Zira terjebak dalam tawaran Duda saat dimalam pertama bekerja sebagai suster. Yang mana Duda itu menawarkan untuk menjadi sugar baby dan sekaligus menjaga putrinya.
Zira yang memang sangat membutuhkan uang untuk biaya kuliah dan juga biaya pengobatan bibinya terpaksa menerima tawaran gila itu.
"Menjadi suster anakku maka konsekuensinya juga mengurus aku!" Ucap Aldan dengan penuh ketegasan.
Bagaimana cara Zira bertahan disela ancaman dan kewajiban untuk mendapatkan uang itu?
follow ig:authorhaasaanaa
ada visual disana.. ini Season Dua dari Pernikahan Dadakan Anak SMA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
0002
Suara seseorang yang menangis menghentikan langkah Zira, ia melihat dari kejauhan ada sosok pria yang duduk disofa dengan kedua tangan menutupi wajahnya. Zira sangat ingat dengan cerita dari Bi Ranum, jika Aila merupakan anak seorang Duda yang terus meraungi kepergian sang istri tercinta.
Zira sebenarnya ingin bodoamat saja akan Aldan, tapi ia penasaran kenapa Aldan terus sesenggukan seperti itu. Dan tanpa berpikir dua kali, Zira melangkah mendekati Aldan yang kini tengah termenung.
“Maaf mengganggu, Tuan,” ucap Zira yang mana mengejutkan Aldan.
Kala Aldan menoleh Zira terkejut melihat Aldan yang menatapnya tajam, kedua mata Aldan yang memerah dan aroma alkohol yang sangat menyengat.
“Astaga, dia mabuk!” gumam Zira didalam hati.
“Kau siapa?” tanya Aldan, suara pria itu sangat berat seakan menikam jantung Zira. Apa lagi tatapan mata tajam itu benar-benar membuat Zira menjadi mati kutu.
“Aku Zira, Tuan. Seorang suster untuk Aila, aku baru datang sore tadi,” ucap Zira dengan senyuman manisnya.
Aldan menatap Zira dari atas sampai bawah, sekalipun dalam pengaruh alkohol dan setengah sadar. Aldan tetap menyadari kecantikan yang dimiliki Zira, hidung mancung serta bibir ranum yang sangat merah alami.
Perlahan tanpa sepengetahuan Zira tangan Aldan menghidupkan lampu dengan remote. Hingga terlihatlah kecantikan Zira secara jelas, wanita itu memakai piyama lengan pendek dengan rambut yang dikucir kuda.
“Dia sangat cantik,” puji Aldan didalam hati tentunya.
“Aku pamit, Tuan..” Zira merasa tidak nyaman dipandang seperti itu. Bagaimana pun Zira tahu kalau Aldan adalah seorang duda yang sudah ditinggal oleh sang istri selama 7 tahun.
Tapi, disaat Zira ingin berbalik badan tangannya ditarik oleh Aldan hingga Zira terjatuh menuju pangkuannya. Aldan tersenyum sangat sinis saat Zira menatapnya dengan penuh keterkejutan.
“Lepaskan, Tuan!” teriak Zira, ia berusaha untuk bangkit tapi lagi dan lagi Aldan tetap memaksanya untuk duduk.
“Jangan banyak tingkah, tetap diam dan harus menerima segala konsekuensi menjadi suster anakku.” ucap Aldan di setengah rasa sadar yang ia miliki.
“Ma-mak-maksud Tuan apa?” tanya Zira dengan sedikit terbata-bata.
Aldan berusaha untuk tetap sadar, ia tersenyum menatap Zira yang ketakutan seperti ini. “Mengurus Aila sama dengan harus mengurus Aku, begitulah konsekuensi tersembunyinya.” jelas Aldan dengan sedikit penegasan.
Zira menggeleng tidak percaya dengan itu semua, ia tidak tahu kalau ada peraturan seperti itu. Ia memaksa turun dari pangkuan Aldan, tapi sangat sulit untuk ia lakukan. Aldan malah tetap memaksa wanita itu untuk duduk di pangkuannya, sungguh membuat Zira menjadi takut.
“Jangan sok suci, Zira! Aku tahu kau sama saja seperti wanita lain, yang awalnya menolak lama-lama juga kau menerima ini semua,” ucap Aldan yang mana sembari melepas kaitan dasi dilehernya.
Dengan sangat mudah Aldan membawa Zira untuk berbaring di karpet berbulu. Pria itu mengikat tangan Zira dengan dasi itu hingga tidak akan mampu untuk memberontak lagi.
“Lepaskan aku! Kau sungguh brengse*!” makian Zira tidak dihiraukan sama sekali oleh Aldan.
