" gumam Rian menduga duga. Rian tersenyum mendapatkan ide yang dapat menyelamatkannya dari paksaan sang mama.
"Bukannya itu wanita tadi. Kenapa jalan kaki sendiri? Ya ampun! Semoga aku tidak salah mengambil langkah ini" batin Rian lalu menepikan mobilnya.
"Hei gadis kecil! cepat masuk. Aku akan mengantarmu pulang dan dimana tempat tinggalmu?" teriak Rian.
Tiiiiiiiiiiiin. (Bunyi kalakson mobil)
"Hei kamu! Apa kamu pikir aku tidak bisa mendengar!" teriak Nadira dengan kesal. Ia masih ingin meluapkan kesedihannya dengan cara menangis tapi lagi-lagi Rian mengganggunya.
"Kalau kamu bisa mendengar kenapa kamu diam dan terus berjalan!" cetus Rian.
"Maafkan aku" kata Nadira. Entah apa yang membuatnya tiba-tiba sadar dengan sikapnya yang tidak sopan.
"Cepat masuk, ada yang mau aku omongin" kata Rian.
"Aku tidak mau! Aku yakin kakak pasti orang jahat!" kata Nadira sambil menyeka air matanya.
"Aku bukan orang jahat! Kamu itu perempuan dan ini sudah larut malam. Apa kamu tidak takut orang-orang menjahatimu!" jelas Rian sedikit meninggikan suaranya.
Nadira berfikir sejenak, tak lama kemudian ia pun masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, Nadira menatap jauh ke luar jendela kemudian menutup mata, menghirup udara malam lalu menghembuskannya dengan perlahan.
Rian memperhatikan Nadira sedari tadi, ia melihat mata Nadira yang kini sembab. Rasa iba hadir dalam dirinya. "Aku tidak tega jika harus membawanya dalam masalahku. Aku yakin, hidupnya pasti penuh luka. Tapi hanya dia yang dapat membantuku" batin Rian.
Rian memandangi Nadira yang kini menatap keluar jendela. "Apa perasaanmu sudah tenang?" tanya Rian dengan lembut.
Nadira menyeka air matanya lalu menatap Rian dengan senyum, seakan akan bebannya sudah tidak ada.
"Cantik juga," batin Rian saat melihat Nadira tersenyum.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Jangan lupa Bintang 5 dan like di tiap episode. 😊
Mohon Kritik dan sarannya.
Selamat membaca 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Ita Imus
sukaaa
2022-02-09
1
mine
"CANTIK JUGA"
Modus Lu Yan
2021-12-10
0
Elma Theana
lanjut
2021-06-05
0