NovelToon NovelToon
Wanita Pelangkah

Wanita Pelangkah

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Murid Genius / Keluarga / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Kuswara

Apa yang akan terjadi pada Jamilah setelah tiga kali dilangkahi oleh ketiga adiknya?.

Apa Jamilah akan memiliki jodohnya sendiri setelah kata orang kalau dilangkahi akan susah untuk menikah atau mendapatkan jodoh?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26 Wanita Pelangkah

Bangun pagi sebelum terdengar suara adzan berkumandang sudah menjadi kebiasaan Jamilah. Bangun tidur dalam dekapan seorang pria yang sudah halal baginya sangat lah menyenangkan. Meski hanya baru sebatas itu saja. Tapi sungguh luar biasa perasan yang hadir setelahnya.

Emir mengintip dari balik selimut, semua gerakan yang dilakukan oleh Jamilah saat sholat. Ada dorongan dalam dirinya untuk mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh Jamilah.

Usai melaksanakan sholat subuh, Jamilah segera keluar dari kamar. Berjalan menuju dapur. Dimana sebagian pegawai sudah ada yang sudah memulai pekerjaannya.

Jamilah dengan dibantu salah satu Art segera menyiapkan bahan untuk membuat bubur. Selanjutnya ia sendiri yang berkutat di dapur untuk menyelesaikan sampai menjadi bubur yang diinginkannya.

Jadilah membawa satu mangkuk bubur, satu gelas teh manis hangat dan satu gelas air hangat. Untuk sarapan sang suami di dalam kamar.

Jamilah tertegun saat membuka pintu kamar. Dimana Emir sedang dalam posisi menengadahkan kedua tangannya berdoa, di atas hamparan sajadah miliknya.

"Alhamdulillah, Pak Emir sudah mau mencoba untuk melaksanakan kewajibannya." Batin Jamilah.

Emir menoleh kearah Jamilah yang menatapnya tanpa berkedip.

"Saya hanya sedang belajar saja." Emir merapikan kain sarung dan sajadah milik Jamilah.

Jamilah hanya mengangguk sambil berjalan kearah balkon untuk meletakkan semua bawaannya. Yang dikuti Emir dari belakang.

"Minum obatnya lagi, tadi saya cek suhunya lumayan cukup tinggi." Jamilah menarik kursi dan mempersilahkan Emir untuk duduk.

"Terima kasih." Emir begitu tersanjung dengan perhatian kecil Jamilah yang mampu menggetarkan hatinya lagi ini. Selain ketaatannya pada sang Khaliq.

Emir melihat setiap gerik lincah Jamilah tapi tetap anggun di mata Emir. Jamilah meletakkan obat penurun dengan disampingnya.

"Ayo silakan dimakan. Saya akan membangunkan Alexander." Jamilah hendak meninggalkan Emir di sana. Memang Emir sendiri jarang mau untuk di temani bila masih pagi seperti ini jika dirinya sedang berada di balkon.

Emir memegang tangan Jamilah dengan sangat erat. "Temani saya di sini. Kita sarapan bersama. Aku akan meminta Bibi Isti untuk membangunkan Alexander."

Jamilah mengangguk patuh, setelah Emir selesai berbicara dengan Bibi Isti melalui sambungan telepon.

"Saya hari ini sudah izin untuk tidak mengajar. Saya tidak bisa meninggalkan mu jika sedang sakit seperti ini." Ucap Jamilah memberitahu Emir.

Jujur saja, Emir begitu senang saat Jamilah lebih memilih untuk mengurus dirinya ketimbang mengajar. Emir pun mengangguk dengan senyum tipis yang menghiasi wajah tampannya pagi ini.

Tok Tok Tok

"Ibu......aku boleh masuk enggak?." Emir dan Jamilah saling pandang sebelum akhirnya Emir mengangguk, mempersilakan Jamilah untuk memberi izin masuk pada Alexander.

