Dibesarkan dalam sebuah organisasi rahasia, membuat dua orang gadis dan dua orang pemuda tumbuh menjadi pembunuh berdarah dingin, masing-masing memiliki kemampuan yang berbeda.
Chu Haitang adalah seorang dokter ajaib, dia menguasai berbagai macam pengobatan modern maupun tradisional.
Bao Yunceng adalah seorang ahli penempaan senjata, dia sangat lihai dalam membuat berbagai macam benda yang mematikan.
Liu Jinhong adalah seorang ahli strategi sekaligus ahli pedang, jurus-jurusnya terlihat sangat lembut, namun mematikan.
Rong Siyue adalah seorang ahli menundukkan binatang, dia sangat pandai dalam mata-mata dan menyusup.
Keempat orang tersebut dipertemukan pada saat berusia 5 tahun, mereka hidup sebagai saudara dan saling melindungi satu sama lain. Bekerja di bawah naungan seorang tuan yang misterius sekaligus kejam, membuat mental dan pemikirannya berbeda.
Bagaimana jika keempat orang tersebut mengalami perpindahan waktu? Masih bisakah mereka menjadi saudara yang rukun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DEKRIT PERNIKAHAN
Dua tahun berlalu dengan sangat cepat, berbagai macam usaha berjalan dengan lancar, banyak warga desa yang merasakan kemakmuran. Mereka yang dulunya berkulit kusam dan bertubuh kurus, perlahan-lahan mulai berubah, sebagaimana taraf kehidupan dan tingkat konsumsi keluarga yang semakin tinggi.
Desa Gujia di masa lalu hanyalah desa kecil di bawah pegunungan, namun dalam 2 tahun terakhir telah berubah menjadi lebih ramai dari kota besar. Semua rumah di bangun menggunakan batu bata biru, bahkan mereka telah merealisasikan jalan raya menggunakan aspal, sehingga sangat nyaman untuk berkendara.
Usaha di kabupaten Gaosui dan seluruh wilayah prefektur Long'an telah di duduki keluarga Chu, mereka merupakan perusahaan raksasa pertama di era kuno. Berbagai macam kebutuhan tersedia di sana, setiap tempat memiliki plakat yang sama. "Toko Keluarga Chu"
Banyak para pedagang besar yang mulai muncul satu persatu dan membuat kerjasama, mereka juga melihat berbagai macam manfaat yang di berikan. Pada akhirnya, kemajuan tersebut sampai di ibu kota, dan terdengar di telinga kaisar.
Song Jingchen akhirnya sadar setelah mengalami koma selama 2 tahun, sayangnya pemuda itu lumpuh dan hanya bisa duduk diam. Awalnya banyak sekali para pejabat yang menginginkan dia untuk menjadi menantunya, namun melihat keadaannya saat ini, tidak ada 1 orang pun yang berani membuka suara.
Kaisar semakin dingin, dia benar-benar telah meninggalkan pangeran ke-17, posisi putra mahkota masih menjadi incaran banyak pangeran, mereka mulai bertarung kembali setelah masa-masa damai sebelumnya.
Selir Song terlihat sedih dengan keadaan putranya, dia ingin Song Jingchen memiliki kehidupan yang baik. Berkat Zhao Gong, akhirnya wanita itu mengetahui, bahwa putranya telah jatuh hati pada seorang gadis kecil dari keluarga petani.
"Yang mulia," selir Song masih berlutut di hadapan kaisar, dia ingin menyelamatkan masa depan Song Jingchen.
"Selir Song, seorang gadis petani miskin tidak mungkin bisa menjadi istri utama, kau harus menyadari hal itu, dia hanya bisa menjadi selir samping." jawab kaisar, dia tidak melirik sedikitpun pada selirnya.
"Yang mulia, putraku lumpuh. Keluarga mana yang bersedia memberikan putrinya untuk menikah dengan seorang pemuda cacat?" selir Song masih terus berjuang.
"Apa yang kau inginkan?" tanya kaisar, dia terlihat sangat kesal dengan kekeraskepalaan selirnya.
"Yang mulia, selir ini hanya ingin anda mengabulkan satu permintaan. Izinkan Chu Haitang masuk ke istana dan menjadi istri Jingchen," jawab selir Song.
Permaisuri diam-diam menertawakan kebodohan selir Song, sepertinya dia masih belum menyadari bahwa Kaisar masih mengharapkan putranya bangkit kembali. Sayangnya, wanita itu terlalu tidak peka, sehingga dia memiliki kesempatan untuk menjatuhkannya.
