Beberapa orang tidak percaya adanya reinkarnasi. Tetapi inilah yang di alami seorang Angel Zhao. Bukan! lebih tepatnya perpindahan jiwa.
Angel Zhao mendapati dirinya bangun di tubuh wanita bernama Julia Brasco. Gadis polos dan lemah yang juga meninggal akibat kecelakaan. Gadis yang ada di mobil yang menjadi lawannya.
Angel dan Julia yang sama-sama menjadi korban keserakahan, sama-sama korban penghianatan, dan sama-sama menjadi korban penjebakan.
Angel yang bodoh dan naif membuat seluruh keluarganya menanggung penderitaan. Penyesalan yang begitu besar membuat Angel meminta pada yang kuasa untuk memberikannya kesempatan sekali lagi.
Angel yang menginginkan kehidupannya lagi, menempati tubuh Julia yang sudah menyerah dengan hidupnya sendiri.
Angel berusaha untuk memperbaiki hidupnya lewat tubuh Julia.
Dia akan melakukan semua, meski harus menjadi boneka dari pria kaya yang menjadi suami kontraknya. Pria inilah yang mengantarkan Angel kepada pembalasan dendamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanggar Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling Menghina
Ada apa dengan gadis aneh ini? Tanyanya dalam hati. Tapi rasa marah dan jijik di matanya tampak berkobar hebat. "Ini kamarku! Dan apa yang kau lakukan di kamarku!" Bentak Maxilian keras.
"Apaa!!” tanya Julia terkejut. Dia turun dan menarik selimut yang tergeletak di atas tempat tidur. Memeriksa sprei dengan raut wajah yang sangat pucat. Saat memeriksa selimut itu bersih dan putih tanpa noda, dia mendesah lega. Terduduk di lantai dengan mengelus dadanya. “Ya tuhan, aku selamat, aku tak melakukan kesalahan.” Ujarnya tanpa memperhatikan raut wajah Maxilian yang garang.
“Sudah selesai?” tanya Maxilian dingin. Dua tangannya terangkat di pinggang. Dengan tatapan jijik dia menunjukkan pintu di sudut kamar sana. Rasa khawatir yang hadir karena mengira mereka melakukan kesalahan lenyap seketika. Dia benar-benar muak sekarang. Sangat muak sampai merasa ingin menguliti gadis di hadapannya hidup-hidup.
“Keluar dari kamarku! Keluar sekarang!!”
Mendengar itu Julia tertawa kecil. Dia berdiri dengan sangat tenang dengan menyilangkan kedua tangannya di dadda. Menatap Maxilian dari atas hingga bawah, dia tersenyum datar. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa orang lain mengakui kamarnya bahkan kini mengusirnya. Tidak bisa dibiarkan!
“kenapa aku harus keluar? Ini kamarku. Ini apartemenku! Dan kau, siapa kau hingga berada di kamarku? Apa kau orang yang dikirim Aaron untuk membunuhku? Atau Jordan untuk menjebakku?”
Suara yang tenang dan tegas namun tersirat tatapan permusuhan. Maxilian melihat itu semua dan menaikkan satu alisnya. Sepertinya gadis yang dia tolong semalam benar-benar sudah gila. Sudah mulai gila sampai berani menuduhnya! Maxilian mulai merasa menyesal membawa gadis ini ke apartemennya. Benar-benar hari sialnya.
“Kamarmu?” ulang Maxilian kehabisan kata-kata. Ada tawa sedikit dalam di kata-katanya. Dia bergerak maju dan terus maju hingga tubuh Julia mulai mundur untuk menghindarinya. “Tatap wajahku. Katakan, apa kau mulai amnesia atau kau sudah mengingat sesuatu saat melihat wajahku?”
Julia terus mundur, Maxilian bergerak maju mendekatinya. Tatapan matanya mengunci wajah Maxilian tanpa berkedip. Dan perlahan bayangan samar terlintas. Itu kerlap kerlip lampu bar, ada Janet, Jordan, dan juga Jason. Bahkan tatapan iba dan hinaan sekaligus dari kerumunan orang-orang mengarah padanya. Kilasan potongan bayangan kian jelas dengan menampilkan beberapa hal yang dia lakukan. Setelah sadar, matanya terbelalak dan wajahnya merona menahan malu. Dia ingat kalau dia duduk di pangkuan pria ini dan menciuminya. Bahkan memohon agar pria ini menikahinya.
“Sudah ingat?” tegur Maxilian dingin. Dia terus melangkah mendekati Julia yang terus mundur hingga akhirnya terhenti karena membentur dinding. “Dan kau masih bernyali mengatakan ini adalah kamarmu? Apakah kau benar benar ingin merayuku lagi dengan tubuh datarmu?”
Julia terasa tubuhnya kaku tak bisa bergerak saat dinginnya dinding menyapa punggungnya. Wajahnya merona malu, saat kesadaran mulai merayap menghadirkan kenyataan. ‘Apa ini? Barusan aku berpikir kalau aku Angel? Dan hidup kembali, bahkan melupakan bahwa sekarang aku adalah Julia. Aku pasti sudah gila!’ Makinya dalam hati.
