Suatu hari seorang ksatria yang kehilangan ingatannya terbangun di dalam sebuah rumah dan ternyata itu adalah rumah seorang gadis cantik yang buta bernama Alaina alaisa dan seekor gagak yang bisa berbicara.
Setelah berbincang-bincang akhirnya sang Ksatria di beri nama oleh alaina yaitu ali, mereka pun akhirnya hidup bersama.
Namun tanpa di sadari, awal dari pertemuan itu adalah takdir dari tuhan. karena mereka adalah orang terpilih yang akan menyelamatkan bumi dari ancaman iblis szamu yang akan bangkit.
Inilah kisah ali dan alaina yang akan memimpin umat manusia memerangi kedzaliman iblis szamu dan pengikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukron bersyar'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan pertama : desa Mills
Lima hari kemudian, di siang hari ini kami sudah mulai bersiap-siap untuk segera melakukan perjalanan ke tempat vanesa di kota Roodgard , membawa beberapa perlengkapan dan perbekalan yang di butuhkan.
"oi Ali, mengapa kau memakai zirah?" tanya reno.
"emang kenapa?" aku balik bertanya.
"kita tidak tahu situasi di luar, lebih baik jangan menggunakan barang-barang yang dapat menarik perhatian" ujar reno menjelaskan.
"oh iya juga ya, oke baiklah" ucapku, lalu aku pun melepas zirah ku.
"pedang mu juga sekalian simpan saja , karena itu pedang yang bagus, kita harus berjaga-jaga dari hal-hal yang bisa menarik perhatian seseorang" ujar reno.
"tapi kita tidak mungkin menyimpannya di dalam peti, itu akan menyulitkan kita sendiri ketika kita membutuhkannya" ucapku menjelaskan, bahwa pedangku akan menjadi instrumen penting, bila ada kejadian yang tidak diinginkan.
"Gampang , kamu simpan saja pedangmu di balik tas kuda, tinggal buat pengait saja agar pedangnya tidak mudah jatuh" ujar Alaina.
"Kamu memang pintar alaina" ucapku, akupun langsung membuat pengait di balik tas agar bisa jadi tempat menaruh sepasang pedangku, dan pedang hitam surgawi
beberapa waktu kemudian kami pun selesai menyiapkan perlengkapan dan perbekalan, yang kami simpan di tas kuda yang telah terpasang di punggung dolki. lalu kami pergi meninggalkan rumah menuju bukit, dari sanalah kami akan ber-teleportasi.
"Oke stop! disini kita akan ber-teleportasi" ucap reno, lalu ia mengecek sekitaran.
"heh di sini? kok tidak ada lingkaran sihirnya?" tanya alaina.
"sabar, ini juga lagi di cek dulu" jawab reno.
"nah ini, woi ayo sini-sini!" ujar reno. akupun segera menuntun dolki kearah reno bersama dengan alaina.
"emang benar disini?" tanya alaina kepada reno.
"iya benar, coba satukan liontin kalung mu dengan liontin kalung yang ada di ranselku" ucap reno sambil memberikan sebuah kalung.
"eh aku baru sadar reno menggunakan ransel kecil di pundaknya, lucunya" gumam ku.
"apa kau liat-liat!" celoteh reno kepadaku.
"e-engga" jawabku.
setelah mengambil kalung yang diberi reno, alaina langsung menyatukan kedua liontin dari masing-masing kalung, lalu seketika keluar sebuah cahaya yang melingkar dari tanah mengelilingi kami.
"alirkan mana mu alaina, Ali kau pegang tangan alaina" ujar reno. lingkaran cahaya itu semakin membesar, itu adalah lingkaran cahaya teleportasi. ada perasaan aneh ketika sihir teleportasi bekerja, seperti aku sudah pernah melakukan teleportasi sebelumnya.
"ingat aku tidak pernah melakukan teleportasi, sebelumnya aku hanya menyaksikan rosela melakukannya, aku tidak tahu kita akan ber-teleportasi di tempat mana, jadi bersiap-siaplah, takut ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi" ujar reno, mendengar itu aku merasa sedikit cemas.
saat melakukan teleportasi pandanganku terhalangi cahaya terang, dan perut ku sedikit merasa mual, lalu beberapa saat kemudian, saat cahaya sihir teleportasinya meredup, terlihat kami telah berada di pinggiran hutan. sepertinya sihir teleportasinya bekerja dengan baik.
