Seorang CEO yang tak sengaja mendapatkan amanah dari korban kecelakaan yang ditolongnya, untuk menyerahkan cincin pada calon pengantin wanita.
Namun Ia malah diminta Guru dari kedua mempelai tersebut untuk menikah dengan mempelai wanita, yang ditinggal meninggal Dunia oleh calon mempelai pria. Akankah sang CEO menikah dengan mempelai wanita itu? Akankah sang mempelai wanita setuju Menikah dengan sang CEO?
Dan sebuah masalalu yang mempelai wanita itu miliki selalu mengganggu pikirannya. Kekhawatiran yang ia rasakan selalu menghantui pikirannya. Apakah masalalu yang menghantui pikiran mempelai wanita itu?
Cerita ini hanya khayalan Author, jika ada kesamaan tokoh, kejadian itu hanya kebetulan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sebutir Debu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Hati yang disakiti
Tubuh Bram yang lebih tinggi dan dada bidangnya menutup sosok perempuan yang baru saja datang dan memeluk dirinya dari belakang.
"Sayang.... Please, I want you to hear my reason."
(Tolong, aku ingin kamu mendengarkan penjelasan ku.)
Bram melepaskan pelukan dari Shela dan ia cepat berbalik. Bram memegang kasar dagu Shela.
"Katakan apa penjelasan mu? Apa kamu kurang puas dengan lelaki kemarin hingga kemari mencari ku?! Hah!!"
Tatapan nanar Bram dengan bibir bawahnya yang sedikit ia gigit karena menahan emosinya yang sudah membuncah. Baru saja hatinya merasa perih mengingat peristiwa kemarin, melihat orang yang ia cintai selama 2 tahun. Menjalani hubungan long distance ternyata dikhianati oleh sang kekasih hati.
Dia yang setia dengan penantian nya. Ia hanya sibuk bekerja tanpa memikirkan untuk wanita lain. Bahkan setiap kali ibunya meminta nya menikah ia selalu mengelak. Shela yang selalu menunda untuk mengumumkan hubungannya dengan Bram pun membuat Bram masih bersabar menjalani hubungan cintanya dengan terpisah jarak dan waktu.
Namun semua penantian Bram berakhir sia-sia. Shela pulang ke Indonesia karena kontraknya dengan salah satu majalah ternama di Paris telah berakhir, Bram berniat untuk melamar Shela dan menikah di tahun ini, ternyata harapan dan hatinya harus hancur melihat dengan kedua mata nya sendiri, sang pujaan hati sedang bercumbu mesra dengan lelaki yang tak dikenalnya.
Beruntung saat itu ada pak Erlangga, jika ia hanya sendiri menghadapi kondisi itu mungkin tidak tahu apa yang terjadi dengan lelaki itu.
"Eeemmm...."
Shela merasa kesakitan karena cengkraman Bram pada dagunya sangat menyakiti kulit halusnya.
"Dasar wanita J*l*Ng! Masih berani kau menampakkan batang hidung mu dihadapan ku hah!? Pergi dari hadapan ku dan jangan pernah mengusik hidup ku lagi!"
Bram melepaskan cengkraman nya dengan kasar hingga wajah Shela menoleh ke kiri akibat hempasan dari tangan Bram.
Bram mengambil gagang telpon di meja dan menekan tombol di telpon.
"Cepat kemari!"
"Bram, dengar kan aku dulu...."
Shela kembali memeluk lengan Bram dan Isak tangis pun terdengar dari suara wanita yang mengenakan outfit berwarna merah. Busana yang dikenakan Shela memiliki potongan sweetheart neckline yang membuat Belahan dadanya terekspos jelas. Bahkan saat ia memeluk Bram benda yang harusnya menjadi aurat itu menempel dengan nyaman pada jas yang Bram kenakan.
"Berhenti lah Shel. Hubungan kita telah berakhir setelah mata ku melihat apa yang terjadi kemarin!"
Bram menatap sinis Shela yang masih memeluk lengannya.
"Bram. Please. Ini tidak seperti yang kamu lihat dan yang kamu pikirkan. Hiks.Hiks."
"Oya? yang mana yang tidak sesuai? wajah mu yang penuh kenikmatan berada diatas tubuhnya?! atau des**an mu yang begitu erotis itu? Atau wajah mu yang selalu merasa terpaksa saat aku menghubungi mu lewat handphone? Jawab! jawab Shel!"
Air mata Bram menetes di pipi nya. Seorang lelaki yang selalu egois, keras kepala, angkuh dan sombong ini menitikkan air matanya karena hatinya begitu sakit, sakit di khianati. Disaat hatinya sedang berbunga-bunga karena merasa akan segera menikah dengan pujaan hati yang telah lama dinanti.
"Aku dijebak. Dia memberikan perangsang pada minuman ku Bram."
"Bulsh*it!"
"Praaaang!"
Telpon yang tadi Bram gunakan untuk menelpon seseorang kini terlempar ke arah pintu dan kabel yang terhubung pada laptop pun ikut tertarik.
Shela memejamkan matanya dan menutup kupingnya.
"Hati ku Bahkan lebih hancur dibandingkan benda itu Shel. Pergi dan jangan ganggu aku!?"