"Masuk Alexander!." Ucap Jamilah dengan suara cukup kencang tapi tetap terdengar lembut.

"Terima kasih Ibu." Alexander membuka pintu kamar dan segera menghampiri keduanya.

"Sudah sarapan Boy?." Emir melihat putranya itu sudah sangat rapi untuk berangkat ke sekolah.

"Belum Dad, aku ke sini mau menanyakan itu pada ibu. Sarapan ku belum ada dan kotak bekal ku juga belum ada isinya." Alexander melihat Jamilah yang sedang tersenyum padanya.

"Kau bisa minta Bibi Isti untuk menyiapkan semua keperluan mu, Boy!." Ucap Emir tidak ingin membiarkan istrinya untuk melakukan apa yang diminta oleh Alexander.

"Dad, tapi aku mau ibu yang melakukanya untuk ku. Boleh kan Bu?." Alexander sudah memasang wajah memelas. Sampai Jamilah sudah bangkit berdiri untuk segera mengabulkan apa yang diinginkan oleh Alexander. Tapi cukup dengan satu isyarat gelengan kepala dari Emir menjadikan Jamilah duduk lagi pada kursinya.

"Daddy, tolong biarkan ibu untuk membuatkan sarapan dan bekal makan siang untuk ku." Nada permohonan Alexander terdengar begitu tulus. Hingga Emir pun luluh dan membiarkan Jamilah untuk membantu Alexander. Namun setelahnya Jamilah diminta untuk segera menemaninya dirinya lagi.

Hanya kurang dari setengah jam semua yang dibutuhkan Alexander sudah dapat dipenuhi oleh Jamilah. Sarapan hanya satu gelas susu hangat rasa coklat dan satu piring nasi goreng. Dan untuk bekalnya sendiri Alexander lebih senang dengan roti isi selai coklat atau nanas.

Alexander pun segera berangkat sekolah, dengan diantarkan oleh supir Pak Utomo. Setelah Jamilah memberitahunya jika hari ini dirinya izin dan kotak bekal masuk ke dalam tas.

Jamilah segera naik lagi untuk menemui Emir yang masih di balkon.

Drt Drt Drt

Jamilah langsung melihat ponselnya setelah menutup pintu kamar. Ada beberapa pesan yang dikirimkan oleh Juleha mengenai informasi yang dimintanya.

Dimana Juleha menceritakan kalau Primaya Hospital, salah satu rumah sakit yang lebih diperuntukkan bagi pasien penderita kanker dan tumor. Dan untuk hotel yang dimaksud pun letaknya tidak jauh dari rumah sakit tersebut. Namun Juleha belum mendapat informasi siapa yang tinggal atau berada di dalam kamar hotel tersebut.

Jamilah segera mengirimkan balasan usai membaca semua isi pesannya. Jamilah tetap meminta Juleha untuk mencari informasi yang lengkap.

"Jamilah sedang berbicara sama siapa?."

"Adik saya yang tinggal di Jakarta. Saya ada perlu sedikit." Jawab Jamilah segera menghampiri Emir lalu duduk ditempatnya.

Jamilah melihat secara keseluruhan badan Emir. Tapi jika dilihat dengan seksama tidak ada yang aneh atau mencurigakan. Tapi kenapa masuk ke rumah sakit itu?, siapa yang dikunjunginya kalau bukan dirinya yang sakit?.

"Di daerah mana adik mu tinggal?."

"Pondok Indah."

Emir mengangguk-anggukkan kepalanya berulang kali sambil menatap wajah Jamilah.

"Kamu ingin mengunjunginya?."

"Ingin sekali. Tapi tidak sekarang.Paling nunggu libur sekolah."

.

.

.

Alexander dengan santainya duduk di ruang guru bersama Pak Ginanjar. Lalu Hendra, Wahid dan Musa datang bersama dengan Ibu Zahra.

