Allea, yang biasa dipanggil Lea adalah seorang siswi kelas 3 SMA. Awalnya dia bukan anak nakal, dia hanya anak manja yang selalu dapat kasih sayang kedua orangtuanya. Dia berasal dari keluarga kaya raya. Namun tak ada yang abadi, keluarga cemaranya hancur. Ayah dan ibunya bercerai, dan dia sendirian. Sepertinya hanya dia yang ditinggalkan, ayah—ibunya punya keluarga baru. Dan dia? Tetap sendiri..
Hingga suatu ketika, secara kebetulan dia bertemu dengan seorang pria yang hampir seumuran dengan ayahnya. Untuk seorang siswi sepertinya, pria itu pantasnya dia panggil dengan sebutan om, Om Davendra.
Dia serasa hidup, dia serasa kembali bernyawa begitu mengenal pria itu. Tanpa dia sadari dia telah jauh, dia terlalu jauh mendambakan kasih sayang yang seharusnya tidak dia terima dari pria itu.
Lantas bagaimana dia akan kembali, bagaimana mungkin ia bisa melepaskan kasih sayang yang telah lama hilang itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyaliaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Di luar Apartemen, udara malam Pennsylvania terasa sejuk, dengan angin lembut yang berhembus pelan. Langit gelap bertabur bintang, memantulkan cahayanya ke sungai yang membelah kota. Gedung-gedung tinggi yang berjajar menciptakan siluet elegan di bawah sinar bulan.
Lampu dari gedung-gedung pencakar langit yang menyala terang seakan memantul di kaca jendela, menciptakan efek berkilau yang menambah pesona malam.
"Tak bisakah kau membunyikan bel sebelum masuk apartemenku?" suara Allea penuh geram saat melihat Deon berdiri di ambang pintu kamarnya.
Deon tidak menggubris teguran itu. Alih-alih, ia bersandar di pintu dengan tangan bersilang di depan dadanya, mengamati Allea yang tengah duduk di depan cermin.
Mata cokelatnya mengitari wajah wanita itu yang sedang berias—eyeliner tipis mempertegas matanya, eyeshadow coklat berkilau menambah daya tariknya, dan bibirnya yang dilapisi lipstik merah muda terlihat begitu menggoda.
Blouse biru membalut tubuh Allea dengan pas, dipadukan dengan celana jeans ketat yang menonjolkan siluetnya. Cantik. Terlalu cantik.
"Kau mau kemana?" tanya Deon akhirnya, suaranya terdengar datar namun penuh keingintahuan.
"Bukan urusanmu." Allea memasukkan lipstiknya ke dalam tas kulit yang ada di atas meja rias.
Deon terkekeh, ia melangkah masuk dan langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. "Jadi kau tak akan memberitahuku, oke.. aku bisa menebaknya sendiri." Ia menoleh, menatapnya lekat. "Kau akan bertemu dengannya, kan? Pamanku."
Tebakannya benar. Allea terdiam sesaat, matanya bertemu dengan tatapan penuh perhitungan dari pria yang tengah berbaring dengan santai di kasurnya. "Ya, kalau kau sudah tahu tidak usah bertanya lagi," jawabnya akhirnya.
"Huft," Deon menghela napas panjang. Dia sudah menduganya, tapi mendengar pengakuan itu langsung dari mulut Allea membuat dadanya terasa sesak.
"Untuk apa?" tanyanya, kali ini suaranya lebih serius.
"Ada hal yang ingin aku bicarakan dengannya," jawab Allea, masih tidak memberi rincian lebih jauh.
Deon langsung menegakkan tubuhnya, duduk di tepi ranjang. Kemungkinan-kemungkinan yang akan dibicarakan oleh Allea bermunculan di kepalanya. "Apa kau akan mengakhirinya?" tanyanya.
"Deon, apa kau tidak ada kerjaan lain selain mengusikku?" tanya Allea balik menatapnya dengan ekspresi tak terbaca.
"Ini lah kerjaku, mengganggumu!" Deon langsung berdiri, melangkah mendekatinya. "Atau jangan-jangan..." pria itu menyipitkan mata, menyelidiki reaksi Allea. "Kau sudah lelah dengannya dan akhirnya mau menerimaku?"
Allea tertawa sinis, dia pikir pria itu sedang berbicara serius dengannya. Tapi ternyata hanya bualan semata. "Kau pikir dunia ini hanya berputar di sekitarmu, Deon?" ucap nya.
"Lalu apa? Kau tidak berencana untuk tidur dengannya kan?," balas Deon cepat.
"Kau gila!? Hanya itu kah yang ada di pikiranmu..," Allea menggeleng-gelengkan kepalanya.
Deon tahu dia tidak akan bisa menahannya dengan kata-kata. Wanita ini keras kepala. Jadi, sebelum Allea sempat melangkah pergi saat dia sudah selesai berias dan bersiap, ia bertindak cepat—menarik tangan wanita itu tiba-tiba.
"Akh!" Allea terjatuh ke atas tubuhnya, namun sebelum dia bisa bergerak, Deon dengan lincah membalik posisi mereka. Kini Allea terbaring di bawahnya, dengan kedua tangannya terkunci di sisi kepala.
"Deon! Lepaskan, kau mau apa?!" desisnya marah.
Deon tidak peduli. Ia menundukkan kepala, lalu memberikan gigitan kecil di leher wanita itu. Sebuah kecupan yang meninggalkan bekas merah di kulit putih Allea, kiss mark..
Ssshh— Allea mendesis merasakan sesuatu tertinggal di kulitnya.
"Kau?!" Ia langsung mendorong dada pria itu dengan sekuat tenaga, membuat pria itu berpindah dan terduduk kembali di tepi ranjang. Allea bangkit berdiri dengan wajah merah padam. "Kau melakukannya lagi?!"
Bukannya menjawab, Deon hanya tersenyum miring, puas melihat hasil karyanya.
Allea menyentuh lehernya, menyadari bahwa Deon baru saja menambahkan kiss mark di sana. Padahal dia berusaha menutupi gigitan kecil yang diberikan pria itu pagi tadi. Dan sekarang malah bertambah satu lagi dan di tempat yang lebih bisa dilihat.
"Sekarang kau tak bisa menyembunyikannya," lanjut Deon tak merasa bersalah.
"Deon! Kau benar-benar keterlaluan," katanya penuh amarah.
"Kalau begitu katakan padaku," Deon kembali menatapnya dalam, "bahwa dia tidak akan menyentuhmu."
Ucapannya serasa bukan seperti permintaan, tapi sebuah perintah. Allea terdiam. Matanya yang tajam membalas tatapan Deon yang penuh tuntutan. Namun, ia memilih untuk tidak menjawab.
Dengan langkah cepat, ia meraih tasnya dan berjalan keluar. Deon hanya menatap kepergiannya dalam diam, rahangnya mengeras.
Begitu Allea menghilang di balik pintu, Deon langsung mengambil ponsel yang ada di dalam saku celananya. Dia menelpon seseorang.
Tutt.. Tutt...
"Lex," suaranya terdengar dingin saat seseorang menjawab teleponnya. "Dia baru saja pergi. Pastikan kau mengikutinya, oke."
Deon kembali berbaring dan memejamkan matanya, dia menyeringai tipis setelah mendengar peng-iyaan dari lawan bicaranya.
Kalau kau tak bisa, aku yang akan mengakhirinya.. Gumam Deon berbisik pada dirinya sendiri.
...----------------...