"syukurlah semua berjalan dengan baik" ucap reno.
"wahh!" alaina langsung berjalan dengan cepat ke depan.
"alaina tunggu!" ucapku.
"hei, lihat-lihat, ada sebuah desa disana" ucap alaina yang sudah berada cukup jauh di depan, aku dan reno pun menghampirinya dan melihat sebuah desa yang seperti alaina katakan.
"wah benar, tapi jika di perhatikan desa itu tampak tak terlihat ada seorang pun". ucapku sambil berjalan keatas batu untuk melihat desa itu dengan jelas.
"kau bodoh, tidak mungkin terlihat seseorang dari jarak ini" ucap reno.
"iya betul, yaudah ayo kita pergi kesana, saat sudah dekat nanti, biar reno yang mengeceknya terlebih dahulu". ucap alaina.
"heh? kok aku, mentang-mentang aku seekor burung, tapi baiklah" celoteh reno.
lalu kami pun bergegas pergi menuju desa itu, di sepanjang perjalanan, alaina tampak dengan senang menikmati perjalanan ini, ia menanyakan semua hal yang ia lihat entah itu hewan ataupun bunga-bunga yang baru pertama kali ia lihat.
"wah lucunya, itu apa yang sedang berbaris di sungai?" tanya alaina.
"itu namanya bebek" jawab reno.
"oh, itu bebek jawabku" jawabku.
"kamu juga tidak tahu ali?" tanya alaina dengan wajah bingung.
"iya aku kan lupa ingatan, jadi aku tidak tahu" jawabku.
"heeh, aku baru tahu kalo orang hilang ingatan itu lupa nama-nama hewan juga" celoteh reno.
"wah indahnya, ini bunga apa?" tanya alaina, sambil memetik setangkai bunganya, lalu menaruhnya di sela kupingnya
"itu bunga lily" jawab reno.
"lihat, cocok tidak?" ucap alaina, menunjukan bunga yang ia selipkan di sela-sela daun kupingnya.
"c-cocok kok, kau terlihat cantik" jawabku sambil tersipu malu, dan alaina juga ikut malu saat mendengar jawabanku.
"hei, kalo ini apa?"
"kalo itu apa?"
"guru ini namanya apa?"
"reno, kalo itu apa?"
ucap aku dan alaina menanyakan hal-hal yang baru pertama kali kami lihat kepada reno.
"jangan semua di tanyain bisa engga, kalian ini seperti anak-anak yang sedang bermain ke kebun raya, aku capek menjawab dan jelasinnya tahu!" celoteh reno, merasa kerepotan dengan pertanyaan-pertanyaan aku dan alaina.
"kebun raya? kebun raya itu apa?" tanya alaina.
"sudah ku bilang, jangan nanya-nanya lagi, aku capek!" cetus reno.
"hei guru,.. "
"apa lagi!" sentak reno memotong ucapanku.
"itu lihat, ada seorang anak kecil berdiri di depan gapura desa sambil menggenggam sebuah senjata" ucapku sambil menunjuk kearah yang anak kecil di depan desa yang sedang menggenggam tombak.
"oh iya, kalian tunggu disini terlebih dahulu, aku akan memeriksa ke dalam desa" ucap reno, lalu ia pun terbang menuju desa untuk mengecek situasi di desa tersebut, tak berselang lama reno kembali kepada kami.
"aku sudah mengecek desa tersebut, disana hanya berisikan anak-anak, tidak ada orang dewasa satupun, dan keadaan desa itu cukup memprihatinkan" ujar reno.
"yasudah, ayo kita kesana" ucap reno
"oke, tetapi jika mereka menanyakan sesuatu, bilang saja kita adalah seorang pengembara yang tersesat, oke" ujar reno.
"oke siap!" ucap aku dan alaina serentak. lalu kami pun kembali berjalan menuju desa itu, setelah beberapa saat kami pun tiba di depan desa tersebut, dan saat melihat kami, anak yang berjaga itu langsung meniup peluitnya, lalu seketika gerombolan anak-anak muncul berkumpul di depan kami, sambil menodorkan senjatanya.
