Hendry, pria dewasa berusia 32 tahun itu mulai merasakan kejenuhan dalam rumah tangganya bersama sang istri yang sudah berjalan 5 tahun.
Di karuniai seorang putri cantik di usia pernikahan ke 4, tak membuat rumah tangganya dengan Julia lebih berwarna. Yang ada, Hendry di buat frustasi karna sang istri hanya fokus mengembalikan bentuk tubuhnya pasca melahirkan putri mereka 1 tahun yang lalu.
Julia seolah lupa jika dirinya masih memiliki tanggung jawab sebagai istri.
Wanita berusia 28 tahun itu juga mengabaikan putri kecil mereka. Alih-alih mengurus anak, Julia justru lebih senang menghabiskan waktu di salon dan tempat gym.
Tingkah Julia benar-benar membuat Hendry sangat muak. Kalau bukan karna cinta dan anak, mana mungkin dia masih bertahan dengan istri hanya mementingkan diri sendiri.
Sampai pada suatu ketika, Hendry tergoda dengan gadis yang mengasuh anaknya sejak 5 bulan terakhir. Gadis yang tak lain adalah adik tiri Julia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Bukan tanpa alasan jika perasaan Hendry perlahan mulai terbagi. Dia menaruh hati pada wanita lain selain istrinya. Karna menemukan 80 persen kekurangan istrinya pada wanita lain. Jika Julia hanya punya 20 persen kelebihan, Bella memiliki 80 persennya.
Perbuatan Hendry memang salah. Pengkhianatan dalam sebuah pernikahan memang tidak bisa dibenarkan apapun alasannya. Tidak peduli meski istri hanya memiliki 1 persen kelebihan dengan sisa 99 persen kekurangan. Selama Hendry sendiri yang memilih Julia sebagai istrinya, harusnya Hendry bisa menerima semua kekurangan itu tanpa ada batasan waktu, tanpa ada kata lelah dan menyerah untuk menasehati istrinya agar menjadi lebih baik. Bukannya malah tergoda pada kelebihan dalam diri wanita lain.
Tapi batas kesabaran seseorang memang tidak bisa di tebak. Hendry mungkin sudah berusaha semaksimal mungkin untuk memahami sikap Julia selama 5 tahun ini, berharap suatu saat Julia akan berubah menjadi istri dan ibu yang baik.
"Mas,, aku takut." Bella berniat bangun dari pangkuan Hendry, tapi kedua tangan besar Hendry melingkar erat di pinggang Bella.
Bella mendadak khawatir, takut sewaktu-waktu Julia bangun dan mencari keberadaan Hendry yang tidak ada di kamar. Belum saatnya Julia mengetahui semua ini, Bella ingin membuat Hendry tergila-gila dulu padanya. Dengan begitu, Julia bisa mendapatkan rasa sakit yang setimpal.
"Pindah ke kamarmu saja.?" Tawar Hendry. Sedikitpun tidak ada kekhawatiran yang tergambar di wajah Hendry. Pasalnya Hendry sudah memastikan kalau Julia sedang tidur pulas. Bahkan mungkin baru akan bangun besok pagi.
Hendry sedikit mencampurkan obat di minuman Julia. Obat yang membuat Julia tiba-tiba mengantuk dan tidur.
Padahal saat itu Hendry di ajak bercinta oleh Julia, tapi Hendry malah memberikan obat tidur karna enggan menuruti ajakan Julia.
Sebelum Julia menyerang, Hendry lebih dulu memberikan minuman yang sudah di campur obat. Jadi saat Julia baru melucuti pakaiannya sendiri dan menggoda Hendry, Julia malah keburu ambruk di atas ranjang akibat pengaruh obat tidur.
Setelah Julia tertidur, Hendry malah meninggalkan Julia di dalam kamar dan menguncinya dari luar.
Alih-alih melepas rindu dengan sang istri setelah perpisahan beberapa hari, Hendry malah menghindarinya dan memilih menemui Bella.
"Mas Hendry jangan gila, kita akan dapat masalah besar kalau Kak Julia dan orang rumah melihat kita berduaan di kamar." Bella pura-pura menolak, padahal dalam hatinya tertawa puas karna Hendry lebih memilih menemuinya daripada menemani Julia tidur.
Hendry mendekatkan wajah di telinga Bella, dia membisikkan sesuatu yang membuat Bella tercengang. Entah dia harus senang, atau kaget karna ternyata Hendry bisa berbuat nekat seperti itu.
"Kamu duluan yang ke kamar, nanti aku menyusul. Jangan di kunci pintunya." Lirih Hendry sambil menurunkan Bella dari pangkuannya.
