NovelToon NovelToon
Hidupku Seperti Dongeng

Hidupku Seperti Dongeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia / Teen School/College / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Kisah berawal dari gadis bernama Inara Nuha kelas 10 SMA yang memiliki kutukan tidak bisa berteman dengan siapapun karena dia memiliki jarum tajam di dalam hatinya yang akan menusuk siapapun yang mau berteman dengannya.

Kutukan itu ada kaitannya dengan masa lalu ayahnya. Sehingga, kisah ayahnya juga akan ada di kisah "hidupku seperti dongeng."

Kemudian, dia bertemu dengan seorang mahasiswa yang banyak menyimpan teka-tekinya di dalam kehidupannya. Mahasiswa itu juga memiliki masa lalu kelam yang kisahnya juga seperti dongeng. Kehadirannya banyak memberikan perubahan pada diri Inara Nuha.

Inara Nuha juga bertemu dengan empat gadis yang hidupnya juga seperti dongeng. Mereka akhirnya menjalin persahabatan.

Perjalanan hidup Inara Nuha tidak bisa indah sebab kutukan yang dia bawa. Meski begitu, dia punya tekad dan keteguhan hati supaya hidupnya bisa berakhir bahagia.

Inara Nuha akan berjumpa dengan banyak karakter di kisah ini untuk membantu menumbuhkan karakter bagi Nuha sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 Hidupku Seperti Dongeng

"Slepp!!"

Tak ada hitungan sedetik, sebuah stylus pen menancap cepat di layar ipad. Tangan pria itu masih bergetar memegang pensil yang dia tancapkan di tablet kerjanya itu.

Seketika layar ipad menghitam setelah beberapa kilatan listrik memberikan reaksi.

"Mimpi buruk lagi."

Kepalanya tertunduk, pandangannya memudar. Bibirnya bergetar seraya berkata, "Persetan dengan khayalan! Ramalan, kutukan, keajaiban, aku benar-benar mulai muak!!"

"Sreeett!!"

Tangannya berganti menyampar ipadnya hingga melesat menghantam dinding. Pecah dan berantakan.

Nafasnya mulai terengah-engah dan dia jatuh bertekuk lutut tak berdaya. Rambut gondrongnya menutupi wajahnya yang tidak terlihat seperti apa ekspresinya saat ini.

Beberapa kali, beberapa kali, dia mulai memukuli kepalanya.

"AAAAAAAAARRGGG!!"

Akhirnya dia melampiaskannya dengan berteriak sekencang-kencangnya.

"Bagaimana bisa kisah dongeng yang aku buat untuk putriku ada yang mencampurinya?"

Mahesa, ayah Nuha, mulai tidak tahan dengan apa yang dia sembunyikan selama ini. Pria berusia 46 tahun itu, memiliki fanatisme tentang cerita-cerita dongeng peri.

Dia bekerja sebagai ilustrator background sebab ia memiliki khayalan yang sangat tinggi tentang latar yang ada di dalam dongeng peri yang dia baca. Imajinasinya itu juga sampai bisa mempengaruhi pola pikirnya.

Tidak ada yang tahu, tidak ada yang mengira, bahkan keluarganya sendiri, selama belasan tahun Mahesa selalu mencampurkan kehidupan putrinya dengan khayalannya itu. Dan itu menjadi kenyataan.

"Kisah peri, keajaiban, ramalan, kutukan, bahkan cinta sejati, kenapa jadi tercampuradukkan seperti ini. Aku hanya mencoba membuat kisah indah untuknya, tapi ada seseorang yang berani menganggu. Jika terus dibiarkan, aku sendiri akan menjadi gila. Aku merasa menyesal. Aku seperti orang tua bodoh yang begitu terobsesi akan kisah indah dari sebuah dongeng."

Penyesalan mulai menghantui Mahesa ketika ia merasa Nuha semakin terpuruk. Kegilaannya terhadap dongeng telah membawa malapetaka bagi putrinya. Setiap kali ia melihat Nuha duduk sendirian, hatinya seperti teriris. Mahesa selalu mengalami mimpi buruk di mana Nuha menangis sendirian di tengah hutan gelap, dikelilingi oleh bayangan-bayangan menakutkan dari dongeng yang pernah ia ceritakan.

Kegilaan Mahesa semakin dalam ketika ia meyakini bahwa satu-satunya cara untuk menyelamatkan Nuha adalah dengan menukar nyawanya sendiri. Ia mulai berbicara sendiri, merapal mantra-mantra dari buku-buku dongeng yang sudah usang.

"Ha ha ha.. Bagaimana bisa aku sampai meyakini omongan nenek tua itu sebagai ramalan, dan tidak akan mungkin ada sihir di dunia ini yang bisa mengubah jenis kelamin bayi laki-laki menjadi perempuan. Bodohnya aku. Bodohnya aku.."

Mahesa terus terkekeh gila.

Dalam pikirannya yang kacau, ia melihat dirinya sebagai pahlawan yang harus berkorban demi kebahagiaan putrinya.

"Aku harus mati sekarang. Aku harus mati sekarang, supaya putriku bahagia."

Pria itu, mulai tidak bisa mencerna akal sehat dan keyakinannya. Pikirannya menjadi tercampuradukkan dengan khayalannya sendiri. Dia mencoba mengelak tapi kembali percaya.

Pada akhirnya, kegilaan Mahesa mencapai puncaknya. Ia merasakan penyesalan yang mendalam, menyadari bahwa semua ini mungkin hanya khayalan semata. Namun, keyakinannya sudah terlalu dalam, dan ia merasa tidak ada jalan kembali.

"Nuha, ayah menyesal. Maafkan ayah.."

