NovelToon NovelToon
Diam-Diam Sayang

Diam-Diam Sayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Nurul Widyastutik

Rivandra,, menjadi seorang penerus perusahaan besar membuatnya harus menjadi dingin pada setiap orang. tiba-tiba seorang Arsyilla mampu mengetuk hatinya. apakah Rivandra akan mampu mempertahankan sikap dinginnya atau Arsyilla bisa merubahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Widyastutik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 17

"Jangan,,, jangan,,, jangan,,, pergi,, pergi,,, "

Rivandra mengalihkan tatapannya dari luar jendela ke arah Arsyilla. Di lihatnya Arsyilla tertidur dengan keringat memenuhi dahi Arsyilla. Tangan Rivandra terulur mengecek AC mobil yang ada di atas Arsyilla.

"ACnya nyala, kenapa Syilla berkeringat seperti ini? Apa Syilla sakit?" gumam Rivandra cemas sambil mengecek kening Arsyilla dan mengusap keringatnya.

"Jangan!!!" pekik Arsyilla keras sampai-sampai pak supir pun menginjak rem karena kaget. Dan langsung menoleh ke belakang. Takut Rivandra melakukan pelecehan terhadap Arsyilla.

"Syilla, bangun! Syil,, Syilla bangun!!" pekik Rivandra panik sesekali menepuk pipi Arsyilla.

Arsyilla membuka matanya dan langsung melihat sekelilingnya. Bahkan tangannya tanpa sadar mencengkeram lengan Rivandra seolah meminta perlindungan.

"Kita dimana, Kak? Apa kita sudah sampai?" tanya Arsyilla bingung setelah bisa mengatasi kekagetannya.

"Minum dulu." titah Rivandra sambil mengulurkan sebotol air mineral pada Arsyilla.

"Apa apa, Mbak?" tanya Pak Supir.

Arsyilla melepaskan tangannya dengan cepat saat menyadari ada Pak supir yang sedang memandang keduanya bergantian.

"Dia mimpi buruk, Pak." jawab Rivandra sopan.

"Aku?" tanya Arsyilla heran.

"Iya. Kamu bahkan teriak waktu tidur tadi. Pak supir kaget, makanya berhenti dulu."

Arsyilla tersenyum keki karena pak supir menertawakannya. "Maaf ya, Pak. Silahkan di lanjutkan perjalanannya."

"Oke, Mbak." jawab Pak Supir.

Mobil kembali berjalan. Arsyilla mengalihkan pandangannya keluar jendela. Mencoba mengingat kembali mimpi apa yang barusan dia alami.

'Pasti aku mengigau-igau. Pasti teringat peristiwa dulu lagi. Sama seperti saat Bu Kinasih merawatku dulu. Bagaimana kalau nanti bertemu Lek Bagong?' batin Arsyilla sedih.

"Apa kamu baik-baik saja, Syilla?" tanya Rivandra cemas.

Arsyilla menoleh dan tersenyum. "Aku baik-baik saja, Kak. Maaf membuat Kak Rivan cemas."

"Apa tempatnya masih jauh?" tanya Rivandra.

Arsyilla melihat jalanan di sekitarnya, "Ehmmm,,, sekitar satu jam lagi, Kak." jawab Arsyilla keki. "Apa Kak Rivan lelah? Aku sudah bilang, tempatnya lebih terpencil. Jauh dari destinasi wisata. Dan aku juga sudah meminta Kak..."

"Hei, Syilla. Aku hanya bertanya. Kenapa jadi mengomeliku?"

"Sepertinya mbaknya sedang banyak pikiran, Mas. Lebih baik tiduran lagi aja, mbak. Bersandar sama masnya biar nyaman. Gak mimpi buruk lagi." celetuk pak supir sambil tertawa lucu.

"Iya, Pak." jawab keduanya bersamaan hingga saling berpandangan sejenak kemudian tertawa lirih.

"Tidurlah. Bersandar saja padaku biar lebih nyaman." kata Rivan sembari meletakkan kepala Arsyilla ke bahunya.

"Kalau Kak Rivan capek gimana?"

"Aku akan menagih ganti ruginya nanti." gurau Rivandra.

