Gadis Polos Kesayangan Tuan Al
Delisa adalah seoarang gadis yatim piatu yang sangat cantik dan juga ramah. Di usianya yang masih delapan belas tahun dia telah menjadi primadona di desanya.Walaupun hidupnya sangat susah tapi banyak pria yang memperebutkan hatinya.
Namun, Delisa tidak pernah memikirkan tentang kehidupannya yang telah remaja. Dia hanya pokus bekerja di perkebunan peninggalan ayah dan ibunya untuk membiayai kehidupan kedua adiknya yang masih kecil.
Ayu adik Delisa yang berumur delapan tahun yang kini duduk di bangku kelas dua SD dan Nana adik Delisa yang kini berumur lima tahun yang telah duduk di bangku TK. Biaya sekolah dan juga biaya sehari hari yang begitu mahal membuat Delisa tidak pernah kenal lelah untuk bekerja.
Bahkan setelah kedua orang tuanya meninggal Delisa memutuskan untuk berhenti sekolah dan memilih bekerja di perkebunan peninggalan kedua orang tuannya.
Setiap pulang dari kebun Delisa dan kedua adiknya mandi di sungai samping di kebunnya. "Na, Ayu ayo kita mandi. Lihat hari sudah sore" ucap Delisa duduk di gubuk terbuka tempatnya menghilangkan lelah setelah bekerja.
"Kak, nanti masak sayur ini ya" ucap Nana memetik sayur bayam yang sengaja Delisa tanam untuk sayur mereka sehari hari.
"Ia, kalian petik saja. Tapi, jangan terlalu banyak karna akan layu jika tidak langsung di masak" ucap Delisa tersenyum sambil meminum air mineral untuk menghilangkan dahaganya karna sudah menghabiskan tenaga untuk bekerja.
"Siap, Bos" ucap Ayu tertawa. Melihat sikap kedua adiknya Delisa langsung saj tersenyum sambil mengelengkan kepalanya.
Delisa langsung saja membereskan barang barangnya lalu mengambil piring kotor bekas makan siangnya dan kedua adiknya untuk di cuci di sungai. Beserta pakaian ganti untuk mereka setelah selesai mandi.
"Sudah, ayo kita mandi. Kalian pasti akan mandi sangat lama, nanti kita kemalaman pulangnya" ucap Delisa mengingat kedua adiknya sangat suka main air saat mandi.
"Siap Kak. Nana taruh sayurnya di gubuk ya" ucap Nana langsung saja meletakkan sayuran yang baru dia petik ke barang barang mereka yang telah di simpan rapi oleh Delisa.
Mereka bertiga langsung saja berjalan ke sungai tepat di pinggir perkebunan mereka. "Nana, Ayu jangan ke tengah, sayang." ucap Delisa ketika melihat kedua adiknya itu langsung bermain air.
"Ia kak. Kami hanya di pinggir" ucap Nana dan Ayu. Sungai itu memang tidak terlalu besar namun Delisa khawatir jika kedua adiknya tergelincir di batu batuan yang ada di sungai itu.
Delisa langsung saja mencuci pakaian dan juga piring kotornya sambil terus memantau kedua adiknya. Hingga akhirnya mereka selesai Delisa langsung saja menyimpan piring dan juga pakaian yang baru dia cuci.
"Kak itu apa?" ucap Ayu ke Nana karna melihat sesuatu di pinggir sungai tak jauh dari tempat mereka mandi.
"Gak tau, Dik. Ayo kita lihat" ucap Nana langsung saja menuntun adiknya mendekati benda yang di lihat Ayu.
"Kak, Kakak" teriak Nana dan Ayu histeris.
Mendengar suara adiknya Delisa langsung saja berlari mendekati mereka. " Ada apa?" ucap Delisa panik.
"Kak, itu Kak"
Delisa langsung saja menatap ke arah yang tunjukkan oleh kedua adiknya. Dia langsung saja membulatkan matanya terkejut melihat seorang pria berbadan tegap sedang telungkup tak berdaya di tepi sungai.
Delisa mencoba untuk mendekatinya lalu memeriksa keadaan pria misterius itu. Delisa langsung saja merasa lega karna melihat denyut nadi pria itu masih ada.
Delisa menatap wajah pria itu. Sangat tampan walaupun dalam keadaan pingsan dan wajahnya yang pucat karna terlalu lama di air. Delisa juga melihat ada luka di tubuh pria itu walapun tidak parah tapi masih mengeluarkab darah segar.
