MY DOKTER Is My WIFE

Pagi menjelang, adzan subuh sudah berkumandang, seperti biasa setelah sholat subuh, Raisha membantu Rendra untuk buang hajat, cuci muka, gosok gigi dan tayamum, karena Kondisi yang belum memungkinkan Rendra untuk wudhu memakai air. Pemuda itu sekarang bisa melakukan sholat subuh dengan posisi duduk.

"Alhamdulillah mas, sekarang bisa duduk dengan kuat, jadi mas bisa melihat dunia luar, bagaimana kalau kita coba jalan jalan di taman, mas Rendra duduk di kursi roda ya, udara pagi sangat bagus untuk kesehatan!" Raisha mengajak Rendra keluar kamar, dia di bantu pengawal untuk memindahkan Rendra ke kursi roda, karena ini pertama, dan belum terbiasa jadi Raisha terpaksa meminta bantuan.

Raisha mendorong kursi roda itu keliling taman di rumah mereka. Pagi itu Kimmy dan Zein berkunjung kesana, melihat kondisi si Narsis putranya, dia tidak bisa tidur memikirkan Rendra, sejak semalam.

Kimmy dan Zein langsung menuju ke kamar tapi kamar itu kosong dan begitu rapi.

"Rendra mana pa? kok kosong?" cemas Kimmy, pikirannya sudah kemana.

"Pengawalnya juga tidak ada di sekitar sini, dimana mereka?" tanya Kimmy lagi.

Zein menoleh ke arah Jendela yang langsung berhubungan dengan Taman, Zein tersenyum melihat putranya di taman bersama Raisha, sepertinya dia sedang mengerjai Raisha.

"Lihatlah ma, sepertinya orang yang kamu khawatirkan baik baik saja, lihat itu, dia sedang tertawa bahagia." Zein menunjuk ke arah taman. Kimmy mengikuti arah tunjuk Zein. Melihat perkembangan pesat Rendra.

"Pa lihat, dia sudah bisa duduk di kursi Roda, dan narsisnya masih tetap sama seperti dulu." ucap Kimmy merasa lega dengan keadaan Rendra yang sudah membaik.

Mereka segera menyusul Anak dan menantunya di taman.

"Uluh uluh yang sedang pacaran, di cari dimana mana disini ternyata!" kata kata Kimmy membuat sepasang suami istri itu menoleh ke arah sumber suara.

Raisha segera menyalami Kimmy dan zein, ternyata dia tidak alergi juga dengan Raisha

"Pa, jangan menyentuh istriku, gatel gatel kapok ya!" Rendra memperingatkan papanya supaya tidak menyentuh Raisha dengan posesif.

"Wah ternyata sifat posesif papa, nurun ke Rendra, hehe, siap siap Rei, bukan cuma narsis dia ,ternyata posesif juga." Kimmy mengelus punggung Raisha supaya super sabar menghadapi Rendra.

"Ma, pa mas Ren, Rei buat sarapan dulu ya, kalian silahkan ngobrol dulu." Raisha pamit mau ke dapur.

"Mama bantu sayang." Kimmy mengukuti Raisha ke dapur, membuat sarapan sederhana.

"Kamu yang sabar ya, menghadapi putra mama, dia memang seperti itu dari kecil."

"Iya ma, memang terkadang juga nyebelin, tapi Rei harus bisa mengimbanginya, kalau bisa kita harus bisa membuat si narsis itu terdiam, hihi." Raisha terkikik juga, mengingat Rendra cikep sendiri dengan tingkahnya.

"Kenapa ada yang lucu?" tanya Kimmy.

"Iya ma, dan Raisha punya senjata ampuh untuk mengerjai mas Rendra kalau sudah keterlaluan jahilnya." Jawab Raisha.

"Kamu sudah tahu?" tanya Kimmy. Raisha mengangguk dan kedua wanita beda genre itu tertawa cekikikan sendiri.

