NovelToon NovelToon
MENIKAH DENGAN CALON (MENANTU) MERTUA

MENIKAH DENGAN CALON (MENANTU) MERTUA

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:86.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Myatra

Fabian dipaksa untuk menggantikan anaknya yang lari di hari pernikahannya, menikahi seorang gadis muda belia yang bernama Febi.

Bagaimana kehidupan pernikahan mereka selanjutnya?

Bagaimana reaksi Edwin saat mengetahui pacarnya, menikah dengan ayah kandungnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 11

"Aku... aku di sini aja dulu, Om." Febi menjawab sambil menundukan kepalanya.

Dia tak tahu apa keputusan menolak ajakan suaminya tepat atau tidak, tapi dia belum mengenal Fabian, meskipun kota yang dituju Fabian hanya berjarak dua jam jika ditempuh dengan kendaraan pribadi, tapi Febi belum pernah jauh dari orang tuanya sebelum ini.

"Oh, ya sudah, nggak apa-apa. Nanti saya usahakan, bisa ke sini secepatnya."

Fabian merasa kecewa, namun tak bisa memaksa, semuanya butuh waktu dan proses. Tak ada lagi obrolan setelah itu, suasana mendadak menjadi dingin, menambah rasa bersalah di hati Febi.

"Apa dia marah? Kenapa diam saja?" Febi melirik ke arah suaminya, yang sedang fokus menyetir. Hingga sampai di rumah, kemudian masuk ke dalam kamar, Fabian masih tetap diam.

Fabian langsung masuk ke kamar mandi, membersihkan diri, dan berganti pakaian yang dibawanya tadi dari rumah. Begitu keluar dari kamar mandi, Fabian langsung merebahkan dirinya di atas tempat tidur, memeluk guling, berbalik membelakangi Febi dan menutup badannya dengan selimut, hingga menutupi kepalanya.

Febi terus mencuri pandang ke arah suaminya, tapi tetap tak ada reaksi apapun dari Fabian, hingga dia tidur membelakangi Febi.

Sikap Fabian, semakin menambah rasa bersalah dihati Febi.

Febi yang tak biasa didiamkan lama oleh siapapun mengguncangkan bahu Fabian,

"Om... Om sudah tidur?" Tetap tak ada reaksi apapun dari Fabian.

"Oooommmm..." Febi mengguncangkan bahu Fabian lebih keras.

"Apaa?" Akhirnya Fabian menanggapi.

"Om marah ya?"

"Nggak.." Fabian tetap menanggapi pertanyaan Febi dengan singkat.

"Kenapa dari tadi diam saja?"

"Cape!"

"Tuh kan, beneran Om marah. Biasanya kan kalau Om bicara itu panjaaaang kaya kereta api. Marah kenapa Om?"

Fabian yang mendengar celotehan Febi, tersenyum di balik selimut.

"Masa udah tua marah."

Fabian yang tak terima disebut tua bangun, menatap tajam ke arah Febi.

"Siapa yang marah? Siapa yang sudah tua?"

"Om..." Febi menjawab tanpa beban sambil menunjukan telunjuknya ke arah Fabian.

Fabian langsung memegang telunjuk Febi.

"Kamu ingin bukti, jika saya belum tua?" Fabian mencondongkan badannya ke arah Febi.

Febi yang ketakutan menarik telunjuknya yang dipegang Fabian dan beringsut mundur. Keduanya diam selama beberapa saat.

"Kenapa Om marah?"

"Menurut kamu?"

"Karena besok aku nggak ikut Om ke sana?"

"Nah itu tahu!"

"Iih, Om itu ternyata kaya anak kecil ya kalau lagi merajuk." Febi terkekeh geli.

Fabian yang melihat dirinya ditertawakan Febi, makin gondok, membalikan lagi badannya dan menurup dirinya lagi dengan selimut. Melihat itu Febi malah semakin tertawa kencang.

Tawa Febi ternyata mengundang perhatian Fabian, ini pertama kali, Fabian mendengar tawa Febi, entah kenapa terasa merdu di telinganya. Febi menghentikan tawanya, merasa risih ditatap oleh Fabian.