"tenang-tenang dik, kita bukanlah penjahat" ucapku kepada mereka.
"hah! mana kami percaya ucapan dari orang yang bertampang menyeramkan seperti mu!" ucap seorang anak yang memegang tombak di tangannya.
"apalagi penampilanmu yang aneh! mana ada laki-laki berpakaian ketat seperti mu!" celetuk salah satu anak-anak lainnya.
"ahahahaha" alaina tertawa mendengar ucapan anak-anak itu, dan sedangkan reno menahan gelak tawanya.
"alaina, jangan ketawa dong" celetukku.
"maaf ya adik-adik, mas mas ini emang menyeramkan tapi mereka orang baik kok" ucap alaina meyakinkan anak-anak itu bahwa aku bukanlah orang jahat.
"apa benar kak?" tanya anak-anak yang memakai tombak, yang terlihat lebih tua dari anak-anak lainnya, sepertinya ia adalah pemimpin anak-anak tersebut.
"iya benar, kamu percaya kan sama kakak?" ucap alaina dengan nada ramah , dan mengiringi dengan senyumannya, sontak anak-anak tersebut langsung menurunkan senjatanya dan menjadi sedikit ramah.
"iya deh aku percaya" ucap pemimpin anak-anak itu.
"nama kamu siapa?" tanya alaina.
"nama ku adalah reg" jawab anak itu, lalu ada seorang anak menghampiri reg dan berbisik kepadanya.
"kaka datang dari mana? kok kalian bisa tiba berada disini?" tanya reg kepada alaina.
"kami adalah pengembara, kami tersesat di hutan sana" ucap alaina sambil menunjuk kearah hutan, mendengar hal itu reg dan anak-anak lainya sontak terkejut.
"wrrpprrtt,..!!!" suara perut sebagian anak-anak.
"apa kalian lapar?" tanya alaina, anak anak itu mengangguk secara serentak, lalu alaina membuka tas, dan memberikan sebagian makanan pada anak-anak tersebut, terlihat anak-anak itu sangat lahap saat memakan-makanannya, bahkan ada yang sampai berlinang air mata. "pelan-pelan saja makannya, tidak akan ada yang mencurinya kok" celetuk alaina. melihat anak-anak itu makan dengan lahap aku sedikit merasa terharu dan iba.
beberapa saat kemudian setelah mereka selesai makan, reg dan yang lainnya mengajak kami untuk memasuki desanya. saat memasuki desa, sangat terlihat ini adalah desa yang sangat tidak terurus, banyak bangunan-bangunan rapuh, dan bau tidak sedap yang menyengat. kami meminta kepada reg untuk mencarikan tempat untuk menginap, karena matahari sudah akan segera terbenam sebentar lagi, dan kami berencana untuk beristirahat disini, sambil menggali informasi seadanya kepada anak-anak tentang keadaan diluar desa.
kami pun di antar ke sebuah rumah oleh reg dan anak-anak, rumah yang keadaanya sudah sedikit rapuh, namun masih layak untuk di tinggali.
"Terimakasih ya reg dan yang lainnya sudah mengizinkan kakak menginap disini sementara" ucap alaina.
"iya kak, terima kasih juga untuk makanan nya, kami pergi dulu ya". ucap reg lalu ia pergi bersama kawanannya, akupun melambaikan tangan kepada mereka, tapi mereka malah melempari ku dengan batu.
"eh eh eh eh!"
"brak!" akupun menutup pintu rumahnya.
"dasar, anak-anak nakal!"
"ahahaha" reno tertawa.
"mereka hanya belum mengenalmu saja Ali, tidak, perlu murung, tapi aku merasakan ada sesuatu yang aneh dari mereka, seperti rasa trauma dan kesedihan ada pada diri mereka, aku akan menanyakannya nanti kepada mereka apa yang terjadi pada desa ini, sehingga desa ini hanya berisikan anak-anak saja." ujar alaina.
"iya aku juga merasa seperti itu, seperti ada yang di sembunyikan oleh mereka, apalagi saat reg di bisikan oleh salah satu anak itu". ucapku kepada alaina.