Rafi muncul dari balik pintu.
"A-ada apa tuan?"
"Bawa wanita ini keluar!"
"Bram aku tidak mau please...."
Shela telah bergelayut pada lengan Bram.
"Lepaskan! Jangan sentuh aku dengan tubuh kotor mu itu!"
Bram menghempaskan tangan Shela kembali. Jengah dengan sikap Shela. Akhirnya Bram pergi meninggalkan Shela.
"Baik, kalau kamu tidak mau pergi. Aku yang akan pergi!"
Bram melangkah cepat meninggalkan ruangan itu.
"Urus dia!"
Bram melirik ke arah Rafi. Rafi melihat Shela sedang berlari ke arah Bram. Rafi cepat menghalangi pintu dengan tubuhnya.
"Awas, minggir!"
"Maaf Nona, Saya hanya menjalankan perintah."
"Bram, Bram. Tunggu Bram."
Shela menangisi kepergian lelaki yang sebenarnya ia cintai. Cinta mereka harus ternodai karena pengkhianatan Shela. Shela melakukan itu karena Bram adalah lelaki yang memiliki prinsip yang kuat. Lelaki itu tak ingin melakukan hubungan badan sebelum ada ikatan pernikahan.
Setiap kali mereka bertemu mereka hanya menikmati sentuhan-sentuhan hangat dan kecup*n-kecup*n disetiap pertemuan mereka. Namun selalu berakhir dengan Shela yang mencari lelaki lain untuk memuaskan hasr*tnya yang terlanjur naik namun tak dituntaskan oleh kekasih hatinya.
Toni adalah salah satu produser film di tanah air menjadi teman Ranjang hangat Shela. Tentu itu ia lakukan di belakang Bram. Bram yang terlanjur cinta pada Shela tak pernah curiga. Ia hanya mengira jika kekasihnya itu sedang gila dalam mencapai cita-citanya sama seperti dirinya ketika dia dulu menerima perusahaan MIKEL yang hampir bangkrut.
Rafi yang merasa kasihan kepada Shela memberikan selembar tissue.
"Hapus lah air mata mu. Itu tidak akan menghentikan yang sudah terjadi. Kalian tidak akan pernah bisa bersatu lagi."
"Apa maksud mu Hah?"
Rafi tersenyum, mata nya melirik ke belahan dada Shela.
"Setidaknya Tuan Bram sudah menikmati surga dunia bersama istrinya. Apakah kau tak melihat tanda merah di lehernya tadi?"
Shela merasa bingung dengan maksud kalimat Rafi, cepat berlari mengejar Bram. Ia mendorong Rafi dengan kasar.
"Bruugh!"
"Awwhhh."
"Braaammm. Tunggu."
Shela berlari cepat hingga satu tangannya menghalangi pintu lift yang akan tertutup. Ia cepat masuk dan menekan tombol turun.
Bram mendengus kesal karena Shela masih membututi nya.
"Mau apa lagi kamu!"
Shela menarik kerah baju Bram. Dua bola mata Shela melihat leher Bram penuh tanda merah. Ia menatap tak percaya. Bahkan area leher Bram tak pernah ia sentuh karena lelaki itu selalu mendorong tubuh seksi shela ketika bibirnya mencoba memberikan tanda pada leher kekasih nya itu.
"Apa lagi mau mu Shela!"
Bram mendorong Shela karena merasa kesal ditarik kerah bajunya.
"Katakan siapa wanita itu Bram? Jadi kamu mencampakkan aku karena ada wanita lain? kau bilang aku jal*Ng. Lantas apa sebutan untuk wanita yang memberikan tanda merah di setiap inci leher mu!"
"Aku atau kamu yang dicampakkan!" Gigi geraham Bram tertaut dengan sempurna dengan kedua mata yang membesar.
Bram kembali naik pitam. Kembali dagu Shela di cengkram dengan kasar. Hingga kedua bibir Shela mengerucut.
"Dengar, Mulai sekarang jangan pernah muncul di hadapan ku. Aku tidak segan-segan akan bertindak lebih kasar dari ini. Paham kamu?" Bram cepat melepaskan tangannya. Ia mengibaskan jas nya dan sedikit mengendurkan dasi yang mengikat lehernya.
Shela yang melirik pintu lift sebentar lagi terbuka cepat memanfaatkan kesempatan. Memanfaatkan ketenaran nya sebagai model papan atas, ia cepat maju dan membuat Bram bersandar pada dinding lift hingga ia berusaha menyatukan bibirnya pada bibir Lelaki yang telah menyandang status suami orang, beruntung Bram cepat mendorong kepalanya hingga bersandar pada dinding lift, hingga hampir saja bibir Shela menyentuh bibirnya, sialnya pintu lift terbuka disaat posisi mereka sedang begitu dekat.
"Ting"
Pintu lift terbuka dan yang membuat Bram cepat mendorong Shela karena ada 3 wanita yang tadi baru saja ia antar ke salon.
"Braaam!"
"Bram."
"Mas....."
soalnya saya banyak kenal orang dari berbagai daerah meskipun pernah mondok, tp tidak sedetail itu tau tentang najis
mau komen keseeell.. ternyata udah ada yg mewakili😆