NovelToon NovelToon
Memori Pena

Memori Pena

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Teen School/College / Bad Boy / Slice of Life / Idola sekolah
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kepik Senja

Sebuah pulpen langganan dipinjam Faiq kini tergeletak begitu saja, pemuda yang suka menggodanya, mengusiknya dengan segala cara, ia tidak pernah kehabisan akal untuk mengerjai Vika.

Vika memandanya dengan harap si tukang pinjam pulpen itu akan kembali. Ia memelototi pulpen itu seolah memaksanya membuka mulut untuk memberitahu dimana keberadaan Faiq.
••••••••

Goresan Pena terakhir ini

Kini tinggalah kenangan

Yang pernah kita ukir bersama

Sekarang kau tak tahu dimana

Tak ada secarik balasan untukku

Akankah titik ini titik terakhir

Yang mengakhiri kisah kita?

Kisah kau dan aku


-Vika Oktober 2017



⏭PERHATIAN CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR, BILA ADA KESAMAAN TOKOH MAUPUN TEMPAT, DLL. MERUPAKAN MURNI KETIDAK SENGAJAAN⏮

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kepik Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Escape

silahkan razia typo dan lain-lain, karena pasti akan ada banyak typo kedepannya, silahkan berkomentar.

...|Happy Reading|...

...••★••...

Telinga mendengung dan gigi bergemeletuk seperti akan lepas satu persatu. Entah sudah berapa anak tangga yang Vika dan Faiq lalui sambil berguling seperti Teletubbies. Ini tidak lucu sama sekali.

Vika pernah merasakan rasanya tenggelam. Penglihatan yang buram, nafas sesak, dan tekanan begitu berat menyeruak ke dalam telinganya, itu menakutkan dan kini Faiq merasakan hal yang mirip.

Mereka nyaris tak melihat apa-apa untuk beberapa waktu padahal keduanya sadar dan tengah membuka mata lebar-lebar, untuk memastikannya gadis itu mengerjap beberapa kali sampai kini akhirnya menyadari bahwa dirinya sedang bertelungkup di ujung anak tangga entah lantai berapa sekarang. Dalam keadaan setengah tuli dan seperti rabun senja, gadis itu beranjak bangun ketika melihat tubuh Faiq terkulai di bawah sana.

Vika mesti mengesot susah payah untuk mendekat dan melihat keadaan pria itu.

Dia tak bergerak. Darah mengalir dari kepala dan hidungnya, membasahi anak tangga menjadi merah. Satu sisi lehernya seperti tergores benda tajam dan itu mengeluarkan darah yang tak sedikit, apa karena itu dia langsung terjatuh saat berusaha menjaga keseimbangan Vika agar tak terjatuh duluan?

Dalam keadaan mati rasa, gadis itu digendong oleh seseorang entah siapa. Vika tak dapat melihat dengan jelas, ia sudah seperti ayam ketika matahari tenggelam, sementara Faiq digotong oleh beberapa pria. Vika bahkan tak sadar kalau mereka kini tengah dikerubungi oleh banyak orang. Pikirannya kosong, penglihatannya tak mau bekerja sama untuk menyadarkannya di posisi apa saat ini. Indra peraba dan penciuman gadis itu seakan kehilangan fungsi untuk sesaat, ia bahkan tak bisa merasakan lututnya yang bergetar hebat.

Seseorang yang menggendong tubuh ringkih Vika menaruhnya pada sebuah bangkar, pintu ambulan mengayun terbuka dan dia langsung disambut oleh para perawat yang ada di dalam sana. Seketika kesadaran gadis itu berkumpul seutuhnya, linglung yang sempat ia rasakan menghilang entah kemana ketika melihat tubuh Faiq hampir dimasukan ke dalam ambulan yang satunya.

Vika langsung meloncat bangun ketika ia rasa kakinya seperti pengkor, dirinya terjatuh di aspal yang pekat tangannya mencengkram kedua paha kuat-kuat.

"Kak Faiq?"

Kenapa di sini begitu sesak? Apa hanya Vika yang merasa seperti itu?

Begitu melihat tubuh Faiq yang terbaring kaku di bangkar yang tak kunjung didorong masuk ke dalam mobil ambulan, tubuh Vika seakan terluka lebih parah dari luka yang ia diderita. Mata Faiq masih terpejam sangat damai sampai-sampai membuat Vika ketakutan. Luka-lukanya begitu basah bahkan darah merah pekat itu menetes ke aspal. Jantung Vika berdegup kencang. Tangannya gemetar saat ia berusaha berdiri, ada dua tangan besar di pundaknya tangan-tangan itu membantu Vika mencapai Faiq.