Menikahi seorang gadis biasa adalah pemborosan, apalagi jika ditempatkan di posisi istri utama. Apa yang bisa dia lakukan?
Untuk menunjukkan kebaikan hatinya, akhirnya permaisuri ikut membujuk Kaisar, agar bersedia untuk mengabulkan permintaan dari selir Song. Dia juga merasa senang karena saingan putranya berkurang 1.
"Yang mulia, pangeran ke-17 telah banyak berkorban, dia bahkan beberapa kali mengalami penyergapan. Tabib istana telah menyerah padanya, selir Song juga telah memanggil begitu banyak dokter untuk menyembuhkan pangeran." ucap permaisuri, selir Song melirik dengan mata yang berkaca-kaca, seolah-olah mengucapkan terima kasih.
"Yang mulia, tolong tunjukkan kemurahan hati anda dan biarkan gadis kecil dari keluarga petani itu datang, untuk menjadi istri pangeran ketujuh belas." lanjutnya, dia sedikit gugup, takut jika rencananya terbaca oleh kaisar.
"Apakah menurutmu ini pantas, permaisuri?" tanya kaisar, nadanya benar-benar agung.
Permaisuri menarik nafas panjang, "Yang mulia, racun yang saat ini berada di dalam tubuh pangeran ke-17 tidak mungkin bisa di obati, izinkan dia menikahi gadis impiannya. Permaisuri ini yakin, pangeran Song pasti akan cepat pulih jika anda bisa memberikan kesempatan baik ini padanya,"
Kaisar terdiam, menatap wajah kedua wanita itu dengan tajam, namun tak lama kemudian terdengar suara helaan nafas yang sangat berat. "Baiklah, pangeran ke-17 bisa menikahi gadis itu."
Selir Song tersenyum lembut, "Terima kasih banyak yang mulia, anda benar-benar bermurah hati."
"Terima kasih banyak permaisuri, selir ini tidak akan melupakan bantuanmu," ucap selir Song, setelah lama berlutut pada kaisar, dia juga menggerakan tubuhnya dan berlutut menghadap permaisuri.
Permaisuri tersenyum tipis, "Selir Song, pangeran ke-17 juga putraku, bangunlah! Kau harus segera mempersiapkan mahar untuk gadis itu."
"Ya," jawab selir Song sambil bangkit, dia bergegas keluar dari aula dan kembali ke istananya.
Permaisuri menatap dingin pada punggung selir Song, batu besar yang mengganjal di hati wanita itu akhirnya menghilang, dia baru saja menghilangkan 1 rintangan untuk putranya. Selir-selir yang lain menyipitkan mata pada selir Song, dia terlalu bodoh untuk menjadikan seorang gadis biasa sebagai menantunya.
Untuk saat ini, mereka tidak akan bertindak dan membiarkan selir Song menikmati hidup barunya sebagai seorang mertua. Di masa depan, dia pasti menyesali kebodohannya hari ini.
"Kasim Bai, tuliskan dekrit pernikahan untuk pangeran ke-17 dan gadis desa itu!" ucap kaisar, dia segera keluar dari aula meninggalkan permaisuri dan selir-selirnya.
Kasim Bai membungkukkan badan, "Baik yang mulia!"
.
.
.
Desa Gujia yang makmur, sebuah titik perjalanan sulit yang di alami oleh Chu Haitang. Belum lama ini, ada beberapa pedagang yang datang, mereka membeli berbagai macam hal dari pabrik.
Itu benar-benar menegaskan bahwa usaha keluarga Chu sangat membantu perekonomian, bahkan hakim daerah dan prefek terlihat begitu menghargai kerja keras mereka.
Wilayah kecil yang dulunya di huni jutaan warga miskin telah berubah dalam 2 tahun terakhir, ini sangat mencengangkan. Kemakmuran bisa di lihat dimana-mana, tidak ada lagi para pengemis atau budak yang di jual disana.
Saat ini, seluruh anggota keluarga Chu berkumpul untuk menikmati makan siang, ketika sebuah kereta istana datang kesana. Warga desa yang awalnya sedang bekerja terlihat penasaran, mereka mulai berbondong-bondong mengikuti kereta itu, hingga akhirnya sampai di depan rumah besar keluarga Chu.
