Pengkhianatan yang di lakukan Mike, membawa Aleena bertemu dengan seorang pria tampan yang tidak di kenalnya sama sekali di sebuah club mewah yang berada di pusat kota London.
Minuman alkohol yang di teguk Aleena malam itu benar-benar mempengaruhi dirinya. Gadis polos itu seketika menjadi liar bahkan dengan berani merayu pria yang saat itu berada di dekatnya.
Pria tampan pemilik rahang tegas itu terlihat semakin gelisah, ketika merasakan aliran panas tubuhnya tidak wajar. Terlebih gadis muda pemilik wajah cantik dengan rambut warna karamel bergelombang indah itu merayunya dengan gerakan begitu seksi.
Dalam keadaan setengah sadar Aleena menyerahkan tubuhnya pada pria asing yang tidak di kenalnya sama sekali.
Keduanya menghabiskan malam panas dengan liar layaknya pasangan yang sedang di mabuk cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KENYATAAN YANG TERUNGKAP
Senja berganti malam. Sean masih berada di ruang kerjanya di perusahaan. Sejak sore tadi pikiran nya tidak tenang. Perkataan temannya Evans sungguh mempengaruhi nya.
Hingga Sean meminta Linda sekertaris nya membawa semua dokumen identitas karyawan divisi marketing.
Sungguh seorang Sean Livingstone Harley melakukan itu. Bahkan ia meminta Ryan jangan ada yang mengganggunya kini. Sejak kepergian Evans laki-laki itu berdiam diri di ruangannya.
Lebih tepatnya menenangkan diri dan berpikir.
Sean membuka data karyawan marketing melalui MacBook milik nya, setelah menemukan identitas karyawan bernama Aleena.
Aleena Deandra, 23 tahun.
Sean fokus membaca satu persatu identitas Aleena. Netra kelam Sean menatap intens pas foto Aleena. Ia zoom foto itu.
Sean menyandarkan punggung pada kursi kerja nya, seraya mengusap-usap rahang yang di tumbuhi rambut-rambut halus. Menambah tampan wajah laki-laki itu. Tak sedetik pun mengalihkan pandangan matanya dari layar Macbook. Satu persatu ia menatap detail wajah cantik Aleena. Mulai dari rambut bergelombang berwarna cokelat terang, mata hazel, hidung hingga bibirnya.
"Wajar saja kau tidak mengenaliku, ternyata kau baru bekerja di perusahaan ku", ucap Sean menatap gambar Aleena melalui layar MacBook.
Wajah cantik alami tanpa polesan makeup. Gadis itu benar-benar memiliki kulit yang lembut layaknya kapas. Begitu halus bagaikan porselen mahal.
Sean memejamkan kedua matanya. Mengingat malam itu. Ketika keduanya tumpang tindih hingga larut dengan hasrat menggelora. Bagaimana hazel indah Aleena menatap nya dengan sayu. Sebuah permohonan padanya.
Semua memang berawal karena obat yang diberikan Evans, namun tidak bisa dipungkiri gadis itu begitu nikmat.
Malam itu Sean bisa saja menyudahi nya, namun tidak ia lakukan. Ya...dia menginginkan nya juga hingga tuntas.
Gadis itu mampu membuatnya lepas kendali. Mengerang sepanjang malam, hal yang tidak pernah ia lakukan termasuk ketika berhubungan intim dengan Bianca.
Drt
Drt
Panggilan handphone, membuyarkan lamunan Sean. Laki-laki itu mengusap wajahnya. "Shitt...kenapa aku memikirkannya terus".
Sean melihat nama Justin di layar handphone. Segera terhubung dengan temannya itu.
"Sean kau jadi ketempat Evans? Aku dan Evans menunggu mu".
Sean terlihat tidak bersemangat. "Pekerjaan ku belum selesai. Aku tidak bisa datang. Nikmati saja malam kalian".
"Apa kau sudah menemui gadis itu Sean? Apa yang terjadi, jangan katakan kau sekarang bersamanya", celetuk Evans terkekeh.
Sean tahu Justin menggunakan speaker. Sehingga Evans mendengarkan percakapan mereka.
"Kau terlalu ingin tahu urusan orang lain. Aku tidak menemuinya. Tapi aku ucapkan terimakasih pada mu karena kau sudah menemukan nya", ucap Sean menutup panggilan telpon itu meskipun Evans masih berbicara.
Sean menekan tombol melalui telepon kantor yang terhubung langsung dengan Ryan asistennya.
"Kemari!"
Tak berselang lama Ryan muncul di hadapan Sean yang berdiri di samping meja kerja nampak sudah hendak pergi.
"Kembalikan berkas ini ke ruang marketing. Besok pagi-pagi sekali panggil Donatella menghadap ku", perintah Sean sembari mengancingkan jas nya.
Ryan menganggukkan kepalanya. "Iya tuan", jawabnya sambil mengambil berkas di atas meja bos-nya itu. Namun pandangan matanya tertuju pada layar Macbook yang masih terbuka.
Tindakan Ryan jelas memancing Sean. "Apa yang kau lihat?", ketusnya.
"Hm... M-aaf tuan, bukankah itu nona Aleena divisi marketing?", ucap Ryan tergagap karena lancang bertindak membuat atasannya menegur nya.
Sean menyipitkan matanya, tersirat kecurigaan di sana. "Kau mengenal nya?"
"Tentu saja tidak. Hm .. Iya tuan".
Sean menghunuskan tatapan tajam pada Ryan. Kedua tangannya masuk ke saku celana.
"Tadi siang nona Aleena yang mengantarkan berkas dari divisi marketing yang anda minta, tuan. Tapi anda sedang menelpon makanya di berikan pada saya", jawab Ryan memberikan penjelasan.
Sean menutup MacBook nya. Besok perintahkan Donatella keruangan ku bersama gadis itu. Aleena Deandra", ucap Sean melangkah keluar.
Sejenak Ryan tercenung, merasa aneh dengan tingkah atasannya itu, menyebut nama lengkap bawahannya penuh makna begitu.
Ryan menggelengkan kepalanya. Ada apa antara tuan Sean dan Aleena batinnya bertanya-tanya. Tentu saja ia tidak akan bertanya langsung pada bos-nya. Ia masih memiliki kesadaran penuh, tidak akan mempertaruhkan jabatannya.
...***...
To be continue