NovelToon NovelToon
KETIKA SECUIL CINTA TUMBUH

KETIKA SECUIL CINTA TUMBUH

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Wanita Karir
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: julius caezar

Riana, seorang CEO wanita yang memegang kendali beberapa perusahaan, bertemu dengan Reyhan, anak muda yang masih sangat....sangat idealis, dengan seribu satu macam idealisme di kepalanya, pada sebuah pesta ulang tahun anak Pak Menteri. Keduanya harus berhadapan dengan wajah garang ibu kota dan menaklukkan ganasnya belantara Jakarta dengan caranya masing masing. Bisnis, intrik dan perasaan bergulung menjadi satu. Mampukah keduanya? Dan bagaimanakah kelanjutan kisah diantara mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julius caezar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 : ANGKASA BERSUARA

Sambil mengendarai mobilnya, Riana membayangkan Santi, keponakannya yang baru berusia delapan tahun, anak satu satunya dari kakaknya. Dibandingkan dengan keponakannya yang lain, Santi ini yang paling bisa bermanja manja kepadanya. Suka diam diam minta dibelikan coklat, sepatu, buku, kaos kaki lucu, alat tulis berbagai bentuk atau CD lagu, yang tak diizinkan oleh papa dan mamanya. Dengan alasan yang berlaku dari waktu ke waktu: untuk apa, apa ada gunanya, warnanya norak karena terlalu mencolok, toh sudah punya, dan lain sebagainya. Dan Riana tak pernah keberatan mengeluarkan duit buat memanjakan keponakannya ini. Kadang membuat kakaknya, yang seharusnya lebih berhak atas Santi, merasa habis akal.

    Dan seperti dugaannya, ketika ia baru saja sampai, Santi sudah berlari lari keluar rumah mau menghampirinya.

    Riana memarkir mobil di depan pintu rumahnya. Sebuah rumah besar bergaya eropa dan berlantai dua, dengan halaman berumput yang cukup luas dan tertata rapi. Di sana sini tampak gerumbul bunga yang diatur dan dipangkas secara rutin. Nanti akan ada petugas satpam yang akan memasukkan mobilnya ke garasi. Tentu setelah mencuci mobil mewah tersebut dan atau membelikannyanya pertamax jika tankinya sudah hampir kosong atau tinggal sedikit.

    "San...ti...."

    Biasanya Santi akan langsung berdiri persis di samping pintu mobilnya. Tapi kali Riana tidak melihat Santi waktu dia membuka pintu mobil. Lho.... kemana anak ini?

    Riana baru sadar, ternyata Santi berada di sebelah kiri mobilnya, agak ke belakang. Perhatiannya tertuju ke arah lain. Bukan ke arahnya, tapi ke arah.....astaga naga, stiker yang menempel di bagian belakang mobil. Mobil mewah, apalagi baru beberapa bulan lalu dibelinya, tentu bakal tampak jelek bila ditempeli segala macam stiker norak.

    Sialan, pikir Riana sambil ingin melepas stiker tersebut perlahan lahan. Takut meninggalkan bekas pada mobilnya.

    Santi menjerit! Riana kaget mendengar jeritan gadis remaja itu.

    "Ada apa, San?"

    "Jangan dirobek, Bun.... buat Santi saja ya?"

    Santi memang terbiasa memanggil Riana dengan sebutan Bunda, disingkat jadi Bun. Bukan memanggil Tante, walaupun Riana memang adik mamanya. Mungkin karena kedua orang tuanya super sibuk sehingga dia lebih bisa bermanja manja kepada tantenya. Minta ini dan itu juga kepada tantenya. Soal duit, tidak usah dihitung karena keduanya, Riana dan kakaknya adalah CEO beberapa perusahaan milik ayah mereka.

    "Kamu suka ini, San? Stiker norak begini? Membuat mobil Bunda jadi kelihatan norak juga!"

    "Ini kan stiker kedua! Bagus sekali! Mobil Bunda kan memang mobil bergengsi?"

    Riana tidak mengerti megerti juga. Maunya malah marah marah. Kalau sudah begini, apa yang harus dilakukannya? Mau dilepas, Santi keberatan. Tidak dilepas, dia malu. Coba kalau Reyhan sialan itu tidak kurang ajar memasang stiker di belakang mobilnya, pasti tidak begini kejadiannya. Ah, besok aja aku bawa ke toko asesoris mobil, biar dilepas oleh mereka. Moga moga Santi tidak ingat dengan stiker sialan itu.

    "Sayang kalau dilepas, Bun. Kalau Bunda malu dengan stiker itu, sekalian mobilnya buat Santi aja ya, Bun?" Anak itu tertawa menunjukkan deretan giginya yang putih karena rajin menggosok gigi dengan pasta gigi merk lokal tapi terkenal.

