Delisa gadis yatim piatu yang tinggal di desa terpencil. Di usianya yang masih 18 tahun dia harus menjadi tulang punggung untuk membesarkan kedua adiknya yang masih kecil.
Hingga suatu saat Delisa dan kedua adiknya yang sedang mandi di sungai menemukan seorang pria tergeletak tak berdaya di tepi sungai.
Karna merasa kasihan Delisa membawa pria itu ke gubuk kecilnya lalu merawatnya sampai sembuh. Namun saat sadar pria itu malah tidak tau siapa dirinya yang sebenarnya.
"Siapakah pria itu?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28# Tiga Joker Yang Malang
Setelah selesai menghilangkan rasa takutnya Dewa kembali berdiri tegap sambil menunjukkan gaya coolnya. Dewa berusaha terlihat baik baik saja. Dia tidak mau kejadian menjadi bahan tertawaan oleh kedua rekan kerjanya yang sangat jahil.
"Apa kakak sudah tidak apa apa?" ucap Ayu mencoba mendekati Dewa.
"Aku tidak apa apa, Nona kecil" ucap Dewa tersenyum begitu manis.
"Coba Ayu periksa. Lihat Kakak keringatan" ucap Ayu langsung saja menghapus keringat Dewa yang membasi tubuhnya.
"Haha... ternyata jika melihat hantu kamu bisa di guyur keringat ya, Dew. Padahal ketika menjadi dewa kematian kamu tidak pernah meneteskan keringat sedikitpun" ucap Fadli terkekeh kecil.
"Ini beda, Fad. Apa kau tidak lihat jika si Dewa kematian sedang keringat dingin karna ketakutan" ucap Ervan menertawakan Dewa yang sedang keringat dingin karna ketakutan.
"Diam kalian. Apa kalian mau aku yang menjadi malaikat pencabut nyawa kalian malam ini?" ucap Dewa menatap tajam Ervan dan Fadli.
"Upss. Sorry" ucap Ervan dan Fadli menutup mulut mereka tapi terap saja berusaha menahan tawa mereka.
"Kakak sudah. Lebih baik kita main cabit boneka itu" ucap Ayu langsung saja menarik tangan Dewa.
Melihat itu Dewa hanya menurut dan mengayunkan langkahnya mengikuti Ayu. Melihat Dewa yang begitu dekat dengan Ayu, Fadli dan Ervan hanya menatapnya bingung padahal baru dua hari Dewa bekerja sebagai pengawal Ayu dan Nana.
"Kakak" ucap Ayu dan Nana ketika melihat Aldyanta dan Delissa sedang bermain capit boneka.
"Heii, Sayang. Apa kalian sudah selesai main di rumah hantunya?" ucap Aldyanta tersenyum menatap kedatangan kedua adik iparnya.
"Sudah, Kak. Apa Kakak tau Kak Dewa sangat takut melihat hantu" ucap Nana tersenyum mengingat ketakutan Dewa selama di rumah hantu tadi.
"Hahaha... pengawal kalian itu memang sangat takut dengan yang namanya hantu" ucap Aldyanta melirik Dewa yang sedang merengut kesal karna terus saja jadi bulan bulanan kedua rekan kerjanya bahkan Nana juga ikut menertawakannya.
"Tidak. Aku tidak takut. Itu tadi karna aku belum siap saja" ucap Dewa mencoba membela diri.
"Jadi sekarang kau sudah siap? kalau begitu ayo kita kesana lagi" ucap Ervan langsung saja semangat empat lima.
"Eh, perutku sakit. Aku mau ke toilet dulu" ucap Dewa langsung saja berlari sambil memegang perutnya.
Melihat itu Ervan dan Fadli hanya mampu membuka mulutnya lebar lebar menatap kepergian Dewa. Sedangkan, Aldyanta hanya tersenyum mengelengkan kepalanya melihat tingkah ajudannya itu.
"Ayo kita main lagi" ucap Aldyanta kembali fokus memainkan jepit boneka.
"Ayo, Kak. Ambil yang itu" ucap Ayu dan Nana dengan semangat memberi suport untuk Aldyanta.
"Tunggu ya, kalian sabar dulu" ucap Aldyanta terus saja pokus mengerakkan capit untuk menangkap boneka yang beraneka ragam di dalam kotak besar di depannya.
"Ayo sayang. Kamu nurut ya. Ikut keluar sayang" gumam Aldyanta ketika mencoba memainkan mesin kendalinya agar bisa mengambil salah satu boneka yang telah berhasil di capit.
"Sikit lagi, Kak. Ayo semangat" ucap Ayu dan Nana ketika melihat Aldyanta telah berhasil menarik salah satu boneka.
