#TURUN RANJANG
Tiga tahun pasca sang istri meregang nyawa saat melahirkan putranya, Zeshan tetap betah menduda dan membulatkan tekad untuk merawat Nadeo sendirian tanpa berpikir sedikitpun untuk menikah lagi.
Namun, hal itu seketika berubah setelah Mommy-nya datang dan berusaha meluluhkan hati Zeshan yang telah berubah sebegitu dinginnya. Berdalih demi Nadeo, Amara menjanjikan akan mencarikan wanita yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu sambung Nadeo.
Zeshan yang memang terlalu sibuk dan tidak punya kandidat calon istri pasrah dan iya-iya saja dengan siapapun pilihan Mommy-nya. Tanpa terduga, Mommy Amara ternyata merekrut Devanka, adik ipar Zeshan yang mengaku sudah bosan sekolah itu sebagai calon menantunya.
*****
"Ingat, kita menikah hanya demi Nadeo ... jangan berharap lebih karena aku alergi bocah bau ingus." -Zeshan Abraham
"Sama, aku juga alergi om-om bau tanah sebenarnya." - Devanka Ailenatsia
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
PLAGIAT/MALING = MASUK NERAKA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 - Akan Kupertegas
Tanpa peduli Devanka yang kini terseok-seok demi menyesuaikan langkahnya. Pria itu marah, matanya menatap tajam ke depan dan mentalnya sudah sangat siap menghadapi gerombolan anak ingusan yang lancang membuat keributan di depan rumahnya.
Begitu tiba di lantai satu, samar terdengar suara keributan di depan sana. Devanka tidak tahu apa yang akan Zeshan lakukan, tapi hingga saat ini pria itu masih terus mencengkeram tangannya.
"Woy keluar lo!! Balikin cewek gue!!"
Suara itu sudah terdengar, dugaan Devanka sama sekali tidak salah, Hero benar-benar datang padahal dia sama sekali tidak memberikan alamat yang diminta.
Dari jarak sepuluh meter, mata Devanka semakin jelas melihat bagaimana saat ini Hero dan teman-temannya di depan gerbang. Mereka sengaja merusak, bahkan salah-satu di antara mereka ada yang nekat naik pagar.
Anehnya, Zeshan sama sekali tidak bereaksi dan diam saja, seolah sengaja membiarkan mereka melakukan kemauannya.
"Buka pintunya, Pak." Di luar dugaan Zeshan memerintahkan security untuk membuka pintu gerbang dan hal itu jelas berhasil membuat Devanka kebingungan.
"Kak? Kenapa malah dibukain pintunya?" tanya Devanka mulai panik karena tahu, biasanya mereka kerap menggila jika sudah bersatu.
Zeshan menatap sang istri, sudah tentu masih dengan tatapan tajam dan wajah datarnya. "Jika kamu tidak bisa bersikap tegas, maka aku yang akan mempertegasnya, Devanka."
"Maksudnya ap_"
Cup
Tanpa aba-aba dan sedikitpun tidak pernah Devanka duga, tepat beberapa meter di hadapan Hero, Zeshan mencium bibir sembari menahan tengkuk leher Devanka hingga langkah Hero terhenti seketika.
Tak hanya langkah Hero, tapi teman-temannya juga mendadak bungkam tatkala menyaksikan adegan yang berhasil membuat peminpin mereka hangus terbakar.
Bukan sekadar kecupan sekilas, tapi Zeshan benar-benar menciumnya bahkan membuat Devanka kesulitan bernapas setelahnya. Senyum Zeshan terbit begitu tipis pasca melepas pagutannya, tak lupa dia menatap ke arah Hero yang kini terpaku tanpa bisa mengatakan apa-apa.
"Kau yang bernama Hero?" tanya Zeshan begitu santai, sementara Devanka yang baru saja mendapat perlakuan tak terduga dari Zeshan hanya menunduk lantaran malu luar biasa.
Bagaimana tidak? Di antara teman-teman Hero juga ada temannya, mereka adalah teman sewaktu di SMA.
"Iya, gue Hero ... dan gue datang buat jemput cewek gue!!" jawabnya kian mendekat.
Zeshan berdecih, perutnya mendadak sakit melihat bocah nyali patungan yang sok keren di hadapannya. "Jemput? Apa hakmu menjemput istriku? Hm?"
"Gue cowoknya, jelas gue berhak nyelametin dia dari tradisi kolot keluarga kalian!!" tegas Hero dengan dada yang kini naik-turun demi menahan amarahnya.
Sebuah pemandangan yang membuat Zeshan semakin tertarik untuk mempermainkan emosi pria itu. "Oh iya? Sayangnya kau terlambat ... dia sudah resmi jadi istriku sekarang," ucap Zeshan memeluk pinggang Devanka begitu erat.
"Nggak, nggak ada kata terlambat!!" tukas Hero dan kini beralih pada Devanka. Tanpa takut, dia mengulurkan tangan pada Devanka sembari menatap sendu ke arahnya. "Ayo, Dev ... kita pergi, sebelum kamu semakin tersiksa dalam pernika_"
PLAK
"Jauhkan tanganmu dari istriku!!" sentak Zeshan menepis tangan Hero begitu kasarnya.
Hero yang ternyata tersinggung, tanpa pikir panjang mengambil ancang-ancang untuk menyerang Zeshan. Kena? Jelas tidak, Zeshan bisa membaca gerakannya hingga secepat mungkin menghindar.
