Benang Merah Penyihir Kolot

Sepanjang perjalanan hanya ada pohon menjulang tinggi. Selalu gelapnya malam menelusuri setiap jalan yang asing. Sosok wanita berambut hitam dengan campuran warna merah tengah mengawasi dua orang dimabuk asmara.

"Kok bisa rambutku seperti ini?"

Matanya melirik ke samping merasa aneh rambutnya berubah warna padahal sebelumnya tidak pernah mewarnai rambut selain warna cokelat.

“Aku masih nggak nyangka manusia bisa masuk dunia sihir.” Pria yang menggandeng tangan kekasihnya itu masih terpesona dengan langit malam yang indah dipenuhi aurora.

“Manusia bisa masuk dunia sihir, tapi bahaya karena nggak bisa pakai sihir untuk lawan makhluk sihir. Peraturan yang buat manusia dilarang masuk dunia sihir karena mereka pernah terlibat masalah.” Wanita itu menjawab dengan tenang seolah tidak merasa takut membawa manusia masuk ke dalam hutan dunia sihir.

“Aku ingin menjelajah lebih banyak lagi.”

“Maaf soal ucapan orang tuaku yang nggak setuju sama hubungan kita, tapi kita pasti nikah?” tanya wanita penyihir itu dengan cemas.

Pria itu melirik. “Pasti nikah, dong. Aku sayang banget sama kamu. Kalau orang tua kamu nggak setuju, kita bisa kawin lari. Kamu nggak masalah tinggal di dunia manusia?”

“Nggak masalah kalau bersama kamu.”

“Dan ... anak kita?” sambung pria itu seraya mengusap perut wanita itu

Wanita berambut hitam campuran merah itu mengamati mereka, dia terkejut karena hamil diluar nikah. Dirinya menunggu bagian selanjutnya, tetapi yang ada bagian mengerikan. Banyak penyihir membawa pedang serta tongkat sihir menuju ke arah pasangan yang dimabuk asmara.

“Tangkap penyusup itu hukum seberat-beratnya dan juga penyihir yang menyelundupkan manusia diblacklist dari dunia sihir!” perintah pemimpin mereka dengan lantang ke arah dua orang yang ketakutan.

“Nggak papa, aku pasti melindungi kamu!” bisiknya merentangkan kedua tangan di depan tubuh pria itu.

Pria itu ketakutan, hanya bisa memegang lengan pasangannya. “Kita harus bersembunyi!”

Mereka langsung lari mencari tempat persembunyian sehingga banyak anak panah tertuju ke arahnya.

“Kejar mereka sampai tertangkap!” teriak pimpinan penyihir dan mengeluarkan anak panah guna membidik pria itu sebagai penyusup. “Penyihir tidak boleh menikah dengan manusia!”

Bidikannya tepat sasaran hanya dengan satu kali percobaan. Pria itu langsung berhenti karena anak panah itu tembus sampai kulit. Wanita berambut hitam perak itu berhenti setelah mendengar rintihannya.

“Biar aku obati,” pintanya hendak mengeluarkan sihir, tetapi pria itu mendorongnya. Wanita itu melihat tatapan pria itu yang takut padanya.

“Kamu makhluk menyeramkan yang pernah aku temui! Setelah ini kita harap jangan bertemu lagi karena aku ingin hidup lebih lama lagi!" Pria itu berusaha berdiri sendiri, menolak bantuan pasangannya.

Wanita itu mengelak. “Yang jahat mereka. Aku sama sekali nggak ada niatan jahatin kamu. Bukannya kita janji mau nikah?”

“Aku nggak mau serumah sama makhluk menyeramkan! Jangan-jangan kamu bukan penyihir, tapi siluman!”

Jarak mereka sudah dekat sehingga wanita itu pasrah apa yang akan terjadi. Ketika mereka sudah ada di depan penyihir wanita itu, pimpinan pasukan mengeluarkan pedang dari sarungnya. Pedang itu hendak menebas leher penyihir wanita yang ketakutan.

Perlahan kakinya turun sehingga dirinya berlutut di depannya. “Aku terima hukuman apa pun asalkan kekasihku bisa ke luar dari sini!”

“Enggak ada yang bisa buat manusia ke luar dari dunia sihir! Dia harus dihukum mati!” jawabnya hendak menebas wanita itu, tetapi hanya menggores lehernya.

Wanita itu bergetar. “Biar aku yang menanggung hukumannya. Aku minta biar dia pulang dengan selamat.”

“Lepaskan mereka!” perintahnya dengan lantang, dia mengeluarkan sihirnya untuk mengambil alih pedang yang dipegang pimpinan tersebut.

Wanita itu melihat orang yang menolongnya. Orang itu menyuruh mereka pergi sehingga wanita itu membawa kekasihnya meninggalkan dunia sihir.

“Siapa kamu yang berani menyalahgunakan kekuasan?”

Tanpa pikir panjang, penyihir pria itu menghapus semua ingatan penyihir yang menangkap basah sahabatnya menyelundupkan manusia. Setelah selesai, tenaganya terkuras habis.

“Ini untuk terakhir kalinya. Aku akan menjadi manusia seutuhnya dan hidup damai tanpa sihir,” gumamnya disela mengatur napas karena kelelahan.

"Kenapa kementrian sihir ada di sini?" tanya salah satu di antara mereka yang linglung.

"Kembalilah ke rumah masing-masing!" perintah sang penyihir yang kehabisan tenaga.

Para penyihir yang telah dihapus ingatannya kebingungan karena berada di hutan membawa banyak senjata. Mereka menyebar karena kembali ke tempat asalnya.

Wanita cantik yang mengamati dari balik batu mengintip pergerakan pria itu yang dia yakini penyihir kuat. Ternyata pria itu bisa melihatnya sehingga dia terlonjak kaget.

Ketika sadar jika itu hanya mimpi, wanita yang kembali ke setelan awal berambut cokelat merasa aneh karena setiap mimpi tidak ada yang bisa melihatnya. Baru pertama kali ini seseorang mengetahui keberadaanya.

“Aku masih memimpikan pasangan yang lagi hamil itu, ya? Sepertinya nggak mungkin karena mereka bukan penyihir,” elaknya lalu melanjutkan tidur.

"Mereka orang yang berbeda karena penyihir dan manusia jatuh cinta."

"Sebenarnya, yang tadi itu masa lalu siapa?" gumamnya perlahan kembali hilang kesadaran.

"Wajah mereka dirahasiakan. Sengaja biar aku nggak bisa lihat?"

"Siapa aku sebenarnya? Kenapa bisa mimpi aneh yang seperti kenyataan."