Malam sial itu membuat Ruby harus kehilangan mahkotanya demi menggantikan seorang wanita yang diincar seorang mafia yang harus menyalurkan syahwatnya karena dijebak oleh saingan bisnisnya.
"Tuan. Tolong...! jangan lakukan itu...!" Ruby mendorong pria tampan yang dikenal sebagai mafia bringas.
"Aku sudah membayarmu maka, layani aku...! " Ujar Sean menyeringai licik.
Sean mengira Ruby adalah wanita penghibur namun ternyata Ruby adalah gadis baik-baik yang masih suci. Ia yang ingin kembali ke negaranya ternyata harus menjadi korban salah tangkap oleh anak buahnya mafia.
"Bagaimana kelanjutan kisah antara Ruby dan Sean sang mafia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Meninggal
Deringan ponselnya Rubby menganggu tidurnya Sean yang sedang menemani Rubby di ruang rawatnya itu. Sean teringat akan putrinya membuat ia harus mengusir rasa ngantuk nya.
Wajah Sean sedikit termenung melihat nama yang ada di layar itu yaitu sekertaris Valery. Ia tidak asing dengan nama itu.
"Astaga...! Bukankah ini karyawannya Rubby?" takut penting, Sean akhirnya mengangkat panggilan itu dan menyapa Valery sekedarnya.
"Hallo. Selamat pagi," ucap Sean namun di ujung telepon yang sempat mengucapkan salam harus membalas dengan salam yang sama dari Sean.
"Aku tidak mungkin telepon ke nomor yang salah bukan?" tanya Valery yang sekarang sudah resmi menjadi CEO perusahaan milik nyonya Ananta atau Rubby.
"Maaf aku teman dekatnya Rubby. Saat ini Rubby sedang sakit dan sedang ditangani dokter. Kalau ada pesan, sampaikan saja kepada saya," bohong Sean.
"Astaghfirullah halaziiim. Ya Allah. Bagaimana ini? kasihan Rubby," lirih Valery sendu.
"Emangnya ada apa nona Valery?" tanya Sean merasa tidak enak saat ini.
"Maaf. Saya bicara dengan siapa ya?" tanya Valery.
"Sean."
"Sean...? Maksudnya anda bernama Xavier Sean Hilton?" tebak Valery yang tidak asing dengan suara Sean karena mereka pernah bertemu.
"Benar sekali nona Valery."
"Ya Allah. Dunia begitu kecil hingga anda menjadi pasangannya nona Rubby," balas Valery hingga lupa dengan tujuan awalnya.
"Apakah ada masalah nona Valery?" tanya Sean sudah malas berbasa-basi dengan Valery.
"Iya tuan Sean. Ada kabar duka untuk nona Rubby. Ibunya nyonya Ananta baru saja menghembuskan nafasnya terakhir," ucap Valery sedih.
Sean terperanjat dan tidak tahu harus berkata apa. Iya terlihat syok sampai Valery bicara lanjutannya ia tidak mendengarnya lagi. Ada rasa sesak di dadanya.
Menangis pun ia tidak bisa lakukan saat ini. Valery terpaksa hanya menulis pesan untuk jadwal pemakaman jenazah nyonya Ananta yang akan dikebumikan secepatnya karena tuntutan hukum Islam.
Bersamaan dengan itu, pintu kamar rawat inap Rubby dibuka oleh dokter yang sedang melakukan visit. Sean mengendalikan perasaan sedihnya. Ia ingin tahu tentang kondisi Rubby yang belum siuman juga setelah melakukan tindakan.
"Dokter. Ini sudah lima jam istriku tertidur. Apakah dia tidak bisa siuman secepatnya?" tanya Sean cemas.
"Sepertinya proses selama tindakan medis pada rahim nona Rubby sangat baik, tapi apakah ada masalah yang terjadi sebelum istri anda pingsan? Bisa saja secara kejiwaan ia merasa sangat tertekan dan tidak ingin hidup. Kadang orang sakit jika hatinya bahagia sakitnya tidak terasa dan sebaliknya begitu," jelas dokter membuat Sean teringat akan peristiwa sebelumnya.
Sean hanya menjelaskan garis besarnya saja tanpa menyebutkan secara spesifik. Bagaimanapun juga ia tidak mau membuka aibnya sendiri pada orang lain sekalipun itu adalah dokter.
"Yah. Memang kami sempat berdebat sebelumnya hingga aku menemukan ia pingsan di kamar kami, dokter," jelas Sean.
"Kalau begitu tugas anda untuk membuatnya merasa nyaman kembali bersama anda. Merasa dirinya penting dan berarti untuk anda, tuan," ucap dokter tersebut.
"Baiklah dokter. Aku akan melakukannya dengan baik. Terimakasih."
"Baik. Semoga ada kabar baik dari istri anda. Kamu permisi dulu ke kamar lainnya," pamit sang dokter.
