Setelah membaca tolong tekan LIKE ya.
Ini sequel dari novel My Husband Is Possessive.
Lebih tepatnya ini cerita Wulan dan Kevin.
Penyesalan karena kehilangan perempuan yang di cintai membuat Kevin berubah menjadi pria dingin tak tersentuh. Tiap hari dia habiskan untuk bekerja dan mencari Wulan.
Bagaimana perjuangan Kevin dalam mencari Wulan yang tiba-tiba kabur dalam keadaan hamil.
Kalau ada yang masih binggung alur ceritanya, baca dulu novelku yang judulnya My Husband Is Possessive.
Cerita ini hanya khayalan author kalau ada kesamaan atau salah mohon maaf.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ismiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Rita menghela nafas kasar.
"Ck Wulan ini bagaimana sih, apa dia lupa ya datang kesini dengan ku," gerutu Rita, dia masih di dalam kamar sambil menyisir rambutnya. Pakaian yang di berikan Ray tadi sudah dia pakai dan cocok dengannya namun Rita masih merasa kesal, ya bagaimana tak kesal selama berada di sini dia belum bertemu Wulan sekali saja, kemarin saat ingin memasuki kamar Kevin untuk bertemu Wulan justru Rita mendapatkan pemandangan yang membuatnya malu sendiri.
Rita menatap jam di dinding dengan lesu.
Krukkkk.... Krukkkk....
Perutnya sedari tadi sudah berbunyi nyaring minta di isi namun dia begitu malu untuk keluar takut bertemu dengan Ray. Rita takut Ray melihat sesuatu yang tak seharusnya, Rita memijit keningnya merasa pusing sendiri.
"Ah bodo amat, aku sudah lapar," gerutu Rita dan berdiri menuju pintu keluar.
"Abaikan saja kalau ada pak Ray daripada kelaparan, ya semoga saja tuh orang tak muncul lagi di depan ku," kata Rita berharap tak bertemu dengan Ray, ya hari ini saja juga gak apa-apa karena Rita masih merasa malu.
Di sepanjang jalan menuju meja makan Rita tak mendapati art satupun. "Kok sepi, kemana mereka pergi ya, masa mereka pada ngumpet sih," kata Rita di dalam hati.
"Nona..."
"Nona..."
Seseorang memanggil Rita namun yang di panggil justru asyik sendiri, entah melamun apa.
Merasa panggilannya tak di hiraukan, dia berjalan cepat menuju ke arah Rita dan...
Pukk... Tiba-tiba seseorang menepuk pundak Rita dari belakang membuat Rita kaget.
"Siapa ya, perasaan tadi sepi deh. Ah jangan-jangan...." Rita tak berani melanjutkan ucapannya, dia segera menoleh dengan cepat.
Rita mengelus dadanya merasa lega saat melihat orang tersebut.
"Nona Rita dari tadi saya panggil tetapi tak menyahut," kata wanita paru baya yang bertugas sebagai pelayan senior disini.
"Eh maaf, saya tidak mendengarnya," kata Rita merasa tak enak hati. Dia sempat berfikir buruk.
"Iya tidak apa-apa non, oh ya non anda bisa makan di taman belakang dan ini semua atas perintah tuan Kevin. Tuan takut anda bosan selama berada disini jadi anda bisa makan sambil melihat bunga yang cantik yang ada di taman belakang," jelas perempuan itu dengan tersenyum.
"Ck siapa yang buat aku seperti ini, dia mah asyik bertemu dengan Wulan sampai mengurung Wulan di kamarnya tak di biarkan bertemu dengan ku," gerutu Rita di dalam hatinya, dia sedikit jengkel karena selama berada di sini dia tak bertemu dengan Wulan sama sekali.
"Baik," Rita hanya mengangguk.
Rita mengikuti pelayan senior itu sambil sesekali matanya melirik tempat yang di lewati, Rita akui tempat ini begitu bagus semua di desain dengan nyaman membuat siapapun betah. Setelah berjalan beberapa langkah akhirnya mereka sampai. Pelayan senior itu berhenti dan menatap Rita dengan tersenyum.
"Silakan nona duduk disana," kata pelayan senior itu menunjukkan ke arah gazebo yang berada tak jauh darinya.
"Iya terima kasih," kata Rita sebelum pelayan senior itu pergi setelah menunjukkan tempat yang di maksud.
Rita berjalan pelan menuju gazebo, matanya menyipit saat melihat sesuatu yang tak terasa asing.