Cio sesenggukan persis seperti orang yang mengidap asma di sisi bangkar Faiq. Vika menjatuhkan wajahnya ke dada Faiq yang terdapat noda darah. Tubuhnya dingin. Setetes air mata jatuh kemudian disusul yang lain, tak lama namun itu cukup membuat kausnya yang basah akan darah kini lebih basah berkat air mata gadis yang ia cinta. Wajah Vika panas, kepalanya sangat berat hingga terasa seperti akan pecah beberapa detik lagi dan bibir gadis itu hanya mampu mengeluarkan isakkan. Pikirannya dipenuhi oleh 'Apa tidak cukup jika hanya Eyang, Kak Alam, dan Kakek? Apa harus Kak Faiq juga?'

Ia dapat rasakan tangan besar tadi mengusap bahunya lembut, lalu suara ayah Cio yang serak terdengar amat jelas pada gendang telinganya, "Sudah cukup.Bawa pemuda itu ke rumah sakit!"

Aku menarik tangan ayah Cio penuh harap, dengan suara bergetar dan tubuh berguncang hebat, gadis yang biasanya selalu mandiri itu memohon seperti anak berumur lima tahun, "Kak Faiq ... Kak Faiq b-bisa selamatkan? Pasti-bisa-iya,'kan?"

Ayah Cio melepaskan tangannya dengan gerakan pelan. Dia menatap ambulan yang telah membawa Faiq pergi, "Aku tidak tahu Vika, kita berdoa saja yang terbaik untuk temanmu itu. Sekarang naiklah ke mobil ambulan lukamu sendiri sangat parah."

Vika dibawa ke dalam mobil ambulan, para perawat itu langsung mengerubunginya seperti semut, mereka melilitkan kakinya dengan kain kasa, sedangkan pasien itu hanya diam mematung. Ia bahkan tak merasakan apapun semua terasa kebas tak ada rasa sakit sedikitpun saat para perawat itu memberikan pertolongan pertama, pikirannya terlalu kalut pada kondisi Faiq. Bahkan Vika tak sadar jika ambulan yang membawanya sudah sampai di rumah sakit.

 Dokter dan perawatnya sibuk mengobati Vika saat sudah dibawa ke ruang IGD, tak satupun Vika lihat ada bangkar berisi Faiq di sini, "Dok, pasien yang datang sebelum saya dimana?"

"Mungkin sudah dibawa ke ruang operasi dari luar kelihatan sekali kondisinya sangat parah."

"Saya mau bertemu dia, Dok!"

"Tapi kaki anda belum pulih, sebentar saya carikan kursi roda."

"Tidak perlu Dok, saya pakai kruk saja." ucap Vika ketika melihat ada satu buah kruk di dekat pintu, Dokter itu langsung mengambilkan kruk yang ia maksud dan membantu Vika turun dari bangkar, seorang perawat menemaninya menuju ruang Operasi dimana nama Faiq tersemat di papan informasi.

"Masih belum selesai, lebih baik Kakak tunggu di sini!" Vika mengangguk, ia tak mengalihkan perhatian pada lampu yang ada di atas pintu ruang operasi.

Vika terus berjalan walau kesusahan, mengabaikan perawat yang menyuruhnya berjalan perlahan. Dada gadis itu sesak semakin jarak antara dirinya dan ruang operasi terkikis. Vika berhenti saat di depan ruang operasi mendadak nyalinya ciut, ia takut melihat Faiq. Perawat yang menemaninya sedari tadi langsung membantunya duduk di kursi tunggu. "Sus, apa orang tuanya sudah dihubungi?"

"Kamu sudah menghubungi Nyonya Sekar Kak." Vika terdiam beberapa saat, ia ingat kini berada di rumah sakit Atmaja. Rumah sakit yang kelak akan Faiq pegang seluruh kendalinya. "Ada yang perlu saya bantu lagi Kak?" Vika menggeleng pelan, lagi pula satu-satunya yang bisa membantu Vika adalah Tuhannya. Gadis itu berhadap dan memohon agar pemuda yang tengah menjalani operasi itu segera sehat dan membuka matanya kembali. "Kalau begitu saya permisi."