"Katanya, Om mau ngasi aku waktu.."

"Tapi kalau kita berpisah, kapan kita saling mengenalnya."

"Tapi aku takut.."

"Takut kenapa?"

"Aku nggak tahu, Om itu orangnya seperti apa. Nanti kalau aku ikut Om kesana, trus Om jahat sama aku, gimana? Nanti Om menelantarkan aku, gimana? Aku belum pernah ke luar kota tanpa mamah dan papah." Mata Febi tetiba berubah sendu, memikirkan harus jauh dari kedua orang tuanya.

"Kalau saya jahat sama kamu, kamu tinggal telepon orang tua kamu, orang tua saya, kamu ngadu deh sama mereka."

" Apa harus secepat ini, aku ninggalin keluarga aku?"

Fabian sedikit melunak mendengar pengakuan Febi.

"Baik, besok biar saya dulu balik ke sana. Saya persiapkan dulu rumah di sana. Nanti saya ke sini lagi, jemput kamu, dan kamu harus bersedia ikut."

"Tapi Om, kalau aku ikut Om ke sana, gimana kalau ada pengumuman harus ke sekolah?" Febi tetap berusaha agar dirinya bisa tinggal dengan keluarganya dulu.

"Nanti, Om antar."

Febi terdiam, tak punya alasan lagi.

"Seorang istri itu harus nurut sama suami, kemana suaminya pergi, harus diiringi langkahnya. Sekarang saya ijinkan kamu tinggal di sini dulu, nanti saya ke sini lagi, kamu harus ikut!"

Febi hanya menganggukan kepalanya.

"Udah malam, ayo kita tidur!"

Febi yang masih belum siap melaksanakan kewajibannya langsung berdiri, dan melesat pergi ke kamar mandi.

"Aku belum bersih-bersih. Om tidur duluan aja."

Fabian terkekeh melihat tingkah Febi. "Apa bener Febi dan Edwin diharuskan menikah, karena mereka akan berbuat yang tidak-tidak? Sedang sekarang di dekati saja sering menghindar, ketakutan."

Fabian melihat ponsel Febi di atas bantal di sampingnya, di dorong rasa penasaran, Fabian membuka ponsel istrinya yang ternyata tidak di pasword.

¤¤FH¤¤

Febi membuka pintu kamar mandinya dengan perlahan, kepalanya di julurkan untuk melihat keadaan di luar. Febi bernafas lega, melihat Fabian sudah tertidur. Segera Febi keluar dari kamar mandi, dilihatnya Fabian yang sudah tertidur pulas, nafasnya sangat teratur.

Tak sia-sia, Febi berlama-lama di kamar mandi.

Febi membaringkan tubuhnya di samping Fabian sepelan mungkin, tak ingin Fabian terbangun. Dipandanginya wajah Fabian dengan leluasa. Sepertinya memandangi wajah suaminya, menjadi ritual baru Febi sebelum tidur.

"Maaf ya, Om. Aku belum siap. Semoga Om masih tetap sabar menunggu." Febi berkata dengan sangat pelan, kemudian segera memejamkan matanya, tak ingin terlambat bangun seperti tadi pagi.

Fabian yang baru saja terlelap, mendengar suara permintaan maafnya Febi, meskipun dia mengira itu mimpi."

¤¤FH¤¤

Febi merasakan geli dibagian belakang lehernya. Rasa geli membuatnya membuka mata yang masih terasa ngantuk, ingin melihat kebelakang, tapi tak bisa menggerakan badannya, seperti ada sesuatu yang membelit tubuhnya.

Febi hendak bangun, saat menyadari ada tangan besar di atas perutnya. Sontak Febi terlentang dan melihat jika Fabian tidur sangat dekat tak berjarak dengannya. Yang membuatnya geli ternyata deru nafas Fabian yang mengenai lehernya.

Febi hendak menjauh, namun Fabian tak melepaskan pelukan tangan di pinggangnya, malah menariknya semakin dekat. Kini Febi berhadapan dengan Fabian, kepala Febi seolah bersandar di dada bidang Fabian.