"Siapa dia," batin Rita.
Rita memperhatikan perempuan itu dari jauh. " Sepertinya aku tak asing dengan bentuk tubuhnya," guman Rita.
Rita mempercepat langkahnya, saat sampai di depan gazebo perempuan cantik itu menoleh dan tersenyum manis.
"Ahhhh Nindi....." Teriak Rita heboh dan menghampiri Nindi, Rita langsung memeluk Nindi begitu erat membuat Nindi hanya pasrah dan tersenyum lemah.
Rita melepaskan pelukannya, dia menatap wajah Nindi memastikan ini bukan mimpi.
"Sudah puas melihatnya," goda Nindi membuat Rita justru menangis.
"Hiks hiks hiks hiks, aku kangen kamu," lirih Rita.
"Kalian semua tega ya ningalin aku," wajah cantik Nindi cemberut.
"Ya kan semua dadakan jadi aku tak sempat cerita ke kamu apalagi kamu sedang hamil besar," jelas Rita.
Rita celingak-celinguk mencari sesuatu.
"Kamu nyari apa?" Tanya Nindi.
"Nyari anak kamu, mana dia?" Tanya Rita cepat.
"Oh dia ada disana," nindi menunjukkan tempat tak jauh dari sana, ada seorang baby sister yang mendorong kereta bayi. Rita mengikuti arah yang di tunjukkan oleh Nindi.
"Oh ya kok bisa kamu berada disini sih?" Tanya Rita.
"Oh kata suamiku sih, pak Kevin minta aku datang kesini dan mengajak bayiku kesini katanya dia ingin melihat bayiku, itu saja. Pak Kevin juga tak berbicara apapun lagi dengan suamiku. Meskipun awalnya ragu tetapi mas Tristan setuju aku datang kesini," jelas Nindi.
"Terus mana suami mu," tanya Rita.
"Mas Tristan pergi ke kantor, katanya sih dia percaya pak Kevin tidak akan macam-macam dengan ku. Sampai disini aku di suruh menunggu disini, ternyata dia merencanakan semua ini," kata Nindi.
"Sama aku juga tidak tahu kalau kamu ada disini, tadi ada yang memintaku makan disini dan atas perintah pak Kevin,'' jelas Rita.
"Oh ya mana Wulan?" Tanya Nindi juga tak sabar ingin bertemu dengan Wulan.
"Dia mungkin ada di kamarnya pak Kevin," jawab Rita.
.
.
Di tempat lain, lebih tepatnya di tempat yang sama namun berbeda ruangan.
"Sayang suapin," rengek Kevin dengan manja membuat Wulan melotot.
"Sebenarnya siapa yang hamil, kok jadi dia yang manja sih," gerutu Wulan namun dia berusaha sabar demi anak yang ada di kandungannya. Apalagi melihat perban yang ada di dahi Kevin dan beberapa bekas goresan di wajahnya.
Melihat Wulan yang masih terdiam Kevin langsung cemberut. "Sayang lihat ini, tangan ku masih sakit," kata Kevin seperti anak kecil dan menunjukkan tangannya juga di perban.
"Iya iya," jawab Wulan dengan senyum paksa.
"Cie istri ku cantik banget sih," kata Kevin membuat Wulan memutar bola matanya malas.
"Kenapa dia jadi begini padahal dulu dia tidak pernah melakukan hal konyol seperti ini," batin Wulan.
Wulan sadar semenjak suaminya itu dia tinggalkan, banyak yang berubah.
"Sudah jangan merayu ku terus, ayo buka mulut mu ini," kata Wulan dia menyodorkan tangan nya untuk menyuapi Kevin.
Kevin membuka mulutnya, menikmati suapan dari istrinya.
"Setelah makan kamu bisa jalan-jalan di taman belakang agar tidak bosan. Biar nanti ku suruh orang untuk mengantar kamu kesana," kata Kevin membuat Wulan menghentikan tangannya.
"Benar aku boleh kesana," tanya Wulan memastikan.
"Iya asal kamu tidak kabur saja," kata Kevin membuat Wulan tertawa.
"He he he he, tahu aja kalau aku sudah jenuh berada di dalam kamar terus," kata Wulan membuat wajah tampan suaminya langsung manyun.
"Jadi kamu bosan menemaniku," kata Kevin cemberut membuat Wulan buru-buru meralat ucapannya.
"Bukan, mana mungkin aku bosan melihat wajah tampan suamiku," kata Wulan cepat.
Bersambung.....