Pria yang terlihat begitu menyayangi putrinya dan memberikan kasih sayang penuh ke dalam keluarganya, ternyata menyimpan begitu besar kebohongan.

Nuha tertidur di pangkuan Naru. Pria itu, hanya bisa menyelimutinya dengan jaketnya dan handuk yang diberikan oleh Ibu Fani.

Sudah setengah jam dia dan Ibu Fani berbincang. Hal itu juga membuat Fani akhirnya bangun dari terapi ikan yang dia lakukan.

"Mama, kenapa teman-temanku kesini? Dan ada apa dengan Asa dan Sifa?" tanyanya berjalan sambil menyeka tubuhnya dengan handuk.

"Bangunkanlah mereka." Perintah Ibunya.

"Baik, Mama."

Fani berjalan mendekati Asa dan Sifa yang masih pingsan di lantai dan mulai membangunkan mereka. Kedua gadis itu akhirnya bangun dan kaget melihat Fani yang tiba-tiba sudah berada di hadapan mereka.

"Fa- Fani? Kamu gakpapa?" tanya Sifa.

"Apa maksudmu, Sifa? Justru aku yang harus tanya, apa kalian gakpapa? Apa yang sedang terjadi?" tanya Fani tidak mengerti.

"Nuha mana?" tanya Asa mencari-cari.

Ketiga gadis itu mulai mengedarkan pandangannya. Asa dan Sifa yang melihat Nuha selamat dan bersama Naru membuat mereka sejenak mengucap syukur.

"Tunggu sebentar ya, aku ganti baju dulu," ucap Fani seraya berjalan masuk ke rumah.

Asa dan Sifa saling tatap. Bingung, seolah sudah tidak terjadi apa-apa terhadap apa yang baru saja mereka perkirakan.

Akhirnya, "Hachu!!" Nuha bangun setelah dirinya tiba-tiba bersin karena merasa kedinginan. Gadis itu mengangkat tubuhnya dan melihat ke sekeliling.

"Kamu udah gakpapa, Nuha?" Tanya Naru.

"Naru? Kenapa kamu ada di sini? Eh! Asa dan Sifa mana?!" Nuha celingak celinguk.

Dua sahabatnya yang dia maksud langsung memberikan lambaian tangan atas keberadaan mereka. Mereka saling melempar senyum.

"Aduh, dingin." Keluh Nuha.

"Sebaiknya, kita pulang aja ya? Aku akan mengantarkanmu pulang sekarang." Pinta Naru.

"Um," Nuha mengangguk.

Asa dan Sifa masih ingin tinggal karena ingin menanyakan sebuah kebenaran kepada Fani. Sementara itu, Nuha dan Naru berjalan pulang.

Di dalam mobil, Nuha kembali bersin-bersin. Naru khawatir melihat kekasihnya itu, "Kita periksa dulu ya ke dokter, aku khawatir kamu kenapa-napa."

"Hachu! Aku gakpapa kok, kita pulang aja."

"Beneran? Kamu bener-bener gakpapa?" Sahut Naru masih tidak percaya. Dia menaruh kedua telapak tangannya di pipi Nuha.

Nuha malah mengerucutkan bibirnya seperti ikan yang terlihat lucu.

"Haaahh.." akhirnya Naru bisa merasa lega melihat kejadian ini berakhir dengan baik. Sejenak dia menyandarkan kepalanya dan menaruh lengan tangannya di dahi dengan mata terpejam.

Nuha menarik turun resleting jaket yang membungkus dirinya karena ingin memastikan lagi bayangan hitam yang menyelimuti tubuhnya. "Fiiuuhh..." Dia bersyukur karena itu bukanlah kenyataan.

Lalu menempelkan telapak tangannya di kaca pintu sambil melihat ke arah jalan. "Sepertinya, bayangan-bayangan yang aku lihat itu gak jadi kenyataan. Tapi, aku belum bisa mengendalikannya. Aku masih takut kalo aku dikendalikan lagi sama alam bawah sadarku ini. Gimana ya aku harus mengatasinya?" batinnya, dengan pandangan berubah menjadi melamun.

Naru melihat itu dan memberikan senyuman kepedulian. Bayangannya terpantul di kaca pintu sehingga membuat Nuha jadi kembali sadar. Nuha menyambutnya dengan tersenyum manis.

"Besok, aku akan menjemputku. Jadi kita bisa berangkat sekolah bareng. Aku akan datang ke rumahmu lebih pagi. Mau ya?" Pinta Naru.

"Iya." Nuha mengangguk.

"Gak perlu ada yang harus dicemaskan, Nuha. Semua akan baik-baik saja." Kata Naru seraya mengelus rambut Nuha.

"Aku harap seperti itu."

"Tentang Ibu Fani, aku sudah mengenalnya dengan sangat lama kok. Besok, aku akan menceritakan siapa sebenarnya beliau."

"Be- beneran?! Kok bisa?" Nuha langsung antusias. Rasanya jadi tidak sabar untuk segera mengetahui. "Sekarang aja, Naru. Ha- hachu!!"

"Tuh, bersin. Kamu harus pulang trus mandi air anget, makan lalu tidur. Kamu harus istirahat dulu, Nuha. Kalopun ada PR, berikan padaku supaya aku yang akan mengerjakannya."

Mata Nuha langsung berkaca-kaca.

1
Tara
we can not 😂predict the future..buat we can always try 🤔🫢
Tara
pemalu kah or nanti disangka sombong lagi🤔
Miu Nurhuda: Gimana kak menurutmu sifat Nuha itu?
total 1 replies
Miu Nurhuda
hope so...
masih panjang kak perjalanannya ✍✍
Tara
smoga happy ending
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!