"Baiklah, hitung semuanya biar aku bisa membayarnya sekalian dengan terima kasihku." gurau Arsyilla sembari kembali memejamkan matanya. Sesekali menggeser duduknya agar nyaman bersandar di Rivandra. Satu hal yang tidak akan pernah terjadi saat mereka kembali ke Jakarta.

Rivandra mempermainkan ponsel pribadinya. Hanya ada nomor Arsyilla di sana. Tentu saja dengan ratusan foto saat mereka sedang berada di Yogya. Rivandra sengaja membeli ponsel dengan keluaran terbaru yang spek fotonya terlihat sangat jelas meski tidak memakai filter.

Sekitar setengah jam berlalu, tanpa sadar Rivandra mencium puncak kepala Arsyilla yang tengah bersandar di bahunya.

'Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Tapi yang aku tahu, saat ini aku bahagia, Syilla. Andaikan saja waktu bisa berhenti sedikit lebih lama. Andai saja sikon ini selalu aku rasakan saat aku lelah setelah seharian bekerja. Aku akan sangat bahagia sekali. Apa Tuhanku atau Tuhanmu tidak ada yang bisa menjawab doaku?' batin Rivandra.

Arsyilla membuka matanya tapi tidak menggerakkan tubuhnya. Arsyilla takut Rivandra merasa malu karena sudah ketahuan mencium kepala Arsyilla.

'Andai saja sikap Kak Rivan selama di Yogya sama dengan sikap Pak Rivandra saat di kantor. Pasti aku akan dengan mudah menyayangi Kak Rivan tanpa harus di jodoh-jodohkan oleh Shayna. Aahhh,, apa sih pikiranku ini! Kak Rivan kan sudah mempunyai tunangan.'

Arsyilla bangun dari tidurnya, sejenak tersenyum pada Rivandra yang pura-pura memijat bahunya sebelum akhirnya tertawa pada Arsyilla. Lalu Arsyilla merapikan baju Rivandra yang terlihat kusut karena ulahnya.

"Kita sudah hampir sampai, Kak. Di depan sana, itu rumahku." kata Arsyilla senang.

Rivandra celingukan melihat bangunan sebuah rumah minimalis yang terdapat beberapa anak sedang bermain kelereng. Alis Rivandra berkerut saat melihat papan nama yang terdapat di atas pagar rumah itu.

'Panti asuhan?' tanya Rivandra dalam hati. Lalu teringat pembicaraan Shayna dan Arsyilla saat mereka sedang berada di kantornya dulu. Rivandra hanya tersenyum getir.

'Syilla benar-benar tinggal di panti asuhan selama ini? Shayna pasti akan sangat marah padaku kalau tahu ternyata aku lebih mengenal sahabatnya bahkan tahu dimana Syilla tinggal selama ini.' batin Rivandra sambil turun lebih dulu untuk menurunkan koper Arsyilla dan tas ranselnya dari bagasi.

"Ini ongkosnya, Pak." kata Arsyilla saat hendak turun dari mobil.

"Sudah di bayar mas pacarnya mbak. Sekalian untuk menjemput mbak dan mas besok pagi." jawab Pak supir sumringah.

Tentu saja sumringah, uang yang di berikan Rivandra lebih dari cukup. Bahkan bisa untuk ongkos dua sampai tiga kali bolak balik dari kota ke desa Arsyilla.

"Sampai besok? Pak supir tidur dimana?"

"Aku punya saudara di sekitar desa ini mbak. Tenang saja."

"Terima kasih, Pak."

Arsyilla turun dari mobil dan memegang kopernya. Memukul lengan Rivandra dengan pelan saat mobil sudah melaju meninggalkan mereka.

"Kenapa memukulku?" tanya Rivandra tidak mengerti.

"Kenapa Kak Rivan yang membayar ongkos mobilnya? Kan ini rumahku."

"Lalu? Ingat ya, kita sudah sepakat kalau aku yang akan membayar semua akomodasi kita selama di Yogya. Dan sepertinya, rumahmu masih ada di Yogya meskipun di daerah terpencil." protes Rivandra.

Arsyilla tertawa lirih, "Apa harus selalu di tekankan daerah terpencilnya?"

