Rafael Graziano Frederick, seorang dokter spesialis bedah, tak menyangka bahwa ia bisa kembali bertemu dengan seorang gadis yang dulu selalu menempel dan menginginkan perhatiannya.
Namun, pertemuannya kali ini sangatlah berbeda karena gadis manja itu telah berubah mandiri, bahkan tak membutuhkan perhatiannya lagi.
Mirelle Kyler, gadis manja yang sejak kecil selalu ingin berada di dekat Rafael, kini telah berubah menjadi gadis mandiri yang luar biasa. Ia tergabung dalam pasukan khusus dan menjadi seorang sniper.
Pertemuan keduanya dalam sebuah medan pertempuran guna misi perdamaian, membuat Rafael terus mencoba mendekati gadis yang bahkan tak mempedulikan keselamatan dirinya lagi. Akankah Mirelle kembali meminta perhatian dari Rafael?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PASUKAN KHUSUS
Duarrrr
Sebuah ledakan besar pun terjadi di camp para pemberontak.
Duarrr duarrr duarrr
Ledakan ledakan yang tak terlalu besar pun muncul kembali di beberapa titik di camp para pemberontak itu. Snake dan Xena yang mendengar itu pun langsung menoleh ke belakang. Tampak api yang besar dan asap hitam yang mengepul naik ke atas.
“Elle!!!” teriak Xena.
Jantung Xena tiba tiba saja berdetak dengan sangat cepat memikirkan gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.
“Di mana Mirelle? Bukankah tadi ia ikut keluar dari tenda? Apa dia tidak ikut lari bersama kita?” Rentetan pertanyaan pun keluar dari bibir Xena.
“Sepertinya tidak …,” jawab Snake saat melihat ledakan besar kembali terdengar dan bangunan di mana pemimpin pemberontakan itu berada kini meledak. Apinya sangat besar hingga membuat tanah di mana mereka berdiri pun bergetar.
“Mirelle!!! Arhhhh siallannn!!!” teriak Xena.
Setiap misi tak pernah membuat Xena terbawa perasaan, tapi tak melihat Mirelle di belakang mereka dan mendengar suara ledakan ledakan besar, membuat air mata luruh begitu saja di pipinya.
Camp para pemberontak sendiri terlihat begitu kacau. Mereka tak mengangkat senjata, tapi justru malah berlarian menyelamatkan diri mereka masing masing. Teriakan, api dan asap yang mengepul tinggi, serta tubuh yang berjatuhan karena terkena luka bakar, terlihat mendominasi camp tersebut saat ini.
“Elle!!” Xena ingin berlari kembali ke camp para pemberontak, tapi Snake langsung meraih pinggang Xena.
“Jangan ke sana, Na!”
“Tapi Elle …”
“Lihatlah itu,” Snake menunjuk segerombolan tentara yang mendatangi camp pemberontak dan mulai menangkap mereka satu persatu.
“Mirelle sepertinya sudah mempersiapkan segalanya. Ia bahkan telah menghubungi para tentara untuk mengambil alih setelah ledakan itu terjadi,” ucap Snake.
“Elle …,” hati Xena masih terasa sakit karena tak melihat keberadaan Mirelle di mana pun. Matanya masih memindai ke sekeliling berusaha mencari keberadaan Mirelle. Ia sangat berharap melihat sosok Mirelle di antara kepulan asap dan kobaran api, tapi semua itu tak seperti yang ia harapkan.
“Ayo kita kembali, rombongan tentara itu akan membawa Mirelle pulang jika mereka menemukannya. Kita harus segera membereskan senjata dan granat yang disembunyikan oleh Mirelle, sebelum diambil oleh siapa pun,” ucap Snake.
Xena menghela nafasnya pelan. Ia setuju dengan apa yang dikatakan oleh Snake. Sebelum mereka berpisah dengan Mirelle, gadis itu telah berpesan bahwa ia menyembunyikan senjata mereka di sana, tapi ia tak menyangka kalau itu adalah kata kata terakhir Mirelle.
Snake dan Xena berlari menuju pohon terbesar yang ada di sana dan mereka melihat Mirelle telah membungkus rapi senjata mereka, bahkan menutupinya dengan daun daun serta ranting ranting.