"kalau perlu Rei akan pelihara kodok di rumah ini, biar kapok dia." tambah Raisha.

"Haha ,iya dia sangat geli sama kodok, Naela juga akan memakai binatang itu untuk mengerjai Rendra." imbuh Kimmy

Tapi ada yang terlewatkan, ada satu binatang yang Rendra takuti, bukan ular, harimau atau sejenis binatang buas, karena semua binatang tersebut sudah dia taklukkan, tapi Rendra takut Kecoa, dari bau,model dan bahkan bisa terbang, membuat Rendra, risih. pernah di gudang mansion, dia mencari sesuatu disana tapu tidak ketemu, malah menemukan kecoa kecil, menjalar ke lengannya, Rendra merasa geli, Dan memukulnya, tapi kecoa itu malah terbang hidungnya, baunya sangat tidak Enak diusir malah seperti mengejek saja, kecoa tersebut mengitari Rendra serta mengeluarkan bau yang tidak sedap. membuat Rendra enek.

Setelah semua selesai akhirnya ini pertama kalinya Rendra bisa makan bersama lagi di meja makan, rasanya sangat berbeda, makan disini bersama orang orang tercinta dan di dalam kamar.

"Kak, Naela kemana ma, kok tidak kelihatan?" Tanya Raisha.

"Dia sudah balik ke Rusia, pagi buta tadi. Peter membutuhkan dia, dan Ren, coba kamu hubungi Peter, siapa tahu dia butuh bantuan, tadi pagi Buta Naela berangkat dengan buru buru." Kimmy memberitahukan kalau Naela sudah balik ke Rusia dengan terburu buru.

"Oke, nanti Rendra bantu." jawab Rendra.

"Mas Rendra mau ke Rusia juga?" heran Raisha.

"Tidak sayang, dalam peperangan kita tidak hanya menggunakan okol saja tapi bisa juga dengan otak dan teknologi, mas akan membantu mereka dengan itu." Rendra memberitahukan kalau dia bisa membantu Naela hanya dari rumah saja.

Setelah Zein dan Kimmy pulang, Raisha juga bersiap siap untuk ke Rumah sakit, karena hari ini jadwal dia Praktek.

"Mas, Rei ke Rumah sakit dulu ya, nanti pengawal yang akan bantu mas, kalau mas Rendra butuh bantuan, telpon saja seperti biasanya, kasihan Pasien sudah menunggu."Raisha memberi pengertian pada Rendra kalau orang lain juga membutuhkan bantuan dirinya.

"Iya, tapi tidak boleh tebar pesona." Cemberut Rendra.

"Iya mas, siapa juga yang tebar pesona, kalau di rumah sudah ada pangeran tampan yang menungguku." ucap Raisha merayu Rendra.

Rendra menarik tangan Raisha hingga dia jatuh di pangkuan Suami Narsisnya.

"Tapi Sun dulu, baru boleh keluar!" pinta Rendra.

Raisha mencium pipi Rendra, tapi pria itu masih memeluk erat dirinya.

"Lepasin mas, memang tidak berat apa?" Raisha bergerak gerak hendak melepaskan diri, tapi dia malah membangunkan sesuatu yang tadinya masih tidur.

"Jangan bergerak Terus, Juni bangun, kamu harus tanggung jawab lho." Goda Rendra. Raisha segera diam, dan dia juga merasakan ada yang bergerak gerak di bawahnya.

Raisha memejamkan matanya, dia malu banget, apalagi mereka sekarang ada di ruang keluarga. Rendra mengkode pengawal untuk menjauh sebentar. Rendra memulai ciuman ringan, barulah setelah Raisha mulai menerima dia melanjutkan yang lebih panas lagi.

"Balas sayang, gerakkan lidahmu juga." Rendra memberi sebuah instruksi pada Raisha.

Setelah beberapa menit kedua pasangan itu berperang Saliva, barulah Raisha boleh berangkat ke Rumah sakit.