"Bukannya kamu yang mengajariku?"

"Iihhh,, Kak Rivan resek deh. Ayo masuk!" ajak Arsyilla senang.

"Ooohh sudah pulang. Apa itu berarti kamu sudah siap untuk menikah denganku?" sindir Lek Bagong sambil menyeringai.

Arsyilla mundur beberapa langkah saat Lek Bagong menghadang Arsyilla dan Rivandra.

Arsyilla bahkan dengan sengaja menggandeng tangan Rivandra yang kaget. Melihat Arsyilla yang ketakutan dengan orang dekil di depannya.

"Siapa dia? Pacarmu? Atau suamimu? Apa kamu sudah menceritakan padanya tentang..."

"Bagong, hentikan!! Pergi dari rumahku!!" hardik Bu Kinasih yang sudah berada di depan rumah mereka.

"Ahh,, kamu itu selalu saja menggangu kemesraan kami!" bentak Bagong sembari pergi meninggalkan rumah Arsyilla dan sempet-sempetnya hendak menyentuh wajah Arsyilla kalau Rivandra tidak dengan cepat menarik Arsyilla ke dekapannya.

Bu Kinasih tersenyum penuh terima kasih pada Rivandra. Lalu mendekat ke arah Arsyilla.

"Masuklah. Ajak temanmu masuk untuk makan siang." sapa Bu Kinasih.

Arsyilla menggandeng lengan Bu Kinasih, "Ibu, kenalkan ini Kak Rivan. Kak Rivan ini bos,,"

"Saya Rivan, Bu. Teman kerja, Syilla." potong Rivandra cepat sambil menyalami Bu Kinasih.

"Saya, Kinasih. Panggil saja Bu Asih."

Rivandra mengangguk-angguk setuju. "Baik, Bu Asih. Terima kasih."

"Silahkan masuk, Mas Rivan."

"Mari, Kak."

Rivandra menjauhkan koper Arsyilla saat Arsyilla hendak membawanya. "Pergilah lebih dulu, aku bisa membawakannya. Aku tahu kamu sangat merindukan Bu Asih." jawab Rivandra pelan, membuat Arsyilla tersenyum penuh terima kasih.

"Simpan untuk nanti!" seru Rivandra mengingatkan saat Arsyilla hendak mengucapkan terima kasih.

"Baiklah." jawab Arsyilla sambil tertawa.

"Apa kalian lebih memilih ngobrol di tengah jalan ketimbang masuk ke rumah?" goda Bu Kinasih.

"Masuk, Bu." jawab keduanya keki.

Arsyilla berlari kecil untuk mengejar langkah Bu Kinasih. Lalu kembali menggandeng lengan Bu Kinasih dengan manja. Sesekali bergelayutan di pundak Bu Kinasih sampai Bu Kinasih tertawa.

"Maafkan Syilla, Mas Rivan. Pasti sepanjang perjalanan, Syilla sudah merepotkan Mas Rivan."

"Tidak merepotkan sama sekali, Bu. Syilla sudah terlalu mandiri untuk sekedar merepotkan orang lain." jawab Rivandra kagum.

"Wah, kalau soal mandiri. Jangan ditanya, Mas. Sudah sedari kecil, Syilla mandiri. Silahkan duduk, Mas Rivan." kata Bu Kinasih. "Mas Rivan mau minum apa? Teh atau kopi?" tanya Bu Kinasih.

"Sudah, ibu duduk temani Mas Rivan saja." kata Arsyilla sambil mendudukkan Bu Kinasih di kursi meja makan. "Biar aku yang membuatkan kopi untuk Mas Rivan." kata Arsyilla. Tersenyum lucu saat Rivandra kaget Arsyilla memanggil dengan sebutan Mas seperti Bu Kinasih.

1
budak jambi
harta tidak akn di bawa mati tuan danie..jgn egois jd ortu pikir kn perasaan ank biar kn mereka milih jln hidup mereka
Davi 04
cerita bagus
Nurul Widyastutik: terima kasih kak
total 1 replies
Sumar Tono
Luar biasa
Nurul Widyastutik: terima kasih🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!