Sienna Saamiya Albinara gadis muda yang terpaksa menikahi Samudera Bagaskara lelaki dingin penuh misteri, karena sebuah alasan konyol.
Dera, yang mencurigainya menjebaknya dalam pernikahan tanpa cinta.
"Ditempat ini semua yang terjadi harus atas izinku!" - Samudera
"Jika bukan karena itu semua, aku takkan sudi terkurung bersamanya!" Binar.
Dulu aku mengagumimu, sekarang aku membenci perlakuanmu, namun putus asa ku menaruh harap padamu - Sienna Saamiya Albinara.
Aku terlalu marah hingga tak merasa telah begitu banyak cinta yang tumbuh untukmu - Samudera Bagaskara.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cotton Candy Zue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 27 : Maaf
Tiba-tiba, ya semuanya tiba-tiba.
Tiba-tiba, saja suaminya jadi sangat berbeda kalau hanya baik ia tak akan kaget, tapi kadang perlakuan manis ia dapatkan dari pria itu bahkan pria itu sangat bermurah hati padanya.
Seperti, sekarang dengan murah hatinya Dera menuruti keinginannya yang hanya asal dia bicarakan, piknik di pinggir danau.
"Besok kalau kita punya anak, mari piknik bersama lagi disini!" ajak Dera yang membuat Binar melongo tak percaya.
"Kamu bilang apa?"
"Lupakan!" sahut Dera dengan kesal menggigit apelnya, ia gengsi mengulangi kalimatnya.
"Kenapa kamu suka di sini?" tanya Dera asal, tatapannya mengarah ke depan dimana danau berada.
"Kamu nggak takut disini ada buaya ada ular atau hantu mungkin?" lanjut lelaki itu.
"Nggak ada deh, disini adanya bunga ungu yang indah dan teratai yang mekar, bikin tenang." sangkal Binar sambil memainkan buah stroberi di tangannya sebelum ia melahapnya hingga habis.
"Pasti enak tinggal disini, sejuk, pemandangan indah terus-." celetuknya.
"Tidak!" sela Dera, tegas beralih menatap Binar yang sedang mengerucutkan bibirnya yang tiba-tiba saja jadi mangsanya.
Cup!
Singkat, namun kecupan itu membuat Binar mematung.
Sadar, Binar menepuk bahu Dera, "Samud!!!" teriaknya histeris.
"Apa? Samud?" Dera nampak tercengang dengan panggilan Binar yang baru di dengarnya, hah merusak namanya yang sudah bagus saja!
"Iya, Samud mesum! Kalau ada yang lihat bagaimana?!"
"Nggak akan!" tukas Dera, kembali mencuri kecupan di pipi Binar.
"Mas Samud!"
"Jangan panggil aku begitu!" tegas Dera.
"Biar! Itu kan nama kamu juga, Samud, Samudera, wleee" ejek Binar menjulurkan lidahnya.
"Kamu ya!" sebelum Dera menyerang Binar sudah berlari lebih dahulu, sambil sesekali menjulurkan lidahnya.
Cukup lama bermain kejar-kejaran, suara tawa mereka menggema di sekitar danau hingga akhirnya,
"Kena!"
Binar tertangkap, Dera menyergap perempuan itu dari belakang hingga tubuh mereka terjatuh bersama dengan posisi berpelukan, Dera tersenyum cerah, Binar yang ada di atas tubuh lelaki itu ikut tersenyum meski hatinya heran, karena baru kali ini ia melihat Dera tersenyum lebar dan mendengar Dera tertawa lepas.
Dera menyingkirkan rambut istrinya yang menutupi seraut wajah jelitanya, wajah mereka semakin dekat, mendapat tanda bahaya dari tatapan aneh suaminya Binar langsung menutup mulut sang suami hingga kecupan bibir itu tak sampai pada bibirnya.
"Binara, kamu!"
Binar berusaha bangkit untuk kabur lagi dari sang suami, tapi ada yang aneh dengan kakinya, "Duh, kok sakit ya?"
