Suatu tragedi buruk menyebabkan Adinda mengandung anak majikannya.
Adinda Zilvanya Kanzu, seorang gadis kampung yang demi memenuhi semua kebutuhan hidupnya dan juga sang ayah, mengharuskan ia harus bekerja di ibu kota. Namun siapa sangka, pekerjaan di kota yang begitu ia dambakan dapat memberikan nasib hidup yang lebih baik, tetapi malah justru mengantarkannya pada suatu malam yang sangat kelam.
Akibat dari malam yang kelam itu, Adinda harus kehilangan kesuciannya akibat dari ketidaksadaran majikannya sendiri, dan menyebabkan ia harus mengandung anak dari majikannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang Ke Rumah
Selamat Membaca
🌿🌿🌿🌿🌿
" Sebelum tuan ingin melanjutkan keinginan tuan pada putri saya, saya ingin menanyakan sesuatu, bukankah anda adalah suami dari keponakan saya Sintia, bagaimana bisa anda ingin menikahi putri saya Adinda, sementara tuan masih menjadi suami dari keponakan saya Sintia? ". Tanya pak Budi langsung pada intinya.
Deg..... sebuah dentuman yang agak besar telah menghantam dada Adinda.
Adinda terlupa akan hal itu, senyum bahagia yang tadi sempat terpancar dari wajahnya, kini telah memudar secara tiba - tiba. Seharusnya dirinya sadar dari awal jika tuannya ini adalah suami dari kakaknya.
Al pun baru tersadar jika dirinya masih belum mengatakan jika ia dan Sintia sudah bercerai.
Akibat dari kabar bahagia dari ditemukannya Adinda dan juga lahirnya kedua putranya membuat jadi lupa mengatakan jika dirinya dan juga Sintia telah resmi bercerai.
" Saya lupa mengatakan pada kalian semua, jika saya dengan Sintia sudah bercerai ". Sahut Al.
Semua orang yang ada di ruangan itu sangat terkejut. Jadi tuan Al sudah bercerai dengan Sintia.
" Iya benar, saya dengan Sintia sudah resmi bercerai, semenjak saya tahu Sintia sudah berbohong, saat itu juga saya sudah memutuskan untuk menceraikannya ". Ujar Al menjelaskan.
Setelah menjelaskan itu semua, tidak berselang lama Al pun langsung mengarahkan pandangannya pada Adinda, entah apa yang ingin ia lakukan, tatapan nya sungguh tidak biasa.
Adinda yang merasa di tatap seperti itu pun menjadi tak nyaman, dan sedikit merasa takut.
" Dan untukmu Adinda, sebenarnya ada satu hal yang ingin aku tanyakan padamu, dan tolong jawab ini dengan jujur ". Lanjut Al lagi.
Adinda menelan ludah nya begitu kelat.
" Kenapa kamu tidak jujur padaku jika memang benar kamulah wanita di malam itu, dan kamu membiarkan Sintia mengaku - ngaku jika kalung itu adalah miliknya, padahal kalung itu adalah milikmu kan, katakan Adinda! ". Ujar Al dengan pernyataan yang begitu mengintimidasi.
Adinda terdiam, la tidak tahu harus menjawab apa, haruskah ia mengatakan pada tuannya jika dirinya selama ini telah diancam oleh kakaknya sendiri, tapi jika ia mengatakan semuanya bukan tidak mungkin jika tuan Al nya akan membalas kakak sepupunya itu, tidak, ini tidak boleh terjadi, Adinda tidak ingin adanya pembalasan dendam.
" Kenapa kamu diam Adinda?, jawab pertanyaan ku! ". Perintah Al.
Adinda sangat takut melihat tatapan tuan Al nya, hingga dia pun menunduk.
Melihat Adinda yang terlihat ketakutan membuat Al tersadar jika dirinya sudah melakukan kesalahan.
" Ma, maafkan aku Adinda, aku, aku tidak bermaksud seperti itu, hanya saja aku sedikit kesal karena kamu tidak jujur padaku ". Seru Al yang merasa bersalah.
" Tidak apa - apa jika kamu tidak mau menjawab nya ". Imbuh Al lagi.
Pak Budi yang melihat putrinya merasa kasihan, tapi harus bagaimana lagi?.
" Sampai kapan kamu akan terus menutupinya nak?. Batin pak Budi.