Kasim Bai turun dari kereta, matanya berbinar melihat tempat yang begitu indah. Dia berkeinginan menikmati masa tuanya di sana. Bahkan selir Song yang awalnya sudah siap melihat kehidupan miskin sangat terkejut. Benarkah ini desa kecil Gujia?
Para pelayan sangat terkejut melihat kedatangan kasim dan selir, mereka bergegas masuk untuk memberitahu tuan rumah. Sementara para penjaga langsung memberikan jalan dengan sangat hormat.
"Keluarga Chu, kami datang membawa dekrit dari yang mulia," ucap kasim Bai.
Semua anggota keluarga langsung berlutut, bersiap menerima dekrit tersebut. Kasim Bai membuka gulungan di tangannya, kemudian membacanya dengan tenang.
"Chu Haitang, kaisar memberikan dekrit pernikahan untukmu dengan pangeran ke-17, semua mahar telah di siapkan." ucap kasim Bai sambil menggulung kembali dekrit itu dan menyerahkannya.
Semua anggota keluarga terdiam, tidak ada 1 orang pun yang menjawab. Mereka sepertinya sangat syok mendengar dekrit tersebut. Selir Song menatap wajah anggota keluarga Chu, dia bisa melihat kemarahan dan kekesalan di wajah mereka.
Chu Rong akhirnya menerima dekrit itu, dia juga memeriksa daftar mahar yang di bawa oleh mereka sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tidak buruk!"
Kasim Bai dan selir Song saling berpandangan, keduanya tidak mengerti dengan reaksi dari anggota keluarga Chu.
"Lumayan! Setidaknya ini sebanding dengan penghasilan kami 1 bulan," ucap Liu Jinhong.
Bao Yuncheng juga bersuara, "Terlalu miskin! Bahkan biro pengawalan bisa mendapatkan 5 kali lipat lebih banyak dari ini selama setahun,"
"Ya, ini sebanding dengan penghasilan toko selama beberapa bulan," ucap Chu Yunling.
Lao Shi menghela nafas panjang, "Apa Haitang akan menikah? Keluarga kita belum menerima kabar apa pun dari Jingchen. Lalu bagaimana cara mengembalikan jepit emasnya?"
Selir Song akhirnya mengerti, sepertinya keluarga Chu sangat tidak puas dengan mahar yang mereka bawa. "Nyonya tua, apakah ada hal yang memberatkan kalian?"
Lao Shi menatap ke arahnya, "Cucuku memiliki seseorang, terserah dia mau menerima atau tidak!"
Mata selir Song membulat, mungkinkah Chu Haitang telah memiliki perjodohan lain? Namun tiba-tiba saja dia tertegun menatap jepit rambut emas di tangan Lao Shi.
"Menentang dekrit kaisar sama seperti pemberontakan, mereka bisa memusnahkan keluarga kita. Cari cara untuk mengembalikan jepit ini pada pemiliknya!" ucap Lao Shi.
"Tidak masalah! Ini hanya pernikahan, keluarga kita bisa pindah ke istana," ucap Chu Haitang dengan santai, mereka tidak memperlakukan selir Song dan Kasim Bai seperti orang yang perlu ditakuti.
Selir Song tersenyum lembut, "Nyonya tua, dari mana anda mendapatkan jepit rambut emas itu?"
Lao Shi meliriknya, "Ini di tinggalkan oleh calon cucu menantuku."
"Benarkah? Jepit rambut ini milik keluarga kami, apakah anda mendapatkannya dari Song Jingchen?" tanya selir Song.
Semua anggota keluarga terlihat sangat heran, namun mereka tetap menganggukkan kepala. Selir Song mengambil jepit itu, kemudian memasangkannya di rambut Chu Haitang. "Sangat cantik!"
"Eeh..! Bukankah seharusnya mereka marah dan mengusir kita?" Chu Wentian menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Tidak ada yang akan memarahi kalian, Song Jingchen adalah putraku, dia pangeran ke-17." jawab selir Song.
"Apaaa?" wajah mereka langsung berkedut, sepertinya sandiwara yang telah mereka buat sebelumnya tidak berlaku, karena pemuda yang dijadikan alasan ternyata adalah orang yang telah mengirimkan lamaran tersebut.
"Selir ini tahu kalian ingin membatalkan dekrit pernikahan, karena itulah kalian bersikap kasar. Tidak masalah! Lagi pula pemuda nakal itu putraku," jawab selir Song sambil tertawa, kasim Bai juga tak tahan melihat wajah pucat mereka.
"Hahaha..."