"Kenapa?" tanya Dera ikut bangkit memeriksa kaki istrinya.
"Sakit." adu Binar sok imut, tapi tetap terlihat lucu di mata Dera.
"Yaudah, kita pulang biar itu nanti Bram yang bereskan." putusnya, lalu memposisikan Binar dalam gendongannya, ia menggendong sang istri ala bridal style.
"Eh?! Aku masih bisa jalan sendiri!" cegahnya, tapi telat kan dirinya sudah ada di gendongan pria itu.
"Jangan membantah." ujar Dera tegas, membawa Binar dalam pelukannya melewati hijaunya hutan, meninggalkan sejuknya danau, di temani rerintikan gerimis.
Binar menunduk malu begitu dekat dengan suaminya, tangannya mencengkram kerah kemeja soft blue milik Dera.
'Semakin hari, kamu semakin membuatku tak bisa menolak pesonamu.' batin Binar.
...****************...
Dera menurunkan Binar di atas ranjang mereka, "Masih sakit?" tanya Dera.
"Tidak separah yang kamu bayangkan, aku bahkan masih bisa jalan." tukas Binar dengan bibir yang mengerucut.
"Jangan main-main dengan bibirmu!" tegur Dera, ia sudah tidak bisa menahan pengaruh Binar dalam dirinya, ia bahkan sadar kehadiran Binar menyingkirkan perasaannya untuk Sierra, perasaan itu makin pudar saat melihat langsung sifat Sierra yang tak seperti yang ia bayangkan dahulu.
"Memang kenapa dengan bibirku?" tanyanya heran sambil memegangi bibirnya, mengambil ponselnya untuk berkaca dari layar hitam tersebut.
"Bibirku gak apa-apa." ujarnya yakin, sedangkan Dera duduk di samping Binar yang duduk setengah berbaring sambil memegangi bibirnya, sangat menggemaskan.
Rasanya, Dera ingin langsung menyergapnya, mencumbu gadis itu, tapi selain gengsi Dera yakin hanya akan dapat penolakan dari gadis itu.
Nyatanya sekarang, adalah Dera yang jatuh terlebih dahulu, jatuh cinta pada istrinya yang dulu selalu ia sakiti.
"Mas! Mas Samud!" tegur Binar karena sang suami dari tadi malah diam saja.
"Kamu ini ya !" Dera mendorong jidat Binar dengan jari telunjuknya, yang membuat kepala perempuan itu otomatis terdorong ke belakang.
"Apa?" tanyanya dengan nada suara dan ekspresi tanpa dosa.
Dera bukannya menjawab malah menjatuhkan kepalanya di atas pangkuan Binar.
"Mas ngapain?"
"Sstt...biarkan begini sebentar saja." Dera menarik kepala Binar agar menunduk semakin dekat padanya.
Tangannya bergerak mengelus pipi Binar yang dulunya agak chubby sekarang jadi semakin tirus, mungkin ini dampak dari tekanan yang ia beri pada gadis itu.
Dera tersenyum kecut mengingat itu.
"Maaf." ungkap Dera, "Sekali lagi aku minta maaf."
"Kamu ngapain sih?" Binar berkata begitu karena tidak ingin suasana jadi canggung.
Entah hal apalagi yang akan di sampaikan pria ini, yang akan membuatnya terkejut.
"Minta maaf sudah salah paham terhadapmu dan menjadikan kamu objek kemarahanku."
"Nggak semudah itu aku memaafkan!" ketus Binar yang membuat sinar di mata Dera meredup, gerakan mengelusnya di pipi gadis itu juga terhenti.
"Aku bercanda, hahaha." sambung Binar yang membuat Dera bernapas lega sekaligus kesal.
"Membuatku kaget, mau ku hukum?!" mendengar kata hukum, Binar langsung berhenti tertawa.
'Huh! Bodoh bagaimana kalau dia jadi jahat lagi dan hukum aku lagi?!' Binar sudah ketar-ketir dalam batinnya, biar bagaimanapun mereka baru saja baikan sikap Dera padanya tidak begitu bisa meyakinkan dirinya.