Gagal di percobaan kedua, Hero tak menyerah dan kembali berusaha menyakiti Zeshan dari arah yang berbeda. Sialnya, baru juga hendak bertindak, Zeshan kini meringkus tangan Hero dan menekan Hero berlutut dan menghadap teman-temannya.
Begitu mudah bagi Zeshan, tak ubahnya seperti menghukum anak nakal, kekuatan tangan Hero tidak ada apa-apanya dibanding Zeshan. Hero meringis, sementara teman-teman yang lain mulai berdiskusi untuk menyelamatkan Hero.
Tak hanya itu, Devanka yang tidak ingin suasananya semakin runyam meminta Zeshan untuk menghentikan tindakannya. Sebuah tindakan yang berakhir salah kaprah.
"Kak Zeshan sudah, lepas!!"
"Kamu membelanya?"
Devanka menggeleng, dia bukan membela, hanya saja takut jika teman-temannya yang lain justru menggunakan kekerasan dan Zeshan yang celaka.
"Tidak, aku hanya_"
"Aaaarrgghh!!" rintih Hero begitu Zeshan benar-benar mendorongnya hingga tersungkur di sana.
Zeshan mengepalkan tangan, dia menatap kecewa Devanka sebelum kemudian berlalu begitu saja. Sementara Devanka kini hanya memandangi Hero sekilas sebelum dan bermaksud menyusul kepergian Zeshan.
Saat itulah, Hero memanfaatkan kesempatan untuk menahan kepergiannya. Sekali cengkraman dan langsung ditepis begitu kasarnya.
"Deva tunggu!! Kamu mau kemana? Aku sudah jemput ... aku punya uangnya sekarang, a-aku mam_"
"Hero, bukankah hubungan kita sudah berakhir satu minggu lalu?"
"Baby please!! Aku bilang tunggu, aku hanya butuh waktu bukan berarti mau putus dari kamu!!" bantah Hero karena memang baginya hubungan itu belum berakhir.
"Kamu tidak pernah bilang begitu, Hero ... pergilah, hari sudah malam jadi jangan membuat kekacauan," pungkas Devanka meninggalkan Hero yang masih terus memanggil namanya.
.
.
Devanka tutup telinga, tak peduli sekalipun Hero terus mengejarnya. Dia terpaksa, Hero terlambat memperjuangkannya padahal kala itu Devanka sudah menjatuhkan harga diri dan mengajak menikah asal sah, tapi Hero terlalu banyak bicara.
Saat ini, tujuan satu-satunya adalah Zeshan. Dia tidak ingin terjadi kesalahpahaman terus-terusan. Dengan langkah panjang, wanita itu segera membuka pintu kamar dan tepat di tepatnya, Zeshan sudah menunggu dengan posisi favoritnya, bersedekap dada.
"Kak .... aku_"
"Sudah selesai bicaranya? Kenapa cepat sekali?" tanya Zeshan begitu santai, tapi di telinga Devanka tidak sama sekali.
"Kakak perlu tahu, aku tidak pernah memberitahukan alamat rumah ini, mereka datang sendiri dan_"
"Laki-laki itu menjemputmu, ikutlah jika mau," ucap Zeshan seketika membuat Devanka mendongak, harusnya dia senang, tapi entah kenapa pengusiran Zeshan justru terdengar menyakitkan.
"Apa maksudnya?"
Zeshan mengghela napas kasar, dia menggigit bibir demi mencoba menahan diri untuk tidak emosi kala berhadapan dengan istri kecilnya.
"Tidak ada maksud apa-apa, Kakak hanya membebaskanmu ... kakak tidak ingin egois dan merampas kebahagiaan orang siapapun, termasuk kamu. Jika sekiranya berat bersamaku, kamu masih punya kesempatan untuk bersamanya."
Tanpa melepaskan Devanka dari pandangannya, Zeshan terus menatap lekat sang istri. "Pikirkan baik-baik, tetap bersamaku atau pergi bersamanya," ucap Zeshan tiba-tiba memberikan pilihan yang harus Devanka tentukan.
"Tetap bersama," jawab Devanka usai berpikir cukup lama.
Lama berpikir, tapi jawabannya juga masih tidak terlalu jelas, sungguh Zeshan sebal dibuatnya. "Bersama siapa?"
"Kakak," jawabnya lagi dengan posisi persis pasukan paskibraka, tegap dan tidak banyak tingkah.
Zeshan mengullum senyum, jawaban Devanka seolah membuatnya puas karena tanpa perlu merebut dengan cara murrahan, istrinya tahu aturan.
"Jadi yakin memilih tetap jadi bersamaku?"
"Hem, yakin!!" Devanka mengangguk mantap, mana mau dia kehilangan ATM berjalan sekaligus penentu masa depan nan cerahnya itu.
Sementara Zeshan sudah melambung ke awang-awang lantaran merasa menang Devanka pilih. Bagaimana tidak? Dia sampai dikejar ke kamar dan hal itu adalah sebuah kebanggaan yang ingin dia umumkan ke seluruh penjuru kota.
"Ehem, sekarang aku tanya berapa persen keyakinmu untuk tetap jadi istriku?"
"100 persen," jawab Devanka mantap, tanpa keraguan dan memang sejak dulu sifatnya tidak neko-neko kalau sudah banyak uang.
"100 persen?"
"Iya, 100 persen," ulang Devanka sekali lagi.
"Kalau begitu buktikan," tegas Zeshan yang membuat Devanka seketika tersedak ludah.
"Hah? Buk-buktikan? Buktikan apanya?"
.
.
- To Be Continued -