"Maafkan kami Pak kepala sekolah. Ibu guru dan Alexander. Kami yang salah. Kami yang sudah memukul Alexander terlebih dulu di kamar mandi. Jadi Alexander membalas kami. Dan kami juga sudah mengurungnya di kamar mandi waktu itu." Hendra mengakuinya dengan jujur laku ketiganya menundukkan kepala.

Semenjak kejadian itu, Jamilah dan Pak Ginanjar meminta Pak Ridwan untuk memperhatikan setiap gerak gerik yang dilakukan oleh Hendra, Wahid dan Musa. Pada awalnya ketiga anak itu biasa saja tidak ada yang berbeda dengan gelagat mereka.

Sampai tadi pagi, ketiga anak itu datang lebih awal ke sekolah untuk mengerjai Alexander. Pak Ridwan sendiri sudah mendengar jelas apa yang mereka katakan dan rencanakan untuk Alexander. Dan ketiga anak itu sudah tidak bisa berkutik lagi saat ternyata Ibu Zahra ada bersama dengan Pak Ridwan juga. Alhasil mereka saat ini sedang mengakui semua perbuatan mereka pada Pak kepala sekolah.

"Berarti sudah sangat jelas apa hukuman yang akan kalian terima jika siapa pun dalam masalah terbukti bersalah?." Jelas Pak Ginanjar bertindak tegas.

"Kalian akan Bapak skors selama satu Minggu. Dan semua orang tua kalian harus datang ke sekolah." Lanjut Pak Ginanjar.

"Baik Pak kepala sekolah." Jawab ketiganya serempak.

.

.

.

Pak Utomo dan Bibi Isti sengaja mendengarkan dari bawah, Emir yang terus saja berbicara dan Jamilah sebagai pendengarnya. Padahal sudah beberapa kali Jamilah meminta Emir untuk tidur setelah minum obat penurun demamnya. Tapi Emir selalu menolaknya kalau dirinya tidak mengantuk.

"Alexander sudah perlahan menjadi anak yang manis." Ucap Bibi Isti. Keterpurukan yang dialami Alexander kini mulia perlahan pudar. Sedikit tergantikan senyum yang selalu terukir pada wajah tampan dan polosnya.

"Iya aku bisa melihat hal itu. Anak itu sudah ada perubahan kearah yang lebih baik." Pak Utomo menimpali.

"Tapi sepertinya bukan hanya saja Alexander yang berubah di sini, tapi juga Emir. Hanya saja gengsi Emir malah terlampau tinggi untuk mengakuinya." Lanjut Pak Utomo.

Bibi Isti mengangguk sambil tersenyum.

.

.

.

Semenjak Jamilah menikah, kuping dan hati Emak sudah tidak panas seperti dulu lagi. Sekarang semua tetangga sedang membicarakan keberuntungan yang didapatkan Jamilah. Emak tidak mempermasalahkan itu, anggap saja sebagai doa yang baik dan bagus untuk Jamilah. Pergi kemana pun dan bertemu dimana pun dengan mereka, selalu yang baik-baik yang mereka katakan tentang Jamilah. Dan semoga saja selamanya seperti itu. Doa yang selalu tersematkan untuk semua anak-anaknya.

"Mak, Jamilah belum ada main ke sini ya sejak menikah?. Padahal saya mau ketemu sama Jamilah. Saya mau silaturahmi saja Mak." Tanya tetangga dekat rumah.

"Iya belum, mungkin belum ada waktu." Jawab Emak santai.

"Iya sekarang Jamilah sudah hidup enak, sudah punya suami ya Mak." Kata tetangga.

"Iya Alhamdulillah." Balas Emak pula.

"Iya semoga saja anak saya juga nanti mendapatkan jodoh kaya suaminya Jamilah." Lanjut tetangga.

"Iya mudah-mudahan."Balas Emak.

Bapak hanya menggelengkan kepala.

"Kenapa Pak?." Tanya Emak saat melihatnya.