    Riana menggandeng keponakannya ke dalam. Melewati ruang utama yang penuh dengan barang barang antik, lampu lampu kristal, serta seperangkat gamelan Jawa dan Bali di sudut sudutnya. Mereka menaiki tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Kamar itu menghadap ke taman belakang yang disebelah kirinya terdapat kolam renang keluarga.

    Santi mengikuti Riana dan mengulangi pertanyaannya. Atau lebih tepatnya, permintaan.

    Bagi Riana permintaan remaja itu agak aneh juga. Dunia Santi masih kecil, walaupun tubuhnya berkembang sedikit lebih cepat. Minta mobil dan stiker tentu tidak menjadi soal benar baginya. Jelas papa dan mama Santi sudah mempunya mobil yang jauh lebih bagus. Masa stikernya lebih menarik daripada mobilnya?

    "Kamu tahu stiker di belakang mobilku itu, San?" tanya Riana setibanya mereka di kamar. Ia melepas sepatu high heel nya, setelah menaruh tas, dan dilanjutkan dengan membuka anting. Dia berharap memperoleh penjelasan yang paling masuk akal dari keponakannya. Dunianya tentu berbeda dengan dunia Santi.

    "Bunda tahu tidak? Stiker itu yang kedua," kata Santi bersemangat.

    Kedua? Maksudnya apa? Itu kan stiker biasa, kedua apanya?

    "Kedua apa? Bunda benar benar nggak ngerti."

    "Bunda dapat dari mana? Beli berapa?"

    Ha? Dapat? Beli? Diberi aja aku tidak mau. Inipun karena ulah usil si Reyhan itu, batin Riana

    "Pasti Bunda pesan sudah lama, makanya bisa dapat yang kedua. Iya, Bun?" Santi melanjutkan keheranannya. Pesan? Masa stiker aja harus dipesan lama?

    "Santi sayang, jangan buat Bunda bertanya tanya. Tolong jelaskan apa maksud Santi sebenarnya? Kedua? Pesan? Tolong jelaskan pada Bunda."

    Santi nampak sangat bersemangat. Ia sudah merasa sebagai guru yang memberi penjelasan kepada muridnya. Kalau di sekolah ia harus diam dan menyimak ketika bapak atau ibu guru menjelaskan pelajaran kepada para muridnya. Sekarang ia merasa lebih tahu tentang stiker yang lagi populer di kalangan remaja. Bundanya mana tahu, pikirnya.

    "Itu kan dari pabrik kata kata Angkasa Bersuara, Bun? Pasti baru keluar kemarin atau kemarin lusa atau bahkan hari ini."

    "Maksudmu di produksi kemarin lusa atau kemarin atau hari ini?"

    "Bukan Bun! Maksud Santi stiker itu baru diedarkan! Buatnya kapan, kan Santi mana tahu?"

    "Kok kamu bisa tahu?"

    "Tiga hari yang lalu Santi ke sana, stiker itu belum ada! Apalagi dapat urutan ke dua?"

    Kedua? Riana makin bingung!

    "Kedua?"

    "Ya, kan ada tandanya kedua. Ada tanda tangan Reyhan juga, Bun!"

    Ya ampun, Reyhan lagi! Tanda tangan? Apa pula maksudnya?

    Pabrik kata kata? Angkasa Bersuara?

    Riana makin pusing!

    "Masa stiker begitu saja, ada tanda tangan Reyhan?"

    "Bunda nggak percaya? Ayo kita lihat di mobil Bunda." Santi menarik tangan Riana mengajaknya keluar kamar untuk melihat stiker di kaca belakang mobilnya. Riana menggeleng.

    "Nanti saja, San! Sekalian kita turun."

    Santi selalu menyenangkan kalau berbicara. Bola matanya bergerak gerak, tangannya berseliweran, seperti tidak kenal titik dan koma. Semangat sekali ia bercerita tentang stiker stiker yang menjadi idola remaja saat ini Juga kaos bertulisan aneh aneh. Juga tentang Reyhan dan Angkasa Bersuaranya.  Dunia lain boleh runtuh, tetapi tidak dapat mengganggu cerita Santi. Riana dibuat bengong dengan cerita keponakannya itu. Tapi dia mendengarkan dengan seksama!

----------------------

Jangan lupa dukungannya ya guys........

1
Nay'anna
lanjutannya mana kak
aca
lanjut kan
aca
Q kasih giv bunga
julius: terima kasih kak
total 1 replies
aca
masih penasaran rehan siapa
julius: lanjut baca terus ya kak 🙏🙏🙏
total 1 replies
aca
lanjuttt baca
Griselda Nirbita
siapakah Rayhan??? jadi penasaran
julius: Sabar kak. Pelan pelan makin jelas kok 🙏
total 1 replies
Griselda Nirbita
aku mampir kak... semangat
julius: Terima kasih dukungannya kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!