Febi merasakan jika jantungnya berdegup kencang tak beraturan. Kembali mencoba untuk melepaskan diri, namun usahanya sia-sia saja. Rasa kantuk yang teramat sangat, membuat Febi kembali tidur dalam dekapan Fabian.

Bagi Febi, ini merupakan pengalaman pertama, rasanya sangat hangat dan menenangkan.

¤¤FH¤¤

Fabian terbangun lebih dahulu, tapi dia enggan beranjak, baginya serasa mimpi, bisa merasakan lagi mendekap seorang wanita dalam tidurnya.

Fabian teringat, jika dirinya terbangun karena udara sangat dingin, Fabian yang tak tahan dengan cuaca dingin, mencoba mendekatkan tubuhnya ke tubuh Febi, yang tidur membelakanginya, Febi yang tidur sangat pulas, membuat Fabian berani melingkarkan tangannya di pinggang ramping istrinya. Beruntung sang istri tak terbangun, dan Fabian bisa kembali tidur.

Namun entah bagaimana, Febi bisa tidur dalam dekapannya seperti ini. Fabian menikmati moment ini, bisa menghirup rambut Febi yang harum dan mencium aroma tubuh istrinya.

Febi yang kegelian diperlakukan demikian oleh Fabian, menggeliatkan tubuhnya. Fabian yang menyadari istrinya bangun, pura-pura tidur kembali. Febi membuka matanya, dan teringat jika dia tertidur dalam dekapan suaminya.

Febi berusaha melepaskan diri kembali, namun tetap tak bisa, Febi mencoba menepuk Fabian, membangunkan Fabian.

"Om, bangun Om, aku nggak bisa nafas, sesak."

Fabian yang merasa kasian karena sedari tadi istrinya terus menggeliat berusaha melepaskan dari dekapannya, pura-pura terbangun dan pura-pura kaget, melepaskan pelukan terhadap istrinya.

"Kamu ya, kecil-kecil ternyata nakal juga. Pura-pura nggak mau. Beraninya pas saya lagi tidur."

Febi tak mengira jika Fabian akan bereaksi seperti itu. Febi kesal, melemparkan bantal pada suaminya, dan segera berlalu ke kamar mandi.

BERSAMBUNG

1
Muldiah Diah
Luar biasa
🌿×ìąօണҽì հąղҽҽղ🦋🕊🤍🐬
susah jantuh cinta kt lidya tp kang cingkuh... Hran sama org2 ky gni, playing victim asem....
Khoerun Nisa
novel mu kebnyakn yg gantung tor udh beberapa taun aku nunggu kirain udh lanjut eh masih gntung juga sprti novel lain nya
Erina Munir
yaah abiiss...ngegantuung
Erina Munir
sebab ibu sdh hamil....semogaa
Sarah Yuniani
wakakakkakk
Sarah Yuniani
aku yang 9 taun juga masih malu thor ... 😅
Sarah Yuniani
kaya udah happy ending nggak sih !!
Sarah Yuniani
udah episode berapa masih aja om ..
Sarah Yuniani
pake mulut 😂
Sarah Yuniani
sejauh ini bacanya enjoy ..
penasaran terus
Sarah Yuniani
kenapa gak mas aja thor ..
Sarah Yuniani
mbacanya gimana ini 😅
Sarah Yuniani
sialan kau thor .. kenapa juga namanya Mayang 😂
Sarah Yuniani
jangan pake saya lagi dong thor ..
gak enak banget dibaca
Sarah Yuniani
Alhamdulillah...
semoga bian dan Febi bahagia selalu
Sarah Yuniani
itu ibu tiri Fabian yaa ??
kan katanya sejak kecil Fabian kurang kasih sayang mama
Sarah Yuniani
dunia novel yang sempit mungkin .. hehew
Sarah Yuniani
/Facepalm//Facepalm/
RossyNara
aduh om jangan keras² suaranya karna perempuan itu sensitif perasaannya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!