NovelToon NovelToon
OJO NGONO MAS'E

OJO NGONO MAS'E

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Perjodohan / Cintamanis / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Bennuarty

Dewi Sri, seorang gadis 23 tahun yang memimpikan kerja di kantoran. Gadis dengan penampilan biasa saja dengan logat Jawa yang medok. Dijodohkan dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya. Yang seharusnya berjodoh dengan kakak tertuanya.

Lucky Albronze terpaksa menerima perjodohan dari orang tuanya karena balas budi berhutang nyawa. Padahal dia sudah punya kekasih hati yang di impikan menjadi pendampingnya kelak.

Dan mereka berdua menjadi punya kesepakatan dalam pernikahan, yang hanya untuk membuat orang tua masing-masing merasa bahagia.

ikuti kisah selanjutnya yuk!

🥰🙏 dukung author ya. makasih ❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesepakatan papi

Setelah menyelesaikan sebagian pekerjaan yang menumpuk, Lucky pergi menemui papinya. Telepon Amira pun di tolak. Agak sedikit malas dengan sikap posesif Amira yang semakin meningkat akhir-akhir ini. Lebih memilih bertemu papinya.

Tok.. tok.. tok

Lucky mengetuk pintu ruang kerja Frans. Tak lama terdengar suara Frans mempersilahkan masuk. Lucky membuka pintu. Terlihat Frans masih sibuk dengan beberapa dokumen di atas meja kerjanya. Mendongak sebentar lalu berkutat lagi dengan kerjanya.

"Pap" Lucky duduk di depan Frans.

"Hm?" hanya menjawab itu sambil terus fokus dengan berkas tanpa melihat ke arah Lucky.

"Aku ingin bicara pa"

"Bicara lah"

"Papi, tolong dengarkan aku" Lucky kesal karena Frans masih saja sibuk dan tidak melihat padanya.

Frans mendongak, menatap Lucky dan menghentikan kerjanya. Menautkan jemarinya yang masih memegang pulpen di jarinya, dan menopang dagunya.

"Sepertinya serius?"

Mereka berdua saling pandang. Frans menyelidik kedalam netra putranya. Jika sudah begini, Lucky pasti ingin bicara serius. Lucky menghela napasnya, lalu memulai bicara.

"Pa, biarkan Sri bekerja. Jangan menghalanginya" ujar Lucky tegas.

Frans menaikkan alisnya. Menatap Lucky dengan raut wajah penuh tanya.

"Ada apa? dia meminta pada mu?"

"Aku ingin menunaikan janji ku. Aku mengijinkannya bekerja"

"Apa motifnya?"

"Pa, kasihan dia. Tidak punya kegiatan sama sekali. Dia ingin bekerja. Itu kemauannya"

"Hmmm.."

Frans mengetuk-ngetukkan jemarinya. Berpikir sejenak. Membiarkan Lucky penasaran dengan apa yang di pikirkan papinya.

"Kau yakin?" tanya Frans menatap Lucky tajam.

Lucky mengangguk tegas. Frans berdecak dan melanjutkan lagi memeriksa berkas di depannya. Masih belum memberi jawaban pada putranya.

"Papiii.. ayolah. Aku serius" rengek Lucky.

"Hey.. dia istri mu. Kenapa aku yang harus memberi jawaban?" Frans merentangkan jarinya. Menaikkan alisnya merasa terganggu.

"Jadi, papi juga tidak melarang?" Lucky tampak antusias.

"Sebenarnya papi tidak setuju. Biarlah dia bersama mami mu. Toh masih banyak yang akan mereka lakukan"

"Ah.. papi. Mereka berdua beda generasi. Apa papi mau, istri ku kumpul arisan dengan nenek-nenek?"

"Heeyy.. istri ku belum nenek-nenek!" Frans melotot. Sangat keberatan jika Lucky mengatakan istrinya sudah nenek-nenek.

"Ya.. ya.. Istri yang paling cantik sedunia" Lucky memutar bola matanya malas.

"Tentu saja. Dia yang paling cantik di jagat raya" Frans tersenyum bersinar membayangkan Melani tersipu malu.

"Bagaimana pa?"

"Apanya?"

"Sri"

Frans kembali berwajah serius. Mengelus-elus dagunya. Seperti berpikir keras.

"Kau yakin tidak ada skandal yang akan naik jiika istri mu bekerja?"

"Skandal apa?" Lucky mengernyitkan dahinya.

"Bagaimana dengan Amira?"

Deg!

Lucky terdiam. Apa maksud papinya menanyakan soal Amira? apa selama ini papinya menguntit?

"Lucky, Aku papi mu. Aku tau putra ku" Frans menatap Lucky tajam.

"Apa tidak ada kesempatan untuknya lagi, pap?" tanya Lucky mencoba meminta kesempatan kedua untuk Amira.

