Bersabarlah membaca awal kisah ini yang bikin darting, tapi percayalah akan ada pelangi setelah badai, serta akan indah pada waktunya. Eyaaaa.
Follow akun IG ku dulu ya @dindin_812, atau FB : Aililea. Makasih🥰
Farzan berusaha lepas dari sang istri—Grisel yang tak mau memiliki anak serta sering menuduhnya berselingkuh. Awalnya berusaha mempertahankan karena baginya pernikahan adalah sebuah ikatan yang begitu sakral.
Hingga Farzan bertemu dengan Sandra—janda cantik yang berumur lebih tua darinya. Kebaikan hati Sandra, membuat Farzan jatuh hati, hingga dirinya akhirnya memutuskan pernikahan dengan Grisel.
Lantas, apakah Farzan bisa lepas dari Grisel, serta mendapatkan wanita pujaan hatinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon din din, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ajakan belanja
Farzan sudah sampai di sekolah Chila, lima belas menit lebih awal dari waktu sekolah usai. Dia mengeluarkan ponsel sambil menunggu sekolah Chila dibubarkan, lantas mengetik sebuah pesan untuk dikirimkan ke Sandra.
[Apa kamu akan terlambat menjemput Chila? Aku sudah di sekolahnya dan sedang menunggu dia keluar. Jika kamu memang belum bisa menjemput, biar dia bersamaku dulu.]
Pesan itulah yang membuat Sandra menolak tawaran Gilang. Sandra tidak ingin Gilang bertanya banyak hal tentang Farzan, terlebih jika Gilang bersikap protektif kepadanya. Selama ini Gilang selalu menyelidiki siapa saja yang dekat dan berteman dengan Sandra, hingga wanita itu tahu betul apa yang akan dilakukan Gilang jika tahu soal Farzan yang sering menghubungi dan mengunjungi Chila.
Farzan tidak menerima balasan dari Sandra, hanya melihat jika pesannya sudah dibaca, membuatnya berpikir jika mungkin Sandra sedang sibuk. Lima belas menit berlalu, bel tanda sekolah berakhir pun berdering. Farzan langsung keluar dari mobil, berjalan dan menyapa satpam yang sedang membuka gerbang.
“Jemput neng Chila, Pak?” tanya satpam itu.
“Iya,” jawab Farzan singkat dengan senyum ramah.
Satpam itu pun membuka lebar gerbang, membiarkan beberapa orangtua masuk untuk menjemput anak mereka. Farzan berjalan dengan langkah pasti, seolah yang akan ditemui adalah putrinya sendiri. Bagi Farzan yang memang sangat mengharapkan seorang anak, kehadiran Chila memang membuat perbedaan besar pada hidupnya. Kekurangan serta sikap Chila, mampu menyentuh hatinya yang dulu dingin, menghangatkan sampai membuat senyum kini sering terukir di bibirnya.
Farzan melihat Chila yang berdiri dan mencari keberadaan Sandra, hingga pria itu melambai untuk membuat Chila melihatnya.
Chila berdiri memegang kedua tali tas punggung yang melingkar, tampak menengok ke kanan dan kiri, mencari di mana Sandra berada. Hingga gadis itu melihat Farzan yang berjalan sambil melambaikan tangan, membuat gadis itu melebarkan senyum dan kemudian berlari ke arah Farzan.
Farzan langsung berjongkok ketika Chila sudah berada di hadapannya, tersenyum hangat sambil mengusap rambut gadis kecil itu.
“Bagaimana sekolahnya?” tanya Farzan, senyum tidak pernah hilang dari wajah.
Chila mengangguk dengan senyum lebar, menjawab pertanyaan Farzan jika kegiatan sekolahnya sangat baik.
“Mamamu sepertinya belum menjemput, aku sudah menghubunginya tapi belum dibalas. Kamu mau menunggunya di sini bersamaku, atau mau menunggu di luar bersamaku?” tanya Farzan memberi dua pilihan yang sama-sama bersamanya.
“Di luar bersamamu,” jawab Chila lirih.
Farzan senang mendengar jawaban gadis kecil itu, ada hati yang tersentuh dengan kehangatan saat melihat serta mendengar Chila bicara.
“Oke, kamu mau menunggu di mana? Biar nanti aku menghubungi Mamamu,” ujar Farzan kemudian. Dia bangun dari posisi jongkok, sebelum kemudian mengulurkan tangan untuk menggandeng tangan Chila.
Chila tidak menjawab, hanya langsung membalas uluran tangan dan menggandeng tangan Farzan. Tangan besar seorang pria, mungkin seperti tangan ayahnya yang tidak pernah bisa dia rasakan sentuhannya.
Farzan mengajak Chila berjalan menuju mobilnya yang terparkir di luar, hingga langkah mereka terhenti ketika melihat siapa yang datang dan kini berhadapan dengan mereka.
“Mama!” teriak Chila dan langsung melepas tangan Farzan sebelum kemudian berhambur ke arah Sandra yang baru datang.
“Hai, bagaimana sekolahmu?” tanya Sandra sambil mengusap wajah putrinya itu.
“Baik,” jawab gadis kecil itu sambil mengangguk.
Sandra senang karena Chila pulang sekolah dalam keadaan ceria, hingga dia menatap Farzan yang mengulas senyum ke arahnya.
“Kamu tidak membalas pesanku,” kata Farzan.
“Ah … tadi aku buru-buru, jadi lupa.” Sandra sebenarnya tidak membalas karena ada Gilang, takut jika pria itu tahu dia membalas pesan dari Farzan.
“Aku tadinya ingin mengajak Chila untuk menemaniku berbelanja,” ujar Farzan.
“Belanja?” Sandra mengerutkan dahi.
“Boleh Chila ikut?” tanya gadis kecil itu, mendongak untuk bisa melihat wajah ibunya.
“Aku baru pindah tempat, jadi ada beberapa barang yang harus aku beli,” ucap Farzan menjelaskan.
Sandra malah bingung sendiri, apakah pria itu sekedar memberitahu atau ingin mengajaknya belanja juga.
“Mama, Chila mau ikut,” rengek Chila karena Sandra tidak menjawab pertanyaannya.
Farzan tersenyum kecil, melihat Chila yang merengek.
“Jika kamu tidak keberatan, aku ingin kamu ikut untuk membantuku memilih beberapa barang dan juga memberi masukan.”
Sandra membuka mulut, bingung harus menjawab apa. Ditatapnya Chila yang penuh harap ingin ikut bersama Farzan, sebelum kemudian memandang pria di hadapannya yang menanti persetujuannya.
“Aku ….”
Sandra tengah berpikir, kenapa yang dikatakan ke Gilang benar adanya. Dia diajak menemani berbelanja, padahal tadinya itu hanya sebuah alasan semata.