Tak banyak pikir Delisa langsung saja meminta bantuan kepada orang orang yang melintas. " Pak. Tolong" teriak Delisa ketika melihat beberapa orang hendak pulang dari kebun mereka masing masing.
"Ada apa, Neng?" mereka langsung saja menghampiri Delisa dan juga kedua adiknya.
"Ini, Pak. Kami menemukan pria ini. Tolong bawa dia ke rumahku, Pak" ucap Delisa khawatir.
"Baik, Neng" ucap para pria langsung saja memapah tubuh pria yang di temukan Delisa.
******
"Kamu yakin mau merawat pria itu?" ucap bu Marni tetangga Delissa.
"Ia, Bu. Saya akan merawatnya sampai sembuh" ucap Delisa menatap pria yang tergeletak tak berdaya di atas kasur mereka.
"Kamu sangat baik, Nak. Sama seperti mendiang ayah dan ibumu" Bu Santi tersenyum melihat ketulusan hati Delisa. Walaupun hidup kekurangan tapi Delisa terkenal dengan kebaikannya yang suka menolong dan juga suka berbagi kepada orang orang sekitarnya.
"Itu sudah kewajiban kita sebagai umat manusia, Bu"
"Ya sudah. Ini ada obat obatan tradisional coba kamu gunakan untuk mengobatinya" Bu Mirna langsung saja memberikan obat obatan tradisional yang biasa dia pakai saat sakit. Bu Mirna juga tabib di desa mereka namun walaupun sudah ada tabib tapi, mereka juga mengunakan jasa bidan desa untuk membantunya.
"Terimakasi, Bu"
"Nanti Ibu akan memangil bidan desa untuk memeriksa keadaannya"
"Ia, Bu. Semoga dia cepat sembuh ya, Bu. Pasti keluarganya sedang menghawatirkannya"
"Amiin. Ya sudah kalian istirahatlah. Ibu pulang dulu ya"
"Ia, Bu" Setelah melihat bu Mirna telah pergi. Dalisa langsung saja menutup pintunya. Di gubuk kecil yang hanya ada dua kamar dan juga ruang tamu yang sempit Delisa merawat pria yang tidak dia kenal dengan sangat baik.
Delisa mencoba mengusapkan obat obatan tradisional ke pria itu dengan harapan pria itu lekas sembuh dan bisa segera sadarkan diri.
"Kalian tidurlah. Besok kalian harus sekolah" ucap Delisa menatap kedua adiknya yang sedari tadi memperhatikannya.
"Ia, Kak" Nana dan Ayu langsung saja pergi ke kamar lalu menghistirahatkan tubuh mereka.
Setelah kedua adiknya pergi, Delisa langsung saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar pria itu yang dulunya adalah kamar mendiang orang tuanya, lalu pergi ke kamarnya dan kedua adiknya. Di kamar yang sempit itu Delisa dan kedua adiknya tidur dengan lelapnya karna seharian lelah bekerja di kebun.
*****
"Dia sudah lebih membaik. Tapi, untuk sadar Bibi tidak tau sampai kapan" ucap bidan Nita sahabat mendiang ibu Delisa.
"Tapi, dia bisa sadarkan, Bi?"
"Kita berdoa saja. Semoga dia lekas sadarkan diri. Obat obatan yang di berikan Bu Mirna terus saja kau oleskan di tubuhnya. Bibi akan memberikan bantuan imfus kepadanya agar nutrisinya bisa terpenuhi"
Mendengar ucapan Bidan Nita, Delisa langsung saja menatap pri itu dengan penuh kesedihan.
"Kamu dapat uang darimana untuk merawat pria ini, Del?"
"Aku pinjam dari pak Somat yang selalu membeli hasil kebun, Bi" ucap Delisa jujur. Karna walaupun hanya mengunakan obat tradisional. Tapi, Delisa juga membelinya dari Bu Mirna walaupun tidak semahal obat rumah sakit.
Delisa juga tau jika bu Mirna juga membeli sebagian bahan bahan yang dia olah menjadi obat obatan tradisional. Karna itulah dia meminjam dari pak Somat untuk membeli obat tradisional dari Bu Mirna.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Anonymous
ok
2024-06-20
0
Reza Indra
kaya'nya akn ada air mata nichh... 😥😥
2023-03-13
1
Sri Ningsih
Baru bca bab 1 udh seruu kak, udah ku fav nih 😍
2022-10-20
1