"Kau tau papi sudah memberinya kesempatan bukan? Waktu itu papi ingin tau sebesar apa dia menginginkan mu. Tapi nyatanya dia ingin karirnya. Dan kau nomor dua"

Lucky diam. Tidak bisa membantah apa yang dikatakan Frans. Itu benar. Amira lebih memilih karir ketimbang hidup menjadi istri rumahan bersama Lucky. Tapi setelah kesempatan itu hilang, Amira malah memutuskan bersedia menikah. Tapi itu terlambat. Frans dan Melani sudah terlanjur kecewa. Maka restu pun tidak akan hadir untuk kedua kali buat Amira.

"Sekarang kau punya Sri. Papi harap, kau bisa menjalani rumah tangga mu dengan baik Luck. Ingat janji mu pada ibunya"

Lucky merasa tak enak hati. Ia ingat janjinya pada Warti, ibunya Sri. Tapi hatinya juga tidak bisa di paksa untuk segera menghadirkan rasa cinta. Apalagi melihat Sri yang selalu menunjukkan sikap berubah-ubah.

"Baiklah. Papi ijinkan istri mu bekerja. Tapi dengan satu syarat" Frans menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Menunggu reaksi Lucky.

"syarat?"

"Bukan madu" tegas Frans.

"Apa?!" Lucky mendelik. Merasa keberatan dengan syarat yang di ajukan papinya. "Pekerjaan ku menumpuk pa. Tidak ada waktu untuk itu"

"Itu syaratnya. Pergi berbulan madu. Setelah itu, istri mu bisa bekerja"

Lucky bimbang. Untuk apa dia repot-repot memenuhi syarat itu? Sri bekerja atau tidak, itu tidak akan menambah keuntungannya. Tapi Lucky ingat janjinya dulu pada Sri. Kesepakatan yang mereka buat pertama kali akan menikah.

Sejauh ini Sri tidak menuntutnya apa-apa. Sri juga menjalankan kesepakatan mereka dengan baik. Sudah bertemu Amira dan tidak ada masalah besar yang terjadi. Intinya, Sri menunaikan kesepakatan mereka. Tapi dia? Masih belum menunaikan satu permintaan penting Sri di dalam kesepakatan itu.

"Baiklah pa. Aku setuju. Tapi jangan sekarang. Aku harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang masih belum jalan. Aku akan mengatur waktunya" Akhirnya Lucky menyetujui.

Frans tersenyum dikulum. Merasa memenangkan sebuah kesepakatan.

"Baik lah. Atur saja. Papi ingin Minggu ini"

❤️

❤️

Sri berkutat dengan laptopnya di atas tempat tidur. Mencari lowongan pekerjaan yang kira-kira cocok untuknya. Mulai dari bank sampai perusahaan kecil pun ia jelajahi. Sibuk membuat daftar panjang semua perusahaan dan bank di secarik kertas. Rencananya, setelah daftar itu di rasa cukup, dia akan memulai memasukkan lamaran kerja.

Sri melirik jam diatas nakas. Sudah jam sepuluh. Sudah hampir larut malam. Tapi Lucky belum pulang. Entah kemana pria kaku itu sekarang. Mungkin bertemu Amira kekasihnya. Sri tidak berniat bertanya dan memang tidak ada kepentingan juga untuk bertanya. Jaga privasi masing-masing.

Dari siang sampai menjelang sore, Sri selalu bersama Melani. Melani mengajaknya ke toko bunga untuk membeli beberapa bunga yang sudah harus di ganti. Mereka pulang dengan membawa banyak buket bunga yang indah dan Sri mulai menikmati itu.

Melani sangat baik padanya. Ibu mertuanya yang selalu ceria itu tampak sangat memanjakan Sri. Melani bercerita tentang kegiatannya sehari-hari. Dan Sri mendengarkan dengan senang hati. Beruntung Sri mendapatkan ibu mertua sebaik Melani.

Ceklek

Sri kaget. Pintu kamar terbuka. Cepat-cepat Sri bergerak bangun Dan muncullah si tuan kaku di ambang pintu. Lucky menatapnya sekilas. Lalu pergi berganti pakaian.

Sebenarnya Sri sangat merasa sungkan tidak mengurus lucky sama sekali. Tapi mau bagaimana lagi? Sri ingat kesepakatan dengan lucky. Urus urusan masing-masing.

Lucky tidak pernah sekalipun bertanya padanya. Apa kegiatannya, sudah makan, mau kemana, Ngapain saja. Lucky membebaskan Sri mau berbuat apa saja. Itu yang membuat Sri sangat sungkan untuk mendekati Lucky. Takut jika Lucky menolak niat baiknya.