Sean mengecup kening dan tangan Rubby sambil memohon agar Rubby sadar." Ya Tuhan. Bagaimana caraku untuk menyampaikan kepada Rubby kalau ibunya telah meninggal dunia.
Bukankah itu sama saja membunuhnya? Kalau merahasiakan darinya pun, pasti dia akan marah besar padaku. Bisa-bisa dia akan kabur dariku," gumam Sean sedih.
...----------------...
Keesokan paginya, jenazah nyonya Ananta telah dikebumikan. Semua kerabat, teman maupun kolega dan relasi nyonya Ananta ikut mengantarkan ibu dari satu anak itu ke pemakamannya. Rasa kehilangan membuat mereka semua benar-benar syok. Namun beberapa menit kemudian mereka merasa nyonya Ananta seperti seorang diri yang tidak memiliki anak. Komentar negatif mulai terdengar silih berganti.
"Kenapa putrinya Rubby tidak muncul juga ya? Apakah dia masih melanjutkan pendidikannya lagi di luar negeri?" tanya kerabat jauh nyonya Ananta.
"Sepertinya Rubby melarikan diri karena hamil di luar nikah. Itu desas yang saya dengar," jawab yang lainnya.
"Dan anehnya lagi, Rubby habis zina pakai pakaian syar'i. Tahu tuh anak, mau nutupi aib atau sudah bertobat." Diantara mereka cekikikan sendiri.
"Biasalah. Anak perempuan kalau terlalu dikasih kebebasan pasti akhirnya melendung juga. Apalagi kuliah di luar negeri, di jamin nggak bakal perawan lagi," celetuk yang lainnya.
Valery dan nyonya Kayla tidak pedulikan cibiran keluarganya nyonya Ananta. Mereka lebih fokus pada tanggungjawab mereka yaitu menjaga kestabilan perusahaan karena bisa jadi banyak investor yang menarik sahamnya atau saham perusahaan itu sendiri jatuh di pasar saham.
Keesokan harinya setelah masa berkabung, para karyawan perusahaan milik Rubby kini menjalani aktivitas mereka seperti biasa. Walaupun ada rasa kehilangan sosok seorang bos yang sangat peduli pada mereka, namun mereka harus tetap semangat menjalani tugas mereka masing-masing.
Namun tidak dengan Valery. Ia kedatangan rombongan keluarga dari mendiang ayahnya Rubby dengan beberapa orang rekan media yang ingin meliput secara langsung pengambilan perusahaan secara sepihak oleh tuan Antono.
Valery dan nyonya Kayla tetap tenang menghadapi tuan Antono dan keluarganya.
"Kami dengar kalau ahli waris perusahaan ini tidak berada di tanah air selama ibunya sakit hingga meninggal. Apakah ada yang sedang kalian sembunyikan?" pancing tuan Antono.
"Maaf tuan. Saya sekarang yang berwenang di sini sebagai CEO perusahaan ini dibawah persetujuan nona Rubby sebelum nona Rubby meninggalkan Indonesia. Apakah ada yang bisa saya bantu?" santun Valery walaupun hatinya sangat geram pada tuan Antono dan keluarganya.
"Ini perusahaan milik mendiang kakakku. Jadi, jika istrinya meninggal dan ahli warisnya entah pergi ke mana, otomatis sebagai kelurga terdekat kami akan mengambil alih. Jadi, tolong tinggalkan perusahaan ini sekarang juga karena anda saya pecat," ucap tuan Antono tegas dengan mata menyalang.
"Maaf tuan Antono. Tidak ada aturan perusahaan yang dibuat oleh mendiang ayahnya Rubby seperti yang anda sebutkan. Jadi, tolong pergi dari sini atau kami akan melibatkan pihak berwajib," timpal nyonya Kayla mempertahankan posisi mereka di perusahaan itu.
"Saya punya salinan pernyataan kakak saya. Jadi, kalian orang luar tidak berhak mengatur ahli waris lainnya dalam perusahaan ini. Tolong tinggalkan perusahaan ini atau kalian saya tuntut...!" ancam tuan Antono yang merekayasa segalanya untuk merebut perusahaan milik kakak kandungnya itu.
Valery merekam video perdebatan antara tuan Antono dan nyonya Kayla lalu mengirim ke kontak Rubby yang tentu saja yang ia tujukan langsung pada Sean.
"Tuan Sean terhormat. Jika anda sedang menonton video ini ketahuilah bahwa saat ini sedang ada perebutan kekuasaan di perusahaan ini oleh keluarga dari mendiang ayahnya nona Rubby. Jika perusahaan di serahkan kepada mereka besar kemungkinan perusahaan ini akan di jual oleh mereka. Kasihan nona Rubby harus hilang segalanya dalam hidupnya. Tolong dia, tuan Sean...!" tulis Valery yang merasa Sean akan menyelesaikan masalah mereka saat ini.
Rasanya masih pengin 😭😭😭
Rubby selalu saja hidup mu dalam bahaya semoga kamu baik' saja iya Rubby