Vika melirik sekilas ke arah suster yang mulai mengundurkan diri. Ia menunduk dan menangkupkan tangan pada wajahnya. Sungguh berat sekali beban yang Vika tanggung, mental dan hatinya tak baik-baik saja karena kondisi saat ini.

***

Vika memakai gaun protektif pembesuk dibantu oleh suster, sementara Ibu Sekar pingsan setelah mendengar kabar buruk yang dokter katakan. Wanita pemilik rumah sakit itu sedang ditangani di ruang rawat karena shock dengan keadaan Faiq yang sangat parah.

Gadis dengan kondisi psikis yang tak kalah jauh dari Bu Sekar itu memaksakan kakinya untuk berjalan ke dalam ruangan ICU. Pemuda yang telah menyelamatkan hidupnya itu sudah dipindahkan kesana beberapa menit yang lalu. Ia tak percaya melihat badan yang tegap itu terbaring dengan banyak kabel menempel pada tubuhnya, perban melekat erat di kepalanya bahkan lehernya dipeluk oleh Cervical collar, selang infus dan selang ventilator juga tak luput dari perhatiannya. Apa ini? Kak Faiq keritis?

Aku menggeleng berulang kali, pipinya panas ketika merasakan zat cair yang penuh akan hormon prolaktin, leucine enkephalin, dan adrenokortikotropik menerpa wajah gadis itu tetes demi tetes yang tak bisa ia bendung. Kakinya melangkah perlahan menuju bangkar. Perawat yang standby menjaga Faiq keluar, ia membiarkan Vika berdua dengan Faiq di ruang ICU dengan segala emosi yang berkecamuk ini.

Vika menggenggam tangan kekar yang tersambung dengan selang infus. "Kak, bisakah kau ... bangun ... aku mohon, pasti—bisa—iya, 'kan?"

Ia menjatuhkan wajah sembabnya tepat di sebelah tangan kekar yang terinfus, tangannya yang ringkih masih menaut tangan kekar itu. Tubuhnya dingin, pusing mendera kepalanya dengan semua kejadian yang baru saja ia alami berputar seperti kaset rusak. Teriakan pemuda itu saat memanggil nama Vika di lorong sekolah, kebiasaannya menepuk puncak kepalanya. "Kak aku sangat bodoh iya 'kan? K-kau bohong kepadaku k-kau bilang aku Wonder Woman tapi apa ini? A-aku tak bisa menyelamatkanmu." Vika menangis kejer untuk beberapa waktu, kemudian perawat yang memintanya keluar.

Vika sudah terlalu lama di dalam, Tante Sekar kini berada di luar beliau sesenggukan dalam pelukan Aries. Aku hanya bisa mengumamkan kata maaf sambil memeluknya. Wanita setengah baya itu memeluk ku bersama Aries. Zaki yang baru saja datang langsung menyerbu kami, kami berempat berpelukan bersama berbagi rasa pedih ini.

Seorang dengan pakaian serba putih mendekat ke arah mereka, pria itu yang telah memimpin jalannya operasi Faiq tadi. Mungkin dia kemari untuk mengatakan secara langsung kondisi putra pemilik rumah sakit. "Permisi Nyonya Sekar, saya Dokter yang menangani pasien, sepertinya pasien akan mengalami koma jika dalam dua puluh empat jam ini tak kunjung sadar."

Kedatangan Dokter itu membuat perasaan mereka tambah kacau, koma? Yang benar saja Faiq koma? Vika tidak sanggup mendengar kabar ini, gadis itu ingin kabur, pergi sejauh-jauhnya atau mungkin mati, kehadirannya hanya membawa malapetaka.

...•••...

...*...

...*...

...*...

...TBC...

...Thanks for Reading 💙🌻...

...Jangan lupa like dan komen ya🫶...

...Luv You All💙🌻...

^^^🐞Kepik senja^^^

1
Nunuy
menurutku karyamu bagus thor..tp kenapa sepi 🤔
Kepik Senja: Hai kak, terimakasih ya udah baca, mungkin sepi karena aku baru di Noveltoon dan di lapak orange aku udah lama hiatus nulis 😅
total 1 replies
Shame
semangat thor
Kepik Senja: Oh ya, aku ada buat chat story judulnya "Forget me not" barang kali kamu mau mampir 😸
Kepik Senja: terima kasih 🤍
total 2 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Nggak bosan-bosan deh baca karyamu thor, semoga semakin sukses! ❤️
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Kepik Senja: Oh ya, aku ada buat chat story judulnya "Forget me not" barang kali kamu mau mampir 😸
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!