" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
" Jordan, ayo kita kembali seperti dulu ya? Saat ini Ibuku sudah lumayan pulih, aku janji sebentar lagi kita bisa hidup bersama selamanya, jadi jangan goyah dan berubah. Kau juga jangan tidur dengan Ana lagi, aku janji akan memenuhi kebutuhan mu sebagai laki-laki, jadi mari kita seperti dulu lagi, Oke? "
Jordan menatap Soraya dengan tatapan datar. Sungguh dia tidak mengerti apa yang membuat Soraya berpikir seperti itu. Iya, dia memang mencintai Soraya, keinginan untuk hidup bersama juga masih dirasa kuat. Tapi, mengapa Soraya kali ini terlihat begitu egois?
" Kau melarang ku tidur dengan Ana, apa aku boleh melarang mu untuk tidur dengan Kendra? "
" Tidak mungkin! Kau tahu Kendra itu suamiku sekarang, Jordan.
" Lalu apa bedanya? Bukankah Ana juga istriku? "
Soraya terdiam tak bisa lagi menjawab, matanya nampak tak fokus dengan melihat ke kanan dan ke kiri. Benar, Ana memang adalah istrinya, tapi hatinya tetap saja sakit ketika mengingat Jordan dan Ana pagi itu, ditambah lagi melihat Jordan dan Ana terus bergandengan tangan seperti pasangan yang saling mencintai.
" Baiklah, Jordan. Kau boleh tidur dengan Ana, tapi kau tidak boleh mencintainya. "
Jordan mengeraskan rahangnya, dia menahan begitu banyak perasaan yang tak bisa ia tunjukan di hadapan Soraya. Selama ini, Jordan begitu mengutamakan keinginan Soraya, apa yang Soraya katakan dia hanya akan mengangguk dengan begitu patuh, memenuhi keinginannya, sama sekali tidak pernah melarang apapun yang di inginkan Soraya. Dia begitu berusaha menjadi pria yang bisa mendekati kata sempurna untuk Soraya, dan agar Soraya lebih memilih dia dibanding Kendra. Tapi, setelah semua yang terjadi bagiamana dia akan menghadapi semua hal kalau dia dan Soraya terang-terangan hidup bersama? Ibu, Ayahnya, adik perempuannya, keluarga besarnya, pandangan masyarakat, semua itu benar-benar menjadi kekhawatiran sendiri untuknya.
" Raya, bisakah kau jangan- "
" Sayang? "
Jordan dan Soraya kompak menoleh ke arah sumber suara. Dia adalah Ana, iya! Dia tentu saja menyadari adanya kesempatan untuk mereka bertemu. Jika bukan Irdan yang mencari kesempatan itu, maka pasti Soraya, dan begitulah memang sebelumnya.
Ana, dia tersenyum seraya berjalan menghampiri Jordan, sedikit menyenggol setengah tubuh Soraya dan berdiri tepat di samping Jordan yang artinya juga berada di posisi menghadap Soraya. Dia kembali tersenyum, tapi kali ini senyum itu benar-benar dirasa sangat menekan oleh Soraya.
" Ayahku mencari mu, temui dan bantu dia dulu ya? " Ucap Ana kepada Jordan. Ga mungkin mengatakan tidak, Jordan tanpa bicara segera pergi dari sana dan sebentar menatap Soraya seperti sedang menyampaikan sesuatu lewat tatapannya. Entah apa maksudnya, sepertinya Soraya juga tidak mengerti karena alisnya sedikit mengeryit seperti orang yang tengah merasa bingung.
Ana kini menatap Soraya yang jga tengah menatapnya tanpa ekspresi. Ana tersenyum, bukan karena tanah, tapi senyum itu terkesan merendahkan Soraya, jadi Soraya bereaksi dengan sedikit menatapnya tak suka.
" Tidakkah Ibu merasa sangat berlebihan? Ayahku ada di tempat ini, bagaimana jika melihat Ibu memeluk Jordan seperti tadi? "
Soraya menelan salivanya dengan mimik yang terlihat tak perduli. Sebenarnya bisa dibilang dia sudah masuk ke tahap bosan, ditambah lagi Ibunya sudah dalam keadaan baik, jadi dia merasa jika tidak perlu berpura-pura lagi dan membohongi Ana serta dunia bahwa dia mencintai Jordan dan ingin hidup bersama dengannya.