"iya sudah, kita hati-hati saja sekarang, dan mengamati anak-anak itu" ucap reno, lalu aku mengambil tas kuda di punggung dolki, dan mengikat dolki dekat pintu masuk.
malam pun tiba, tepatnya kini sudah dipertengahan malam, aku merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan merasakan ada banyak hawa membunuh akupun terbangun dan ternyata alaina juga terbangun, lalu kami melihat ada bayangan orang dari bawah pintu. akupun melirikkan mata ke arah alaina dan memberikan gestur untuk lanjut pura-pura tidur, untuk memancing orang tersebut masuk dan mengetahui siapa yang akan datang menyergap kami.
aku menyelipkan pisau kecil di balik tanganku yang aku tutupi dengan kain.
"ngeek,... duk,.. dukk,.." suara pintu terbuka dan diiringi suara endapan langkah kaki.
"siapa mereka? apa mereka adalah anak-anak nakal tadi? tapi tidak mungkin, suara langkah kakinya dan auranya juga berbeda". gumamku, mereka pun mengendap-endap semakin dekat, dari balik selimut aku dan alaina saling berkomunikasi dengan melirikan mata sebagai sinyal untuk bersiap-siap untuk menghindar jika mereka menyerang.
beberapa saat kemudian mereka sudah berada di dekat kami, dua orang di dekat alaina, dan dua orang lagi tepat di dekatku, mereka masing-masing mengeluarkan pedang. saat ayunan pedang mereka ingin mengenai kami, mereka terjerat dengan sihir akarnya alaina, dan aku pun langsung menyayat tubuh mereka dengan cepat menggunakan pisau yang telah aku persiapkan.
"srrrrkkk!!!" suara akar yang menjerat para penyusup
"apa ini? tanganku tidak bisa bergerak!" ucap salah satu penyusup.
"sing, sing, sing!" aku menebas tubuh keempat orang itu dengan cepat, namun ada satu diantara mereka yang masih bisa melawan, akupun berkelahi dengannya dan memandangnya hingga ia terpental keluar pintu.
"Braaakkk!!"
"SIAPA KALIAN? KENAPA KALIAN BERANI MENYERANG KAMI!" ucapku dengan lantang kearah pria tersebut, namun aku tidak mengetahui bahwa di luar rumah itu, masih banyak pria dewasa dengan senjata lengkap di tangannya.
"Cihh bodoh, bunuh dua pasangan saja tidak bisa, dasar keroco! ," ucap salah satu dari pria itu yang terlihat seperti bosnya.
"Ali mereka sepertinya adalah bandit" ucap reno keluar dari rumah bersama alaina yang melemparkan pedang untukku.
"terimakasih alaina". ucapku.
"Hei kenapa kalian menyerang kami?" ucap alaina.
"Hah cantik juga, Kerja bagus reg, kau telah membawa wanita cantik kesini" ucap pria botak dan berotot tersebut
mendengar itu aku dan alaina sontak melirik kearah reg, reg saat itu terlihat merasa bersalah kepada alaina, dan alaina yang melihat wajah reg langsung berkata "tenang saja reg, aku tidak marah padamu! Ali akan mengalahkan mereka semua!"
"heh bicara apa alaina, tapi baiklah!" gumamku.
"heh, satu orang tidak mungkin bisa mengalahkan pasukanku! semuanya serang mereka!" ucap pemimpin pasukan itu yang berkepala botak dan berotot.
para bandit yang berjumlah dua puluh orang menyerang ku secara bersamaan menggunakan macam-macam senjata, aku pun menahan serangan-serangan dari mereka dengan cepat, namun menggunakan satu pedang membuat ku cukup kerepotan.
"Ali, ingat jangan gunakan kekuatanmu, anggaplah ini sebagai latihan, mata reno!" teriak alaina.
"oke" jawabku, akupun merebut senjata salah satu dari mereka, dan akupun langsung menebas bandit-bandit itu dengan punggung pedang dengan cepat menggunakan teknik tarian pedang level satu.
"bunuh saja mereka semua Ali! tidak ada gua nanya memberikan kehidupan untuk sampah seperti mereka, kata reno!" teriak alaina menyampaikan pesan yang reno katakan.