Sementara Vita, yang sedari tadi hanya menjadi penonton setia, menatap bingung, tentang pengakuan, kalung, sebenarnya apa yang terjadi.
*****
Rasa sedih dan gelisah masih terus menggelayuti hati seorang wanita paru baya yang masih begitu cantik.
Menunggu dan terus menunggu, entah sampai kapan dirinya harus terus menunggu. Entah bagaimana keadaan cucu - cucunya sekarang.
Masih sangat teringat dalam benak Devina, dimana Al putranya pernah menolong Adinda yang saat itu sedang pingsang, dan dirinya malah memarahi dan menyuruh putranya untuk tidak memperdulikan Adinda, padahal saat itu Adinda sedang mengandung cucu - cucunya.
Hanya penyesalan yang tersisa saat ini, Devina sangat menyesali perbuatannya, andai jika waktu bisa diulang, sudah pasti dirinya akan sangat menjaga dan menyayangi Adinda.
" Maafkan aku, maafkan aku ". Batin Devina, dengan air matanya yang sudah meleleh.
". Ma, mama kenapa menangis? ". Tanya Enriko, karena tiba - tiba dirinya meneteskan air matanya.
" Tidak apa - apa pa, mama hanya sedih saja ". Sahut Devina.
" Mama masih memikirkan cucu - cucu kita? ". Tanya Enriko, dan Devina pun menjawabnya dengan anggukan.
Haahh..... Enriko menghela nafasnya cukup dalam.
Direngkuh nya tubuh sang istri ke dalam dekapannya.
" Tenanglah ma, kita berdoa saja pada Tuhan semoga cucu - cucu kita baik - baik saja ". Seru Enriko yang berusaha menenangkan istrinya.
Jujur saja sebenarnya Enriko merasa sangat kesal dengan putranya, pasalnya putranya itu tidak bisa diandalkan, untuk mengurus perusahaan besar saja putranya sangat pintar tetapi untuk menemukan anak - anaknya sama sekali tidak membuahkan hasil.
" Sebenarnya apa sih yang kamu kerjakan Al, sudah berapa anak buah yang sudah kamu kerahkan, tapi tetap saja sampai saat ini tidak ada hasil apapun ". Batin Enriko kesal.
*****
Waktu terus berlalu, hari - hari menuju kebahagiaan sejati kini masih terus mendekat.
Hari yang di nanti - nantikan pun telah tiba, tanpa terasa sudah satu minggu lamanya Adinda dan juga si kembar telah berada di rumah sakit. Bukan tuan Al namanya jika tidak bisa memberikan
Semua barang dan juga keperluan yang dibutuhkan telah dipersiapkan.
Jujur saja Adinda masih merasa tidak yakin dengan keputusan nya ini. Benarkah dirinya akan tinggal di rumah tuan Al nya?, tapi bagaimana jika nyonya dan tuan utama tidak bisa menerimanya dan juga kedua anaknya?.
" Adinda, kamu ada apa, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu? ". Tanya Al, yang melihat Adinda sedang diam.
" Eh, ti, tidak tuan ". Sahut Adinda kikkuk.
" Kamu masih ragu untuk ikut denganku pulang ke rumah? ". Tanya Al, yang mengerti akan kebingungan Adinda.
Adinda hanya tersenyum kecut mendengar pertanyaan dari tuannya.
" Adinda, sudah, hilangkan rasa takutmu itu, percayalah semuanya akan baik - baik saja ". Seru Al lagi.
" I, iya tuan ". Sahut Adinda pada akhirnya.
Jika Adinda akan ikut bersama Al untuk tinggal di kediamannya, maka beda halnya dengan pak Budi dan juga Vita.
Mereka berdua sudah memutuskan untuk tidak ikut tinggal bersama Adinda, dan lebih memilih untuk tinggal di sebuah perumahan yang sederhana saja, namun masih satu wilayah dengan kediaman Alexander.
Meski awalnya Adinda sangat menolak keras keinginan mereka, namun pada akhirnya Adinda pun juga menyetujui nya, setelah tuan Al nya akan memberikan penjagaan untuk keamanan sang ayah dan juga sahabat terbaiknya itu.
" Ayo, kalau semuanya sudah siap, kita berangkat sekarang ". Seru Al pada semua orang yang ada di ruangan rawat Adinda.
Akhirnya mereka semua pun sudah berbondong - bondong menuju tempat tujuan mereka.
