Kisah Cinta Putra Gus Atha dengan Salah satu santri di pesantren Sang Abi. cinta itu datang seusai pernikahan, pernikahan terjadi hanya karena persetujuan kedua mempelai. Perjodohan tanpa penolakan dan tanpa skandal apapun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Al Qassam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salting Melting
Nampak Haseena melamun di dekat jendela lebih tepatnya di balkon kamar. Gadis menatap hamparan luas pemandangan di dekat rumah. Haseena nampak mengusap buliran jernih mengalir di pipinya.
" Ehmmm ... ( Hafla berdehem untuk membuyarkan lamunan istrinya) Seserahannya aku taruh di ranjang. Kemasilah dan rapikan!" Seru Hafla tepat di belakang Haseena. Saat hafla melangkah menjauh tangan itu tiba - tiba saja memegang lengan suaminya.
" Maaf mas ... " ucapnya lirih. Namun terdengar bersahabat. Kali ini panggilan mas yang dia layangkan sungguh seperti orang terdekat. Hafla mendekat dan mengusap air matanya.
" Jangan banyak menangis ... Cantiknya hilang," jawab Hafla sambil mengusap jejak buliran nakal itu.
Haseena menatap suaminya hafla menyambutnya dengan sebuah senyuman. Hafla mengajaknya kembali ke balkon. Dia posisikan Haseena di depannya dan Hafla sendiri di belakangnya seperti seseorang sedang memeluk. Sejatinya hanya bidang dada Hafla yang bersentuhan dengan punggung Haseena. Tangannya pun menyentuh pagar bukan tangan istrinya.
" Bolehkah aku memiliki panggilan sayang untukmu?" tanya Hafla sambil menatap lurus ke depan.
" Boleh saja mas," jawabnya.
" Melihatmu yang kadang marah dan kadang tersipu menimbulkan seberkas kemerahan di pipimu yang putih. Bolehkah aku memanggilmu Humaira?" tanyanya. Haseena tersenyum sambil sedikit terkekeh.
" Apakah sangat kentara mas?" tanyanya.
" Yes," jawab Hafla. Entah keberanian darimana Hafla melingkarkan kedua tangannya pada pinggang ramping istrinya. " Belajarlah mencintaiku," lirih Hafla.
" Tanpa belajar perempuan yang melihatmu saja pasti sudah jatuh cinta mas," jawab Haseena.
" Apakah kamu juga Humaira?" tanyanya dengan kapasitas yang rendah. Haseena menatap Hafla dengan posisi yang sangat dekat sekali.
" Memang boleh?" tanyanya balik.
" Boleh. Kan halal, syaratnya hanya itu jika ingin aku cintai," jawab Hafla.
" Memang sudah Cinta?" tanya Haseena.
" Perlu di perjelas?" tanyanya balik sambil tersenyum.
" Perlu alasan," jawab Haseena tak mau kalah.
" Humaira ... Cinta itu tak perlu sebuah alasan jika masih memiliki alasan maka cinta itu berarti cintanya tidak sungguh - sungguh," jawabnya sok yang paling paham.
" Sok tahu," jawab sang istri.
" Memang Tahu," jawabnya. " Masak apa istirahat?" tanya Hafla.
" Merapikan itu ... " tunjuk Haseena pada seserahan yang ada di ranjang. Hafla tersenyum tampan sekali.
" Ayo mas bantu!" jawab Hafla sambil menarik tangan istrinya masuk ke dalam kamar.
Sayang seribu sayang kakinya yang tersandung karpet dekat ranjang sukses membuat Haseena terhuyung hingga mendorong suaminya hingga terjerembab ke ranjang dengan posisi dirinya di atas.
Lancang sekali.
Sudut pandangnya menemukan sang suami nampak senyum mengejek. Dia berusaha bangkit namun Hafla melarangnya.
" Lakukan saja!" seru Hafla.
" Apa? Lakukan apa mas ... " jawabnya sok tidak malu. Padahal dirinya tidak punya muka.
" Kewajibanmu Humaira," jawabnya.
" Sedang datang bulan mas baru tadi pagi," jawabnya tersenyum puas. Hafla jadi tersenyum kesal.
" Astaga .... Minggirlah sebelum adrenalinku tergugah! Berapa hari biasanya?" tanya Hafla tampa ragu.
" 8 hari mas," jawabnya sambil membiaskan semburat merah.
" Lama sekali Hum. Cepat ... Minggirlah!" pinta Hafla. Haseena langsung beraNjak.
" Maaf ... " lirihnya.
" Tidak apa-apa Hum," jawabnya kemudian membuka seserahannya.
Ya Allah ... Salah tingkah gak sih kamu Has. Dia begitu menggiurkan. Lihatlah dia aneh tapi sekarang udah yang kayak lunak gitu. Melting gak sih kamu lihat suami tampanmu gini. Dia udah rela bantuin kamu loh. Dia aparat kepolisian loh Has. Gila! Di rumah udah kayak pembantu rela bantu ini itu. Keterlaluan gak sih kamu sebagai istrinya.
" Mau sampai kapan memandangku? Belum puas juga?" ledek Hafla.
" Eh .... " jawabnya tak bisa menanggapi lainnya.
Penutup. Sedikit saja ya!!!! Jangan lupa kasih semangat!!!