Lucky sudah keluar dari kamar mandi. Bersiap untuk tidur. Sri pura-pura tidak melihat Lucky. Duduk bersandar dan masih menatap laptopnya. Lucky naik ke ranjang. Merebahkan tubuhnya di samping Sri. Memejamkan matanya tanpa menghiraukan Sri.

Sri melirik ke arah Lucky sekilas sambil berdecih tanpa suara. Merasa dirinya hanya bayangan samar. Lucky tidak menyapanya sama sekali. Seperti tidak ada orang di kamar ini selain dirinya.

Dongkol juga rasanya di cuekin. Tapi ingin bertanya deluan juga rasanya segan. Sri jadi gelisah. Suasana hatinya gampang berubah ketika di dekat Lucky.

"Sudah makan malam?" tiba-tiba Lucky bertanya.

Sri menegang. Tangannya berhenti mengetik di laptop. Pandangannya lurus kedepan. Ia tidak tahu di tujukan pada siapa pertanyaan itu. Sangat tiba-tiba.

Sri masih diam tidak menjawab. Pelan-pelan Sri menoleh kesampingnya. Menatap Lucky yang masih berbaring memejamkan mata. Meyakinkan diri pertanyaan itu berasal dari mulut Lucky.

Eh.. yang tanya dia bukan sih?? udah tidur kayaknya. Tumben nanyain aku?

Tiba-tiba Lucky membuka matanya. Lalu menoleh kesamping membalas tatapan Sri yang sedari tadi memperhatikan Lucky.

"Kamu sudah makan malam belum?" tanya Lucky sekali lagi.

"Eh.. emm.. anu.. s-sudah m-mase"

Tergagap Sri menjawab. Kepergok sedang menatap pria itu membuat Sri kaget. Membuang pandangannya secepat kilat. Kembali menyibukkan dirinya menatap laptop.

Lucky setengah bangkit. Menutup laptop Sri. Menarik dan menaruh laptop itu di atas nakas.

"Eehh.. Mase! Aku masih pakai loh mas"

Sri protes. Merasa kehilangan laptopnya. Berusaha mendapatkan lagi. Tapi sudah keburu Lucky menaruh agak jauh dari jangkauan Sri. Membuat dia jatuh menubruk dada Lucky.

Lucky ingin menahan agar Sri tidak jatuh. Tapi terlambat. Sri sudah menubruk dadanya begitu saja. Mata mereka bertemu. Saling pandang begitu dekat. Sri dapat merasakan hembusan napas hangat Lucky. Merasakan detak lembut jantung pria ini. Langsung bersentuhan kulit karena Lucky bertelanjang dada.

"Emm.. Sudah malam. Sebaiknya kita istirahat" ujar Lucky.

Suara Lucky membuat Sri sadar seketika. Tergesa bangkit dari dada Lucky. Menjauh untuk lebih memberi ruang di antara mereka.

"Maaf mas. Sri Ndak sengaja" Sri menunduk malu.

"Tidur lah"

Sri tak berani lagi melihat ke arah Lucky. Langsung saja ia merebahkan tubuhnya dan menarik selimut sampai ke lehernya. Meringkuk membelakangi Lucky. Wajahnya terasa panas karena malu. Apakah bisa tidur malam ini dengan nyenyak? entah lah. Yang pasti, rasa canggung telah tercipta di antara mereka.

1
Sri Wulan
pahit, nggak bisa berkiti kiti aku sama ryan😁
Mimie Lilis
takut bacanya
Mimie Lilis
geting sh ng lucky
Mimie Lilis
pinter koe sri😁😁😁
Mimie Lilis
goool juga
Nurina Ningrum
Luar biasa
Anonymous
kaya ijad d Upin Ipin hobby nya pingsan/Grin/
Meiriyana
modus yg halal, lanjutlah
Meiriyana
Luar biasa
Suyatno Galih
wkwkwkwkk ana ana Bae ramane mobile di dol bijone moreng dikon pending disit, ok la othor lanjut
Intan Risma Wandy
seneng sih critane diatas tpi endinge nagung bget thor mosok rong lahiran wes barrrr 😥😥
Ilham Rochman
seru bangeeet... alu ceritanya menghanyutkan naik turun seperti rollcoaster
Ilham Rochman
huahahahahaaa.... modyar kowe Agned
Ilham Rochman
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Ilham Rochman
hahahaa... seruuu thoor..lanjuut
Intan Risma Wandy
kapok kowe ditingal sri mingat
Intan Risma Wandy
thorrrr loro atiku 😭😭😭
Intan Risma Wandy
moco novel iki mong nyekikik sriiii OJO NGONO MASE😃😃😃😃
Intan Risma Wandy
jambaken rambute Amira kui sriii ojo mong meneng ae xo gk omes aku
Intan Risma Wandy
dasar kucky pekok pegen ngetok palane aku 😇😇
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!