Mata Xena kembali menoleh ke camp para pemberontak. Suasana sudah mulai sepi karena para tentara dengan cepat membereskan sisa para pemberontak. Mereka juga menggunakan tandu untuk mengangkat para pemberontak yang terluka.
“Apakah pemimpin mereka sudah mati?” tanya Xena.
Snake menganggukkan kepalanya karena earphone masih terpasang di telinganya, sementara milik Xena sudah hilang karena jatuh dan terinjak.
“Apa yang dilakukan Mirelle tidak sia sia, baru saja aku mendapat informasi bahwa pemimpin pemberontak ditemukan tak bernyawa dengan tubuh hancur. Para pengikutnya pun telah menyerahkan diri. Sepertinya mereka juga tak ada apa apanya tanpa pemimpin mereka,” jelas Snake.
“Lalu apa ada kabar tentang Elle?” tanya Xena yang masih mengkhawatirkan Mirelle.
“Belum ada. Kita kembali ke camp dan menyimpan barang barang ini terlebih dahulu. Setelah itu kita akan kembali untuk memeriksa setiap sudut camp pemberontak itu,” jawab Snake.
“Baiklah, ayo kita harus bergerak cepat!” ujar Xena yang ingin secepatnya menemukan Mirelle. Ia tak ingin membuang buang waktu.
*****
Para pemberontak telah dikirimkan ke kota dengan penjagaan luar biasa. Namun, para pemberontak yang terluka masih berada di tenda paramedis untuk mendapatkan pengobatan. Tenda tersebut juga mendapatkan penjagaan ekstra dari para tentara. Ketika pengobatan telah selesai, mereka akan langsung dibawa oleh para tentara ke kota untuk mendapatkan hukuman.
Rafael yang terlihat sibuk, pikirannya pun teralihkan dari Mirelle. Namun ada perasaan bingung di hatinya karena yang ia obati saat ini adalah para pemberontak, bukan tentara seperti biasanya.
“Ada apa ini sebenarnya?” tanya Rafael pada akhirnya karena para pemberontak yang terluka terus saja berdatangan.
“Kamu tidak tahu, Raf?” tanya Alma yang juga sibuk mengobati tapi ia tetap mencari tahu, maklum jiwa ingin tahu nya selalu meronta ronta. Tadi ia telah berkeliling untuk sekedar bertanya pada tentara yang kembali sambil membawa korban ledakan yang tak lain adalah para pemberontak.
“Bagaimana aku tahu kalau aku sibuk,” jawab Rafael tanpa melihat ke arah Alma. Rafael membersihkan luka kemudian memberikan salep serta perban.
“Dengar dengar pemimpin pemberontakan itu telah mati. Camp mereka diledakkan, ledakan yang besar, Raf,” ucap Alma sambil mengangkat tangannya dan memperlihatkan sebesar apa ledakan itu.
“Ledakan?” Rafael mulai berpikir, pantas saja para pemberontak yang datang hampir semuanya mengalami luka bakar.
“Hmm … akhirnya pemberontakan ini selesai, Raf. Kita bisa kembali ke rumah sakit dan melanjutkan apa yang kita lakukan biasanya. Aku sudah sangat rindu untuk tidur di tempat tidur empukku dan … aku akan segera bicara dengan orang tuaku untuk menjodohkan kita berdua. Mereka pasti akan senang mendengarnya,” ucap Alma.
“Aku datang ke sini karena kamu mengajukan diri. Kalau tidak, tak mungkin aku mau. Awalnya aku kecewa karena kamu berbeda camp denganku, tapi siapa yang menyangka bahwa kamu datang ke sini menghampiriku,” batin Alma tersenyum senang.
Rafael tak membalas semua ucapan Alma, yang terlintas dalam pikirannya saat ini hanya lah Mirelle. Alma yang melihat sikap Rafael yang hanya diam pun tersenyum, itu berarti Rafael setuju dengan keputusannya.
“Siapa yang meledakkan camp mereka?” tanya Rafael lagi.
“Kalau aku tidak salah dengar, pasukan khusus,” jawab Alma.
“Pasukan khusus?”
“Iya, mereka hebat sekali, Raf! Mereka membuat semuanya mudah kali ini. Kita akan segera kembali,” ucap Alma.
“Mirelle!!”
🧡🧡🧡
