NovelToon NovelToon
META

META

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Keluarga / Persahabatan / Romansa / Bad Boy / Enemy to Lovers
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: hytrrahmi

Hidup dalam takdir yang sulit membuat Meta menyimpan tiga rahasia besar terhadap dunia. Rasa sakit yang ia terima sejak lahir ke dunia membuatnya sekokoh baja. Perlakuan tidak adil dunia padanya, diterima Meta dengan sukarela. Kehilangan sosok yang ia harap mampu melindunginya, membuat hati Meta kian mati rasa.

Berbagai upaya telah Meta lakukan untuk bertahan. Dia menahan diri untuk tak lagi jatuh cinta. Ia juga menahan hatinya untuk tidak menjerit dan terbunuh sia-sia. Namun kehadiran Aksel merubah segalanya. Merubah pandangan Meta terhadap semesta dan seisinya.

Jika sudah dibuat terlena, apakah Meta bisa bertahan dalam dunianya, atau justru membiarkan Aksel masuk lebih jauh untuk membuatnya bernyawa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hytrrahmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. Bertamu (a)

Tiga hari setelah itu, wali kelas Meta datang ke rumah. Selain menanyakan keadaan Meta usai berita menghebohkan waktu itu, sang wali kelas juga penasaran mengapa muridnya tak kunjung datang ke sekolah. Padahal sudah berlalu cukup lama, seharusnya Meta sudah kembali bersekolah seperti biasa. Dan ketika ditanya kepada teman-temannya pun, guru itu tidak mendapatkan jawaban yang jelas. Sampai akhirnya ia menemui Aksel, memaksa untuk diantarkan ke rumah Meta.

Sekarang, di sinilah Bu Rara, bersama Risa dan Meta di ruang depan yang tidak begitu luas. Di depan mereka sudah ada cangkir teh milik Bu Rara yang mengepulkan asap, tidak ada yang berani bicara ketika Bu Rara menjelaskan betapa berprestasinya Meta di sekolah.

Di samping ibunya, Meta hanya bisa tersenyum samar, penjelasan Bu Rara justru mengkhawatirkannya. "Saya nggak berhenti sekolah, kok, Bu. Kalau Ibu mau tau soal itu dan jauh-jauh datang ke sini sama cowok yang saat ini saya benci," ujar Meta pelan, mendapat cubitan kecil di lengannya. Sedangkan Bu Rara malah mengulum senyum, melirik ke arah pintu di mana Aksel sedang menunggu.

Meta melotot, agak perih tapi pelototan tajam dari Risa lebih mengerikan. "Ta! Bilang apa, sih, kamu!" desisnya marah, lalu tatapannya kembali tenang menghadap wali kelas Meta.

"Maaf, ya, Bu Rara. Perihal absensi Meta yang akhir-akhir ini agak bermasalah, mulai hari ini saya akan mendisiplinkan Meta. Mengenai masalah yang Ibu maksud, kalau saya boleh tau, soal apa, ya?"

Bu Rara mengubah raut wajahnya menjadi serius. "Begini, Bu Risa. Di hari pertama ketika Meta nggak masuk sekolah, ada rumor yang mengatakan, kalau Meta mendapatkan kekerasan dari ayahnya sendiri. Saya kemari karena alasan itu, saya ingin menjelaskan bahwa anak seperti Meta tidak seharusnya mendapat perlakuan seperti itu," tuturnya tenang.

Di tempat duduknya, Meta sudah mengepalkan tangan. Menunggu guru itu pergi dan menyeret Aksel pergi dari rumahnya. Tubuhnya menjadi sepanas api, tidak bisa tenang dengan dada yang berdebar kencang.

Lain dengan Risa, mimik wajahnya berubah sedih sekaligus bingung menjawab perkataan Bu Rara. "Saya mengerti apa yang Ibu takutkan mengenai Meta, saya janji, hal seperti itu tidak akan terjadi lagi," pungkasnya.