"Sekarang Emak betah lama-lama ngobrol sama mereka." Ucap Bapak.

"Ah enggak juga Pak, hanya kebetulan aja. Bapak kan tadi liat Emak lagi nyapu terus masukin sampahnya ke dalam pengki. Jadinya agak lama, bukannya mau mendengar omongan mereka." Emak bicara apa adanya. Sedikit sewot juga kalau dibilang betah ngobrol dengan mereka yang pernah menghina Jamilah dengan sangat-sangat.

"Iya Mak, Bapak lihat kok." Balas Bapak. Keduanya pun masuk ke dalam dapur.

.

.

.

Baru lah sekarang, Emir mau memejamkan matanya saat usai sholat Dzuhur bersamanya.

Ponsel Jamijah kembali berbunyi dan langsung saja Jamijah membawa ponselnya ke balkon, lalu Jamijah langsung menjawabnya saat tahu itu dari Juleha.

"Assalamu'alaikum De...."

"Wa'alaikumsalam Kak Jami..."

"Kak Jami, aku udah dapat semua infonya. Ini juga dibantu sama suami ku, Kak Jami. Tapi ini semuanya tidak ada hubungan apa pun kan dengan rumah tangga Kak Jami?."

"Insya Alloh tidak ada De. Ini Kak Jami hanya ingin tahu saja. Karena memang Kak Jami sedang mencari seseorang yang tidak bisa Kak Jami beritahukan pada mu."

"Kamar hotel itu milik seseorang wanita, sudah hampir lima atau enam tahun lalu wanita itu menjadi penghuni kamar itu Kak. Katanya sih wanita itu sering bolak-balik ke rumah sakit itu. Dan ada seorang pria yang sesekali datang untuk menginap dan mengantarkan wanita itu ke rumah sakit. Isyana Devanti Puspa, itu nama pemilik kamar hotel itu."

"Iya De, terima kasih untuk semua informasinya. Bilang sama suami mu juga ya terima kasih sudah mau bantu Kak Jami. Assalamu'alaikum...."

"Iya Kak Jami sama-sama, Wa'alaikumsalam..."

1
YuWie
kapokmu kapan emirrr..sainganmu alexander ure child 😀😃😄
YuWie
apakah Tiffani perempuannyg ngaku2 hamil ketika jamilah dilamar lelaki dr kota?..hmmmm
Eni Etiningsih
pasti ulah arkam yg menulis surat mengatas namakan isyana . jahat banget arkam
Yani Yan
Biasa
Yani Yan
Buruk
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
Alexander /Grin//Grin//Facepalm/
Mega Haerunita
tadi ny masih rate 1 Karana cerita nya gantung. tpi kasian.
klo emng GK mau lanjut dri awal GK udh bikin versi 2 ny tor.
Hasrie Bakrie
Assalamualaikum mampir ya
Capricorn 🦄
ok
Nurul Syahriani
Kalau pun mereka pisah, belum tentu juga jamilah mau sama kamu akram
Nendah Nurjanah
saya banget di langkahi 3 adik perempuan sampe usia 39 pun sekarang saya blm di kasih jodoh sama Allah tp hidup harus tetap berjalanan tidak lagi memperdulikan gunjingan orang sekitar dan selalu berusaha berperasangka baik dengan takdir Allah😇
Desilastri Alfaris Alfaris
aku nangis
Anonymous
ok
Nurul Syahriani
Bibi isti ini pembantu apa siapa? Panggil emir kakak..
Bzaa
emir jdi ayah egois gak Mao ngurusin Alex
Bzaa
semakin dikasari akan semakin ikut kasar...
lili
makasih kak author sungguh ceritanya bgs bgt😍😍😍
lili
takutnya Joy bangun Gatot deh 🙈🙈🙈
lili
kok ada ya dokter mulutnya culamitan,harusnya jaga rahasia pasiennya kok ember bener mulutnya.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!