"brisik kau wanita jalang!" salah satu dari mereka berlari untuk menyerang alaina , melihat itu sontak dengan cepat aku melempar satu pedangku kearah pria tersebut dan itu tepat menancap di kepalanya.
"OI, JANGAN PERNAH SEKALIPUN KALIAN BERANI MENYENTUHNYA!" ucapku dengan lantang kepada para bandit itu. mendengar itu mereka sedikit ketakutan, akan tetapi itu hanya sebentar dan mereka kembali menyerang ku dengan segenap kekuatan mereka.
akupun mulai serius, dan menebas semua bandit itu dengan kejam, "teknik dasar! tarian pedang!" tak butuh waktu lama untukku menghabisi para pasukan bandit itu, dan tertinggal hanyalah seorang pemimpinnya.
"SEKARANG TINGGAL KAU BOTAK!" ucapku pada pemimpin bandit.
"yeaay,.. semangat Ali!"
"hentikan alaina, aku jadi malu" gumamku.
"heh jangan samakan aku dengan kroco-kroco itu, aku adalah Boby bandit kelas atas!" ucap Boby kepala botak sambil menarik pedang dari sarungnya, lalu kami pun beradu pedang.
"sring! sring! sring!"
"hebat juga ini si botak, tapi sudahlah main-mainnya" gumamku. akupun langsung menyerangnya dengan serius, menghantam senjatanya hingga terlepas dari genggamannya, laku menendang dia seluas tenaga, hingga ia terpental.
"udah segitu doang botak?!" ucapku mengolok-olok Boby.
"sialan! jangan remehkan aku!" teriak boby, terus ia berlari kearah reg dan anak-anak lainnya, ia mendekap reg, dan menjadikannya sebagai sandera.
"Jangan mendekat! atau akan ku bunuh anak ini!" ucap boby si botak.
"bos, jangan bos, jangan bunuh reg!" ucap anak-anak tersebut memohon kepada Boby.
"awas! jangan menghalangi!" celetuk boby sambil menendang salah satu anak yang ingin melepas reg dari genggamannya.
"HOI HOI HOI! KAU MENGAKU SEBAGAI PEMIMPIN BANDIT DAN MENGAKU ORANG KELAS ATAS! TAPI KAU MENYANDERA SEORANG ANAK KECIL, AGAR NYAWAMU SELAMAT! HAH MEMALUKAN!" celoteh ku kepada bobi.
"jangan banyak bacot! atau aku bunuh nih anak sekarang juga!" ucap bobi mengancam.
"HEUH, KALO MAU BUNUH, BUNUH SAJA, MEMANG KAU PUNYA TANGAN UNTUK MELAKUKAN ITU?" Ucapku kepada dirinya, setelah mengayunkan 'teknik manipulasi tebasan 'pedang hampa'.
"apa maksud-mu,....aaaaaaa tidak tanganku!" teriak boby terkejut dan kesakitan melihat kedua tangannya terjatuh secara serentak ke bawah tanah bersama dengan reg, lalu ia pun jatuh ke tanah diiringi aliran darah yang keluar deras dari kedua tangannya.
lalu akupun menghampirinya, dan meminta reg dan anak-anak lainnya untuk pergi ke sisi alaina.
"BAGAIMANA RASANYA KEHILANGAN TANGANMU!" Ucapku sambil menginjak kepala Boby.
"Aaaa! sakit sialan!" Boby meringis kesakitan.
"OH SAKIT YA? SETELAH INI CERITAKAN BAGAIMANA RASANYA KEHILANGAN KEPALAMU, YA!" ucapku lalu aku menebas kepalanya hingga terputus.
"Ali! kau terlalu berlebihan!" teriak alaina, aku sontak terkejut mendengar alaina memarahi ku.
"Maaf alaina, habisnya ia mengatakan hal yang tidak tidak kepadamu tadi,aku jadi sangat marah!" jawabku sambil menghampirinya.
"oh iya, reg kau harus menjelaskan semuanya kepada kak alaina!" ucapku kepada reg, lalu akupun pergi mencari tempat untuk membuang mayat-mayat ini.
mampir di novelku juga ya thor jika berkenan/Smile//Pray/