'Gagak pembawa bencana' itulah julukan pemimpin klan mafia Killer Crow, Galileo Fernandez, yang terkenal kejam dan tidak pandang bulu dalam membunuh.
Hidupnya dari saat dia kecil dilatih menjadi pembunuh berdarah dingin oleh ayahnya, sehingga menciptakan seorang Leo yang tidak berperasaan.
Suatu hari dia di jebak oleh musuh bebuyutan dari klan mafianya dan tewas tertembak dikepalanya. Tetapi bukannya pergi ke alam baka, dia justru terbangun kembali di tubuh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Siapakah anak laki-laki itu?, Apakah Leo mampu menjalani hidupnya dan kembali menjadi mafia kejam dan membalaskan dendamnya?
Inilah Kisah tentang Galileo seorang mafia kejam yang bereinkarnasi ke tubuh seorang bocah yang ternyata menyimpan banyak misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Max sampai di mansion nya di sambut oleh beberapa anggota Killer Crow dengan hormat.
Max melewati mereka semua dan melemparkan tubuhnya pada sofa panjang di ruang tamu.
Gavin yang tengah bermain ponsel di sana mengalihkan atensinya nya menatap Max dengan heran.
"Kenapa kau?," tanya Gavin. Dia yang memang sudah mengetahui tabiat temannya ini menduga jika ada sesuatu yang membuat sahabat datar nya ini dalam suasana hati yang tidak bagus.
Max melirik Gavin dengan wajah tanpa ekspresi "Tidak apa apa, hanya saja hari ini sangat menyebalkan," ujarnya menutup matanya.
Gavin terkekeh melihat raut wajah malas Max "Apa ini menyangkut tua Bangka itu lagi?" Ujar Gavin menaikkan alisnya.
"Hmm" Max berdehem singkat.
"Apa yang dia lakukan padamu?" Tanya Gavin kembali.
Max membuka matanya kembali "Hanya membicarakan hal yang tidak penting," ujarnya dengan malas mengingat wajah Jordan yang menyebalkan.
"Kau pasti menahan diri untuk tidak menyerangnya kan? Sebab itu kau menjadi frustasi haha," ujar Gavin tertawa kecil.
Max hanya menatap malas wajah Gavin yang seperti mengejeknya.
"Baiklah, aku tidak akan menggoda mu lagi," ujar Gavin, karena melihat raut wajah Max yang sudah berubah menjadi lebih tidak senang.
"Apa kau mau melampiaskan nya? Penghianat itu masih belum di apa apa kan," ucap Gavin kembali dengan senyuman penuh arti.
"Hufttt besok saja, aku tidak ingin melakukan apapun saat ini," ujar Max menghela nafasnya.
"Lagi pula saat perjalanan kemari aku sudah membunuh lima orang," ujarnya mengangkatnya sudut bibirnya. Entahlah max merasa jika membunuh hama masyarakat menjadi hiburan tersendiri baginya.
Gavin mendengus kasar mendengar nya, pantas saja Leo menolak tawarannya untuk bermain main, karena ternyata sudah melampiaskan nya pada hama lain di luar sana.
"Siapa?," tanya Gavin penasaran.
"Hanya seorang tikus yang tidak tau posisi nya, dia menyuruh para preman lemah untuk mencelakai ku, hanya karena perkara wanita murahan itu mendekati ku," jawab Max.
Gavin mengangguk kecil mengetahui jika wanita yang di maksud leo adalah Viona anak bungsu dari Jordan. Dia sebenarnya kurang mengerti dengan para wanita yang menyukai pria datar ini, kenapa mereka berani sekali mendekati nya, di saat berada di dekatnya saja udara sudah terasa mencekam.
"Jadi apa rencana mu untuk mereka?" Tanya Gavin. Mereka yang di maksud adalah tahanan penghianat dan mata mata dari musuh yang saat ini berada di penjara bawah tanah.
"Besok malam aku akan mengeksekusi mereka di hadapan semua anggota Killer Crow," ujarnya dengan tatapan lurus tanpa ekspresi.
"Hmm boleh juga... Agar mereka tau konsekuensi dari penghianatan pada Killer Crow," setuju Gavin mengangguk kecil.
"Bagaimana dengan penyelidikanmu tentang Scorpions?" tanya Max.
"Hmm untuk sekarang mereka belum bergerak Leo." jawab Gavin.
"Tapi sepertinya dia curiga dengan aktivitas perusahaan mu yang membantu Pradipta group Leo, makanya tua Bangka itu menyelidiki tentang keluarga mu dan perusahaan Pradipta," jelas Gavin pada Max.
"Tetap pantau aktivitas mereka, bila perlu kirim mata mata profesional ke dalam klan Scorpions agar kita dapat memantau mereka dari dekat," ujar Max pada Gavin.
"Baiklah, nanti akan ku coba memasukan mata mata ke dalam klan mereka, terkadang aku juga sedikit was was jika sewaktu waktu saat kita belum siap, Scorpions menyerang kita tiba tiba," ujar Gavin menatap Max.
"Kau tidak perlu khawatir Gav, kejadian dulu tidak akan ku biarkan terjadi kembali," ucap Max tau jika Gavin teringat kehancuran klan Killer Crow dulu dan tinggal olehnya sendirian bertahan melawan kekuatan besar Jordan Xanders.
•••
"Cari informasi putra dari Zivanna Louis, saya ingin informasi yang lengkap dan tidak tertinggal satu fakta pun," ujar Jordan pada Asisten pribadi nya.
"Baik tuan," jawab sang asisten menundukan kepalanya menerima perintah.
Jordan memutar pena yang berada di mejanya sembari berpikir tentang kemiripan Max dengan dirinya.
"Apa salahnya jika mencari tau," gumamnya karena merasa janggal dengan Max yang tidak menyandang marga Pradipta, serta yang dia tau jika bertahun tahun lalu kedua pasangan Pradipta itu hanya memiliki satu anak dan itu pun telah tiada waktu dalam kandungan, bagaimana bisa Zivanna Louis memiliki seorang putra yang lebih tua dari anak yang gugur dalam kandungan itu?.
Jordan mengetahui jika umur Max 18 tahun, sedangkan bayi yang belum lahir ke dunia itu seharusnya masih berusia 17 tahun sekarang.
Tiba tiba dia tersenyum tipis, bagaimana seandainya keajaiban itu nyata? Max ternyata adalah putranya! Seorang pewaris sempurna yang dia dambakan...
.
.
.
.
.
.
.