Tak lupa pastinya si kembar baby Aganta dan juga baby Damian, yang berada di box bayi itu sudah siap mengikuti perjalanan. Dan ini adalah perjalanan pertama mereka.
Sedangkan Adinda sudah berada di atas kursi roda, meski kondisi dirinya sudah pulih dan lebih baik, namun tetap saja Al tidak ingin Adinda kelelahan karena berjalan.
akhirnya kebahagiaan yang di nanti - nantikan akan segera terwujud.
*****
Sore hari yang hangat begitu menyelimuti indahnya kota Jakarta. Berbagai rentetan kendaraan bermesin terlihat masih memadati wilayah yang biasa di sebut tanah abang itu.
Sebuah mobil mewah yang berwarna hitam kini sudah nampak menyinggahi kediaman mewah Alexander itu.
Rasa bahagia benar - benar begitu menyelimuti hati pria blasteran itu. Ya, Al sudah tidak sabar lagi ingin mempertemukan Adinda dan juga kedua bayi mungilnya itu pada kedua orang tuanya. Pastilah mereka sangat tidak menyangka akan kejutan yang tak terduga ini.
" Hallo my twins boy, kita sudah sampai di rumah daddy, pasti opa dan oma sangat senang dengan kedatangan kalian hem? ". Seru Al dengan menoel - noel pipi gembul kedua putranya yang sedang asyik terlelap itu.
Jika Al merasa sangat senang, namun tidak hal nya dengan Adinda. Gadis manis yang selalu setia mengenakan hijab itu benar - benar sangat gugup.
" Adinda, kamu kenapa, kamu gugup? ". Tanya Al yang melihat raut tak tenang dari wajah Adinda.
" I, iya tuan, bagaimana kalau nyonya dan tuan utama nanti marah? ". Tanya Adinda cemas.
" Tidak, mama dan papa tidak akan marah, kamu percaya padaku kan? ". Sahut Al yang berusaha menenangkan Adinda.
Dan Adinda pun mengangguk.
Akhirnya sepasang orang tua yang belum terikat suatu pernikahan itu pun telah memasuki kediaman mewah itu.
Pak..... pak..... pak.....
Al melangkah dengan begitu bangganya tanpa mengetahui hal buruk apa yang akan menimpa dirinya.
Sedangkan Adinda dan juga si kembar yang sedang tidur terlelap di box bayinya itu, nampak beriringan berada di belakang Al.
" Hallo ma, pa, I am coming ". Seru Al dengan suara baritonnya.
Devina yang dari awal memang sudah mendengar seperti ada langkah sepatu putranya, akhirnya tanpa berpikir panjang pun langsung bergegas ingin menemuinya. Ia sudah sangat tidak sabar ingin mengacak - ngacak putranya itu.
" Akhirnya kamu datang juga putarku yang paling tampan sedunia ". Seru Devina merasa geram dan.....
Plak..... plak..... plak..... Devina memukul - mukul putranya dengan stik kayu yang sempat ia lihat tadi.
" Aw, sakit ma plak..... ". Seru Al, namun sepertinya seruannya itu tak di hiraukan oleh sang mama.
" Dasar anak nakal tidak tau di untung plak..... setiap hari mama nenelfon mu tapi kamu tidak menjawab - menjawab juga hah plak..... plak..... ". Marah Devina dengan terus memukuli putranya.
" Aw ma plak..... sakit plak..... Al bisa menjelaskan ma plak..... ". Seru Al dengan berusaha menghindari pukulan sang mama.
" Menjelaskan - menjelaskan apa hah plak..... menjelaskan kalau kamu masih terus mencari Adinda dan juga cucu - cucu mama plak..... plak..... ". Sahut Devina dengan terus memukul putranya.
Mendengar seperti ada suara teriakan dan kegaduhan, membuat kedua bayi raja itu menjadi terusik dan sangat terkejut. Hingga akhirnya.....
Oekk..... oekk..... oekk.....
Oekk..... oekk..... oekk.....
Suara tangis sepasang bayi kembar itu telah berhasil mengalihkan kegaduhan yang terjadi.
Oekk..... oekk.... oekk.....
Devina yang mendengar seperti ada suara tangis bayi yang sedang bersahut - sahutan itu langsung menoleh ke arah sumber suara.
Oekk..... oekk..... oekk.....
" Sayang, tup - tup - tup kalian jangan menangis ya, disini ada mama hem ". Seru Adinda yang berusaha menenangkan kedua putranya.