Terkurung di antara dua tangan Maxilian, dengan punggung kian dingin membuatnya tersadar dari mimpi-mimpinya dan rasa mabuknya. Potongan-potongan kecil ingatan kejadian tadi malam membuat dia sesak dan sulit untuk bernafas. Tak berani mendongak untuk melihat wajah Maxilian yang menatapnya sangar. Dia bahkan merasa tatapan Maxilian bisa membuat lubang di wajahnya.
“sudah ingat? Aaron dan Jordan? Membunuh dan menjebakmu? Apakah ini caramu untuk mendapatkan perhatianku? Jika benar, biar kuberitahu, kau sudah gagal. Aku tak menerima wanita murahan sepertimu.
Kata-kata itu sangat dingin dan tajam dengan penuh penghinaan. Maxilian menahan rasa jijiknya untuk tidak menyiram alkohol pada gadis di depannya ini. Sama seperti yang dia lakukan pada wanita yang menyentuh tangannya di bar semalam.
Benar-benar kotor dan murahan! Batin Maxilian jijik.
Kata-kata itu menusuk hati Julia. Dia mendongak pelan dan melihat bagaimana mereka sangat dekat. Tatapan mata mereka bertemu dan dia terkejut dengan tatapan jijik yang Maxilian berikan. “Aku pasti melakukan kesalahan fatal. Semalam adalah sesuatu yang tidak kurencanakan. Maaf aku harus pergi sekarang."
Kata-kata itu tulus. Julia merasa sangat malu hingga berharap bumi menariknya untuk bersembunyi. Tapi tatapan jijik itu sangat mengganggu pikirannya. Egonya itu sangat tersentil dan mulai bergejolak untuk melawan.
Siapa dia berani merendahkan aku! Aku tak peduli seberapa tampan dia, aku tak akan membiarkannya menghinaku! Teriak Julia di dalam hatinya.
Ekspresi gadis itu berubah lagi. Penuh dengan ketulusan dan semakin membuat perut Maxilian bergejolak muak. Dia menggerakkan tangannya yang dia gunakan untuk mengunci Julia. Menyentuh pipi putih Julia dengan sangat pelan dan penuh maksud.
“Kenapa? Kini kau akan merubah caramu? Dengar, tak peduli setulus apa permintaan maafmu, kau tadi telah ketahuan berusaha naik ke ranjangku! Biar kuingatkan agar kau sadar akan posisimu! Kau sama sekali tak menarik di mataku! Kau sangat buruk dari berbagai sisi hingga aku muak! Kau bahkan seorang pencium yang buruk! Amatiran, tak ada lekukan body, sangat datar! Meski kau bertelanjang di depanku, aku tak akan tergerak untuk menyentuhmu!”
Bagai terhempas, Julia menegang mendengar nada penuh hinaan untuk dirinya. Dia adalah Angel Zhao! Dia hidup sebagai Julia Brasco yang cukup kaya dan cantik. Benar dia tak secantik Angel, tapi dia tahu kalau tubuhnya tidaklah buruk! Dia sudah memeriksanya, tubuh Julia yang ia tempati hanya terlalu polos dan bodoh. Dia tidak pernah sangat terhina dan direndahkan seperti ini.
Sentuhan tangan Maxilian itu sangat lembut. Menyentuh pipi Julia yang mulus dan mulai turun menuju leher. Tepat saat tangannya bergerak untuk mencengkeram lehernya, Julia berseru dengan suara dingin.
“Jangan menyentuhku! Jangan mencoba menyentuhku!” Julia mendongak menatap mata Maxilian yang menghujam. “tak peduli hal apa yang kuperbuat saat aku mabuk, tapi kau tak berhak merendahkan aku! Kuasa apa yang kau miliki untuk menilai tubuhku! Aku Julia Brasco tak akan tertarik dengan pria sepertimu! Bahkan aku tak mungkin merangkak di ranjangmu untuk menyerahkan kesucianku! Kau terlalu percaya diri! Kau terlalu menganggap tinggi dirimu sendiri!
Julia menyentakkan tangan Maxilian dari lehernya. Dia berdiri tegap dan menatap wajah maxilian tanpa rasa takut. Pandangannya sangat tenang dan dalam. Dia maju sedikit membuat jarak keduanya makin dekat. Tatapan jijik bahkan kesombongan terlintas di matanya. Perlahan Julia menggerakkan tangannya pada wajah Maxilian lalu turun perlahan dengan sentuhan yang sangat lembut. Senyum tipis terlintas, tapi perlahan senyum itu berubah menjadi senyum jijik penuh penghinaan.
“Apa kau menganggap dirimu sempurna? Menggelikan! Ketampananmu bahkan tak bisa membuatku jatuh cinta!”
Rekomen banget buat jadi Bacaan yg menarik disimak 👍👍👍👍🤩🤩🤩🤩🤩
Sampah memang harus cepat disingkirkan ketempat nya 😏