Setelah sudah mengikat Zira, Aldan menatap Zira yang sudah tidak berdaya itu. “Kau akan mendapatkan hal yang luar biasa setelah menyerahkan tubuhmu padaku, Zira..” ucap Aldan.
“Aku tidak butuh itu! Malam ini juga aku akan pergi dari sini, aku tidak sudi bekerja dengan pria sinting seperti mu!” umpat Zira sambil berusaha menendang Aldan dengan kedua kakinya.
Aldan terkekeh saja. “Kau butuh uang semester dan juga uang yang sangat banyak untuk biaya kemoterapi bibimu kan?” tanya Aldan langsung saja pada intinya.
Pertanyaan Aldan membuat Zira terdiam, ia tidak tahu mengapa Aldan bisa tahu semua itu. “Aku bisa memberikan uang yang sangat banyak untukmu, asal kau mau mengikuti semua kemauanku!” Tawaran Aldan membuat Zira masih terdiam.
Hanya sebentar, Zira tidak mau ikut gila seperti Aldan. “Aku tidak sudi melakukan hal seperti itu, mencari uang_”
“Dengan cara apa? Bekerja sampai keringat kuning juga kau tidak akan mendapatkan uang sebanyak 300juta, Zira,” Aldan menyela ucapan Zira yang membela diatas tawarannya itu.
Sungguh Zira tidak menyangka jika Aldan sudah mengetahui hal sebanyak itu. Memang alasan terbesar Zira untuk tetap bekerja adalah untuk pengobatan sang Bibi. Sudah lama Zira kasihan melihat Ranum yang menderita menahan sakit.
“Bagaimana?” Aldan masih memberlakukan tawaran fantastik itu.
Zira tidak langsung menjawab, tapi Aldan sekarang mendekatkan wajahnya kepada wajah cantik Zira. Pria itu meraup bibir ranum milik Zira dengan lumatan yang sedikit kasar, meskipun Zira tidak membalas itu semua.
“Ini pertama kali untukmu?” tanya Aldan yang kini menatap wajah Zira yang menatapnya penuh kebencian.
“Kau kira aku, emm..” Aldan kembali melumat bibir Zira dengan pagutan yang lebih menuntut dan memaksa.
Zira terus diam pasif tapi Aldan memiliki akal yang banyak, pria itu mengigit bibir Zira hingga bisa menikmati lebih puas lagi. Lama terus seperti itu hingga Zira sudah merasakan sesak. “Emmmm..”
Aldan sadar itu, ia melepaskan tautan bibir lalu tersenyum puas kearah Zira yang berada di bawahnya. Wanita cantik itu bernapas secara tersenggal karna Aldan melumat bibirnya sampai tidak terkendali tadi.
“Bagaimana? Apa kau menerima tawaranku, cantik?” tanya Aldan yang mana mendapatkan gelengan kepala dari Zira.
Tatapan Aldan yang awalnya hanya tajam saja kini menjadi lebih tajam lagi seakan menusuk sisi keberanian Zira.
“Aku tidak akan melakukan hal dosa itu seumur hidupku, Tuan. Lepaskan aku!” Zira berusaha melepaskan ikatan dasi yang sangat kuat itu.
Aldan kembali duduk, ia memikirkan semua yang Zira katakan. Sebenarnya Aldan hanya memikirkan gairahnya saja, yang setiap malam mengharapkan sentuhan wanita tapi Aldan sudah tidak ingin menikah.
Sang asisten pribadi, Liam memberikan saran yang cukup gila yaitu menjadikan Zira sebagai sugar Baby nya. Tentunya Aldan awalnya tidak menerima saran itu, tapi lama-lama ia malah menganggap jika semua hal yang disarankan Liam cukup masuk akal.
Zira memiliki latar kehidupan yang baik dan sangat cantik, dan juga sedang membutuhkan uang yang sangat banyak. Banyak sekali hal kebetulan yang ada didalam diri Zira, Aldan sangat membutuhkan wanita itu untuk hidupnya sendiri.
“Kalau kau mau menjadi yang seperti aku katakan tadi, maka Bibimu akan mendapatkan rawatan intensif dari Rumah Sakit. Dan tidak hanya itu, Bibimu akan mendapatkan perawatan yang mewah yang mana akan dibawa ke Singapura.” Tawaran Aldan membuat Zira sedikit terkejut dan bingung lebih tepatnya.
dah sakit aja baru
tp kenapa yaaaa...si aila bisa seegois ituu 😞🙈pdhl dh liat tuhh papa nya nangis bombay di tgl ultahnya aila