Hanya itu yang bisa Risa katakan, ia tak punya jawaban yang dapat menyelamatkan Meta dari pukulan-pukulan Beni. Meta masih diam, ekspresinya berubah datar dan dingin. Kedatangan Bu Rara membuatnya sangat tidak nyaman, meski tahu sebenarnya niat guru itu baik.

"Saya tau, Anda ibu Meta,  saya yakin Anda lebih paham bagaimana perasaan seorang Ibu ketika putrinya mendapatkan penganiayaan seperti itu. Bahkan dilakukan oleh suami sendiri, sungguh itu membuat saya ikut terluka. Sayang sekali hari ini saya nggak bisa ketemu sama suami Bu Risa, saya ingin sekali bilang, bahwa Meta akan mendapatkan perlindungan dari saya kalau masalah ini terulang lagi."

"Ibu mengancam keluarga saya? Hak Ibu apa ngomong kayak gitu ke ibu saya?"

"Ibu sedang mencoba melindungi kamu, Meta."

"Nggak perlu! Ibu kemakan gosip sekolah, keluarga saya nggak seperti itu!" bentak Meta marah. "Lebih baik Ibu pergi dari sini, besok saya masuk. Ini semua gara-gara Aksel, kan? Dia ngadu apa aja ke Ibu?"

Kening Bu Rara berkerut, tidak mengerti dengan apa yang Meta katakan. Mengenai kemarahan, ia jelas paham, tak seharusnya menyudutkan orang tua Meta mengenai masalah ini.

"Maaf, Bu Risa, kalau perkataan saya menyinggung atau bahkan menyudutkan Anda. Tapi sebagai guru, saya harus melakukan ini, saya yakin Ibu juga akan melakukan hal yang sama. Apalagi murid itu adalah salah satu piala emas yang mengharumkan nama sekolah."

Meta semakin menjadi kesal saja. "Bu, nggak usah berlebihan. Saya bukan murid unggulan yang harus Ibu bela mati-matian. Saya mohon, biarin saya menyelesaikan masalah pribadi saya sama keluarga saya. Ibu nggak perlu ikut campur!"

Risa yang masih mencerna situasi kelihatan agak ragu untuk memberikan suara. Apalagi melihat perdebatan Meta dan wali kelasnya, ia tak ingin memperkeruh keadaan. Apalagi guru di sekolah Meta telah berpikiran buruk, menganggap kalau Meta diperlakukan tidak baik di rumah.

Ya, meskipun kenyataannya benar.

Bu Rara menghela napas, merasa bersalah telah bersikap tidak adil pada Risa. "Maaf, Bu Risa. Kalau terjadi apa-apa, atau mungkin Ibu butuh bantuan saya, saya akan bantu Ibu. Karena sepertinya di sini yang salah bukan Ibu," ujarnya sambil tersenyum tipis.

"Ibu nggak tau apa-apa!" sergah Meta.

Bu Rara mengangguk. "Saat ini Ibu memang belum tau apa-apa, Ta. Tapi nanti, pelan-pelan, faktanya akan terkuak dengan sendirinya."

Pengakuan Bu Rara membuat Meta bungkam dengan pikiran yang melayang jauh. Risa di sampingnya hanya bisa menyaksikan, orang-orang seperti Bu Rara, Aksel, dan Putra ingin menyelamatkan anaknya. Dia cukup lega, rasa khawatirnya terjawab dan hal itu membuatnya sangat senang.

Cangkir yang sejak tadi menunggu di atas meja sudah mulai dingin, Bu Rara meraihnya dan meminum sampai tersisa sedikit. Dia kelihatan buru-buru, dilihat dari raut wajah dan gelagatnya. Bu Rara mengeluarkan sesuatu dari tasnya, kemudian berdiri disusul oleh Risa meski agak mendadak.

"Jangan pernah takut menghadapi apapun, Bu. Ibu bersama orang-orang yang tepat. Kalau terjadi sesuatu, Ibu bisa hubungi saya lewat nomor ini."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!