"Yes... akhirnya kakak bisa" ucap Aldyanta bersorak gembira ketika dia berhasil mengambil salah satu boneka.
"Bonekanya untuk Nana ya" ucap Nana langsung saja mengambil boneka yang telah berhasil Aldyanta dapatkan.
"Baiklah ambil saja untukmu" ucap Aldyanta tersenyum manis.
"Ayu juga mau, Kak" ucap Ayu langsung sana cemburu karna Nana yang mendapatkan boneka dari Aldyanta.
"Ok. Biar kakak ambil lagi ya. Satu lagi untuk Ayu dan juga satu untuk calon istriku" ucap Aldyanta langsung saja mengelus lembut puncak kepala Ayu dan Delissa.
Aldyanta langsung saja kembali mencoba memainkan capit boneka itu kembali. Walaupun benerapa kali gagal tapi akhirnya Aldyanta berhasil mendapatka dua boneka dan memberikannya kepada Ayu dan juga Delissa.
"Yeach...aku juga dapat boneka" ucap Ayu langsung saja bersorak gembira ketika Aldyanta memberikan boneka kepadanya.
"Kak aku lapar. Kita makan di sana yuk" ucap Delissa msnunjuk ke pedagang kaki lima yang berjualan di taman itu.
"Baiklah, ayo" ucap Aldyanta langsung saja merangkul pingang Delissa menuju warung itu.
Melihat Tuan mudanya telah pergi Ervan dan Fadli langsung saja mengikuti mereka sambil terus mengawasi Ayu dan Nana yang terus saja berjalan kesana kemari.
"Tuan mau apa kemari?" ucap Ervan ketika melihat Aldyanta masuk kedalam warung kaki lima.
"Mau makan" ucap Aldyanta datar.
"Apa Tuan yakin akan makan di sini. Lebih baik kita makan di restoran sana saja" ucap Ervan menunjuk ke arah restoran mewah tak jauh dari taman itu.
"Tidak, aku mau makan di sini saja. Jika kalian mau makan di sana silahkan" ucap Aldyanta datar lalu mengambil kursi untuknya dan juga Delissa, Ayu dan Nana.
Mereka langsung saja memesan makanan mereka. Mau tak mau akhirnya Ervan dan Fadli ikut bergabung bersama mereka dan memesan makanannya juga.
"Ternyata kalian di sini. Aku cariin kesana kemari taunya di sini" ucap Dewa langsung saja bergabung bersama mereka.
"Sudah jangan banyak cerita. Pesan makananmu sekarang" ucap Ervan datar.
"What? kita makan di sini?" ucap Dewa terkejut karna selama dia tinggal di keluarga Kusuma dia tidak pernah melihat Aldyanta mau makan di tempat warung kaki lima seperti ini.
Biasanya Aldyanta akan memilih makanan termewah dan juga restorant terbaik. Bukan hanya soal makanan tapi juga soal semua hal yang berhubungan dengannya. Aldyanta selalu ingin yang terbaik dan berkualitas mahal untuknya, tak perduli berapa uang yang harus dia keluarkan untuk mendapatkan yang dia inginkan.
Aldyanta memang tumbuh dari keluarga berada sehingga dia terbiasa dengan kemewahan sejak kecil. Tapi, setelah bertemu dengan Delissa dia mulai belajar untuk hidup sederhana walaupun memiliki segalanya.
Tak menunggu lama akhirnya pesanan mereka telah tiba dan tertata rapi di depan mereka. Dewa, Ervan dan Fadli merasa ragu untuk mencoba makanan yang ada di depannya. Tapi karna perut mereka yang keroncongan akhirnya mereka memilih untuk menurunkan ego mereka dan mencoba melahap makanan di depan mereka.
"Wah ternyata rasanya enak. Bahkan kalah dengan masakan koki restoran bintang lima" ucap Dewa kagum ketika merasakan makanan kaki lima yang begitu pas di lidahnya.
Namun, di saat mereka bertiga sedang makan dengan lahapnya tiba tiba selera makan mereka hilang ketika melihat kemesraan Aldyanta yang sedang terang terangan bermesraan di depan mereka.
Tiga jomblo keren yang malang itu hanya mampu meratapi nasib mereka yang tidak bisa bermesraan seperti Tuan mereka saat ini. Mereka bertiga langsung saja mengaduk aduk makanan mereka sambil terus melirik ke arah Aldyanta yang sedang suap suapan dengan Delissa.
Mereka hanya mampu menangis dalam hati mereka masing masing tanpa berani mengucapkan sepatah katapun.
Bersambung.....