" Berlebihan? Tidak ada kata berlebihan jika alasannya adalah cinta. Kata-kata ku barusan itu, Jordan lah yang mengatakannya padaku, bukan sekali dua kali, tapi hampir setiap hari. " Soraya tersenyum, dia menatap Ana dengan tatapan seolah dia begitu bangga karena merasa dicintai oleh Jordan. Tapi Ana, dia justru tersenyum karena merasa kasihan dengan wanita yang pernah dia anggap seperti Ibu kandungnya sendiri. Padahal Soraya sangat cantik, semua teman kelasnya dulu juga mengatakan bahwa Ana begitu beruntung memilki Ibu yang cantik dan baik, tidak perduli seberapa banyak temannya yang membandingkan dengan wajahnya yang terbilang biasa saja. Tapi sekarang Ana benar-benar tahu bahwa kecantikan wajah nyatanya tak sebanding dengan kualitasnya. Wajah cantik Soraya saat tersenyum begitu lembut seperti seorang peri ternyata memiliki wajah asli seorang siluman. Tatapannya yang penuh kasih nyatanya menyimpan kebusukan yang tak ia sangka sebelumnya.
" Ibu, apakah kau tidak lelah? "
Pertanyaan ini membuat Soraya mengeryit menatap Ana dengan tatapan penuh tanya. Di dalam hati dia membatin dan bertanya, apa maksud dari pertanyaan itu? Lelah? Lelah seperti apa yang di maksud Ana?
" Apa yang kau maksud dengan pertanyaan mu itu? " Tanya Soraya karena memang tidak memahami apa maksud pertanyaan Ana tadi.
Ana kembali tersenyum.
" Apa kau tidak lelah selalu berpura-pura? Saat bersama Ayahku dan juga aku kau berpura-pura menjadi begitu baik dan bahagia kan? Kan selalu menunjukkan wajah cantikmu yah terus tersenyum, kau selalu memperhatikan ku seperti aku adalah putrimu sendiri, kau melayani Ayahku seolah kau begitu mengagungkan dia. Kau, pasti sering melakukan hubungan badan dengan Jordan saat siang hari, lalu melayani Ayahku juga saat malam hari kan? Apakah kau tidak lelah? Apa kau pernah merasa jijik dengan dirimu sendiri? Kau, apakah saat membasuh bagian bawah mu kau pernah berpikir bahwa kau sangat kotor? Kau, tidakkah kau merasa kau sangat- "
Plak!
Ana tak melanjutkan ucapannya karena mendapat satu tamparan di wajahnya. Soraya, wanita itu melotot dengan nafas menderu. Sebentar dia bertahan dengan kemarahannya, tapi melihat pipi Ana yang merah dia merasa bersalah dan menyesal. Dia ingin meraih pipi itu, mengusapnya dan meminta maaf, tapi Ana menahan tangan Soraya yang hampir sampai ke wajahnya.
" Jangan menyentuh wajah ku lagi. " Ana menepis tangan Soraya menjauh lumayan kuat.
" Maaf, maaf sayang. " Ucap Soraya penuh penyesalan. Benar, dia cemburu dengan Ana yang ia anggap sudah merebut Jordan darinya. Tapi, dia juga tidak bisa membohongi hatinya jika dia menyayangi Ana. Entah itu sebagai adik, atau sebagai anak, tapi sungguh rasa sayangnya terhadap Ana itu nyata ia rasakan.
Ana menahan air matanya saat melihat Soraya menangis menyesal. Jujur hatinya merasa sakit juga, jantungnya berdebar dengan perasaan campur aduk hingga dia. sendiri tidak bis mengartikan perasaan apa yang sedang ia rasakan saat ini. Marah kah? Atau kecewa?
" Tolong jangan sakiti Ayahku, dia sangat mencintaimu. " Ucap Ana dengan suara bergetar menahan tangisnya. Sebenarnya Ana masih ingin mengatakan banyak hal, seperti dia menyayangi Soraya, dia kecewa dengan Soraya yang sudah mengkhianati Ayahnya juga berarti mengkhianatinya.
Soraya menggeleng tak sanggup mengiyakan permintaan Ana barusan.
" Maaf, Ibu tidak bisa melakukannya. Maaf, maaf Ibu tidak bisa memenuhinya. "
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget