"Punya mata nggak?" mengabaikan permintaan maafnya, orang itu malah membentak. Ia menatap Rahma benci. "Kalo punya tuh dipake baik-baik, jangan asal nabrak aja." Pemuda berwajah rupawan itu mendengkus keras, kesal tentunya. "Dasar aneh," ucapnya lagi.
Ridho Ahmad Wibowo dari awal sekolah sangat tidak suka dengan gadis bernama Rahma. Bahkan tak segan-segan membully walaupun gadis itu tidak salah apa-apa.
Namun, takdir berkata lain dimasa depan ia malah menikahi gadis itu dengan perjuangan yang tak mudah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WidiaWati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panti Asuhan
Pagi hari setelah sholat subuh Rahma pergi ke dapur untuk memasak nasi goreng untuk sarapan dan bekal di sekolah nanti. Gadis itu juga membantu ibunya menyiapkan bahan gado-gado.
Terlihat Rahma dengan cekatannya mengiris bawang dan bahan-bahan lainnya. Setelah selesai urusan di dapur Rahma segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Di meja makan ibu dan ayahnya sudah menunggunya untuk sarapan bersama.
"Ayo Nak sarapan," ajak pak Ridwan saat melihat anaknya keluar dari kamar dengan seragam sekolah lengkap serta hijabnya.
"Iya Ayah." Rahma duduk di samping bu Fatimah.
Setelah selesai sarapan Rahma diantar pak Ridwan untuk ke sekolah dan tak lupa juga Rahma pamit pada ibunya. Saat sampai di sekolah Rahma, pak Ridwan memberhentikan angkutan umumnya tepat di depan gedung sekolah Rahma.
Sebelum turun dari mobil Rahma mencium punggung tangan pak Ridwan terlebih dahulu lalu turun dari angkutan umum itu.
"Rahma," panggil seseorang saat gadis itu berada di koridor sekolah.
Rahma menoleh kebelakang dan menghentikan langkahnya.
"Pulang sekolah nanti gue mau ajak lo ke suatu tempat. Lo mau nggak?" Seseorang itu berjalan mendekati Rahma.
"Kemana?" Rahma balik bertanya sambil melanjutkan langkahnya menuju kelas.
"Kesuatu tempat yang bagus untuk dikunjungi, lo akan tau nanti," jawab orang itu yang tak lain adalah Ridho.
Rahma mengangguk tanda setuju atas permintaan pemuda itu dan pemuda itu membalas dengan senyuman manisnya.
Saat sampai di kelas Rahma mendudukan tubuhnya di bangku dengan nomor urut dua dari depan itu. Begitu juga dengan Ridho, pemuda itu juga duduk di bangkunya.
Setelah beberapa menit kemudian, Dimas datang dan mengucapkan salam sebelum masuk kelas. Salam pemuda itu dijawab oleh Rahma dan beberapa murid lainnya yang berada di dalam kelas.
Pemuda itu duduk di samping Rahma sambil tersenyum kepada gadis itu.
"Pagi Rahma," sapa Dimas dengan terus tersenyum.
"Pagi," balas Rahma.
"Nanti kamu ada acara nggak, mama aku mau ketemu sama kamu," ucap Dimas sambil mengeluarkan buku pelajaran pagi ini dari tasnya.
Rahma terdiam sejenak lalu menjawab, "Kayaknya nanti aku nggak bisa deh, lain kali aja ya."
"Oh yaudah kalo gitu," sahut Dimas sedikit kecewa.
Tak berapa lama bel tanda masuk pun berbunyi lalu guru yang mengajar pagi itu masuk ke dalam kelas.
Pulang sekolah Ridho membawa Rahma ke sebuah panti asuhan. Terlihat banyak anak-anak yang bermain di depan panti.
Ridho memberhentikan mobilnya dan turun dari mobil itu diiringi oleh Rahma.
"Untuk apa kamu mengajak ku ke sini?" tanya Rahma bingung, ia juga tak menyangka seorang Ridho membawanya ke panti asuhan.
"Aku ingin mengenalkanmu dengan anak-anak di sini," jawab Ridho melangkahkan kakinya mendekati anak-anak itu yang sedang bermain.
Seorang anak balita laki-laki berlari ke arah Ridho.
"Bang Ridho," panggil balita itu.
"Jio." Ridho menggendong balita yang bernama Jio itu.
"Bang Ridho kemana aja? Jio kangen tau bang," ucap Jio sambil menatap wajah pemuda yang sedang menggendongnya.
"Bang Ridho juga kangen sama Jio, maaf abang baru sempat untuk datang ke sini," sahut Ridho sambil mengacak rambut balita itu.
Balita itu menoleh ke arah Rahma yang hanya memperhatikan dua makhluk itu sedari tadi.
"Bang kakak cantik itu siapa?" tanya Jio menunjuk Rahma.
"Oh itu kak Rahma. Kak Rahma ini ke sini mau berkenalan dengan Jio dan teman-teman Jio di sini," jawab Ridho yang menoleh ke arah Rahma lalu menatap balita digendongannya itu.
"Hallo Kak nama aku Jio Saputra, panggil aja aku Jio Kak," ujar Jio memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya pada Rahma.
Rahma juga mengulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya.
Semua anak panti mendekat ke tempat Ridho berdiri, ia juga ikut berkenalan dengan Rahma.
"Hai Kak aku Nabila," ucap salah seorang anak panti teman Jio yang berumur 6 tahun. Gadis kecil itu juga mengulurkan tangannya ke arah Rahma.
Rahma menyambut uluran tangan gadis itu dan tersenyum seraya berucap, " Hallo Nabila nama kakak Rahma."
"Aku Dhea Kak," timpal teman Nabila ikut memperkenalkan diri.
"Aku Haris, Kak. Aku orang yang paling ganteng di panti ini. Bahkan kegantenganku ini melebihi Bang Ridho," ucap anak laki-laki yang berumur 9 tahun dengan mengikuti gaya sombong Ridho.
"Enak aja gantengan lo, gantengan gue lah," sahut Ridho tak terima.
"Siapa bilang Abang yang ganteng, gatengan akulah dari pada Abang," ucap Haris tak mau kalah.
"Gantengan gue lah dari pada lo. Semua orang juga tau kali gue yang lebih ganteng," ujar Ridho sambil menatap tajam ke arah Haris yang juga menatap tajam ke arahnya.
"Gantengan akulah. Kalo nggak percaya tanya aja sama Kak Rahma, iya kan Kak." Haris menoleh ke arah Rahma seperti meminta persetujuan.
Rahma hanya menganggukan kepalanya menatap anak panti bernama Haris itu.
"Tuh kan Kak Rahma aja bilang iya. Berarti emang aku yang lebih ganteng dari Abang." Haris tersenyum puas melihat ke arah Rahma.
"Rahma kok lo malah iya in kata bocah ingusan ini sih," ucap Ridho menatap Rahma.
"Udah mengalah aja sama anak kecil. Nggak usah berdebat," sahut Rahma.
"Bang Ridho. Kak Rahma ini siapanya Abang?" tanya gadis kecil yang bernama Nabila.
Ridho melirik ke arah Rahma yang ada di sampingnya lalu berucap. "Insya allah Kak Rahma ini akan jadi istri Abang nanti, doain ya." Ridho menurunkan Jio dari gendongannya.
"Iya Nabila akan doain kok, Bang."
"Dhea juga akan doain Bang. Kalian berdua emang cocok," ucap Dhea yang tampak senang.
"Cocok dari mana, Kak Rahma itu cocoknya sama aku." Haris ikut berkomentar seraya menatap sinis ke arah Ridho yang juga menatapnya.
"Apaan sih, Bang. Nyaut aja omongan orang," ucap Dhea yang tampak malas dengan bocah yang berumur 9 tahun itu.
Bocah itu terdiam ia terus menatap ke arah Rahma.
"Cantik," ucap bocah bernama Haris itu.
"Aku juga pengen punya calon istri kayak Kakak. Kak Rahma bukan hanya cantik tapi juga sholehah," puji Haris yang tersenyum ke arah Rahma.
Rahma sedikit malu dengan ucapan bocah itu, apalagi dengan ucapan Ridho tadi. Ia tidak bisa berkata apa-apa.
"Eh bocah jaga tuh mata lo. Jangan tatap Rahma seperti itu!" tegas Ridho menghalangi padangan Haris yang menatap Rahma sedari tadi.
"Bang Ridho kenapa sih dari tadi marah-marah mulu sama Bg Haris?" tanya Jio memperhatikan dua orang itu sedari tadi dengan perasaan bingung.
"Abang nggak marah. Cuma ngingatin doang," jawab Ridho mengusap pipi balita itu.
"Oh ya ibu Minah mana?" tanya Ridho pada anak-anak panti itu.
"Bu Minah di dalam, Bang," jawab Nabila.
"Yaudah Abang ke dalam dulu ya. Kalian lanjutin aja mainnya." Ridho meninggalkan anak-anak itu dan masuk ke dalam panti.
"Assalamu'alaikum Bu," ucap Ridho saat memasuki panti.
"Wa'alaikum salam. Eh Nak Ridho, udah lama sekali kamu nggak ke sini. Anak-anak pada nanyain kamu."
"Iya Bu. Maaf Ridho baru sempat ke sini. Ini Bu sedikit rejeki buat anak-anak panti." Ridho memberikan sebuah amplop kepada bu Minah.
Bu Minah menerima amplop itu dan berucap, " Terima kasih banyak ya, Nak. Kamu udah sering bantu anak panti di sini."
"Tidak usah berterima kasih, Bu. Sudah seharusnya saya membantu mereka," jawab Ridho.
* * *
Jangan lupa like, komen, vote and rate ya ...
Terimakasih telah membaca😇