Bella sedikit kebingungan, dia masih tidak habis pikir dengan ulah nakal Hendry pada Julia.
Sampai akhirnya Bella mengangguk setuju dan buru-buru keluar dari kamar Ale. Selagi ada kesempatan yang terbuka lebar, Bella akan memanfaatkannya sebaik mungkin.
Semakin cepat dia menjerat Hendry dalam kuasanya, maka semakin cepat pula sakit hatinya terbalas.
...******...
Di dalam kamar yang selama ini di tempati Bella, dua sejoli yang sedang di mabuk gairah itu tampak sibuk bercumbu di atas ranjang. Bella sesekali tertawa kecil akibat ulah jahil Hendry. Keduanya terlihat sangat menikmati kebersamaan terlarang itu tanpa ada rasa bersalah sedikitpun pada Julia.
Malam itu keduanya melewati malam panas hingga pukul 1 pagi. Hendry sangat menggebu-gebu, dia mendominasi permainan dan membuat Bella terkapar tidak berdaya.
Beberapa pengaman memenuhi isi tempat sampah di kamar Bella. Hendry benar-benar merencanakan untuk bercinta dan tidur dengan Bella sampai mengantongi pengaman.
Hendry bangun pukul 5 pagi, pria itu harus segera kembali ke kamarnya dan melanjutkan tidur di samping Julia agar tidak curiga.
Hendry menundukkan kepala, dia tersenyum hangat melihat wajah plos Bella yang tertidur pulas sambil memeluknya.
Ada kedamaian dan kebahagiaan tersendiri yang bahkan tidak bisa Hendry jelaskan dengan kata-kata setiap kali melihat wajah Bella ketika bangun tidur. Hal yang sudah sangat lama tidak Hendry rasakan bersama Julia.
Kini Hendry mulai menyadari bahwa bukan Bella yang menyebabkan rasa cintanya pada Julia berkurang, tapi Julia sendiri penyebabnya.
"Sayang,,," Panggil Hendry, dia memencet hidung mancung Bella karna gemas. Meski Bella memiliki bentuk hidung yang hampir sama dengan Julia, tapi lebih menggemaskan hidung Bella di mata Hendry. Hidung itu yang belakangan ini menjadi sasaran empuk Hendry untuk di gigit ketika sedang bercumbu.
"Eumm,," Bella bergumam sembari menggeliat karna terusik dengan ulah jahil Hendry yang terus memencet hidungnya. Tapi Bella tidak sadar kalau Hendry baru saja memanggilnya sayang.
"Sudah jam 5, aku harus kembali ke kamar Julia." Hendry berbisik tepat di telinga Bella agar wanita itu bangun.
Benar sana, Bella langsung membuka matanya dan menatap Hendry dengan mata yang masih sayu dan tampak kelelahan.
"Tidak bisa di sini saja 1 jam lagi.? Aku masih ingin tidur sambil memeluk Mas Hendry." Ujar Bella setengah merengek. Dia sengaja membenamkan wajah di dada Hendry dan memeluk tubuhnya semakin erat agar Hendry tidak beranjak.
"Kalau Julia bangun lebih dulu, bisa-bisa dia curiga. Apalagi aku mengunci pintunya dari luar."
"Nanti aku pikirkan cara agar kita bisa berdua lebih lama." Hendry mengecup pucuk kepala Bella.
Mau tidak mau, Bella terpaksa melepaskan pelukannya. Setidaknya dia tau kalau Hendry juga ingin lebih lama menghabiskan waktu berdua dengannya.
"Baiklah,," Bella pura-pura memasang wajah sedih.
Hendry menangkup kedua pipi Bella dan menciumi bibirnya dengan gemas. Terakhir, pria beristri itu melu-mat lembut bibir Bella dengan penuh perasaan.
"Jangan membaginya pada pria lain, aku tidak akan rela." Ucap Hendry dan kembali mencium bibir Bella.
"Aku bahkan terkurung di rumah, mana sempat bertemu dengan pria lain ." Sahut Bella seraya mengerucutkan bibirnya, dia juga mendorong dada Hendry agar turun dari ranjang.
Hendry terkekeh sembari mengacak rambut Bella, lalu turun dari ranjang.
"Kamu puasin saja tidurnya, nanti biar Bik Sumi yang memandikan dan menyuapi Ale."
Bella mengangguk patuh, lagipula Bella tidak yakin bisa mengurus Ale pagi ini. Tenaganya sudah di kuras habis oleh Hendry.
padahal dia jahat, udah ngebunuh emaknya bella juga...
situ sehat julia 🙄