Oekk..... oekk..... oekk.....
Devina begitu tertegun akan apa yang di lihatnya. Sesosok wanita berhijab yang berusaha menenangkan kedua bayi nya.
Ya dialah Adinda dan kedua cucunya yang selama ini begitu Devina nantikan kehadirannya.
Oekk..... oekk..... oekk.....
" Cucu oma ". Seru Devina dan ia pun langsung berhambur mendekat ke arah kedua cucunya.
" Aduh cucu - cucu oma ". Seru Devina kali dengan meneteskan air matanya.
" Aduh sayangnya oma ". Seru Devina lagi kali ini dengan menggendong Aganta.
Aganta yang tadi sempat menangis dengan begitu kencangnya, sekarang menjadi tidak menangis lagi.
Sedangkan Adinda saat ini sedang menggendong Damian.
Kedua bayi mungil itu akhirnya sama - sama berhenti menangis. Mungkin karena mereka sangat senang dengan kehadiran omanya.
" Aduh sayangnya oma, kalian rindu ya dengan oma hem? ". Tanya Devina penuh rasa haru.
Cup..... cup.....
Devina mencium lembut kening kedua cucunya secara bergantian. Sudah tidak bisa digambarkan lagi bagaimana kebahagiaannya saat ini. Akhirnya yang di nanti - nanti kan pun telah hadir.
Hingga kini tatapan wanita paru baya itu beralih pada ibu dari kedua cucunya.
Devina menatap Adinda dengan penuh rasa haru dan juga bersalah. Hingga beberapa detik kemudian, Devina pun langsung memeluk Adinda.
Dengan masih menggendong cucunya, Devina tetap merengkuh tubuh Adinda.
" Maafkan mama sayang, maafkan kesalahan putra mama juga ". Seru Devina dengan meneteskan air matanya kembali.
" Nyo, nyonya, apa yang nyonya lakukan? ". Sahut Adinda yang merasa tak enak hati.
" Ma, maafkan mama ya nak ". Seru Devina lagi kali ini dengan melepas pelukannya.
" Nyonya, kenapa nyonya meminta maaf, nyonya tidak salah apa - apa ". Sahut Adinda lembut.
" Tidak sayang, mama tetap bersalah, dan apa ini, kenapa kamu memanggil mama dengan sebutan nyonya, mama ini mama mertua mu sayang, jangan memanggil mama dengan sebutan nyonya lagi ya ". Sahut Devina.
Deg..... " Apa mama mertua? ". Batin Adinda.
Al yang menyaksikan apa yang ada di depannya pun benar - benar sangat bahagia. Andai saja jika kebahagiaan ini sudah dari dulu ia raih pastilah sudah dari dulu kebahagiaan ini ada.
Dan kini tatapan Devina kembali beralih pada sang putra. Devina pun kembali mendekat pada putranya dan.....
Plak..... plak.....
" Aw, sakit ma ". Seru Al yang kesakitan.
" Dasar anak tidak tahu di untung, beraninya kamu membohongi mama ya? ". Marah Devina.
" Aduh ma, mama ini kenapa sih ma, memang nya kapan Al pernah membohongi mama? ". Sahut Al yang tak terima dirinya dianggap berbohong.
" Ini buktinya apa, Adinda sama cucu - cucu mama datang kesini, tapi kamu tidak pernah memberitahu mama dan papa, dasar anak nakal ". Sahut Devina masih dengan mode marahnya.
" Ya Tuhan ma, Al bukannya bermaksud seperti itu, Al hanya ingin memberi kejutan pada mama dan juga papa ". Sahut Al, karena memang itulah tujuan yang sebenarnya.
" Kejutan - kejutan, kejutan kok membuat orang tua menangis ". Cebik Devina pada putranya.
Meski sebenarnya ia suka dengan alasan putranya yang ingin memberi kejutan, tapi tetap saja menurutnya putranya ini sangatlah nakal.
Bersambung..........
Semoga kalian senang ya, jangan lupa like, komen, dan beri hadiah ya 🙏❤❤❤❤❤
🌿🌿🌿🌿🌿
yg bener" CEO disini adalah David ..dya bisa bermain dengan mengalahkan siapun dengan caranya gak pake ancaman segala. lah yg dikatakan CEO hebat malah sebaliknya ..L E M B E K.
apalagi Al..mending ganti aja pemeran utamanya kalau perlu karakternya. gak cocok.
setelah kejadian ketololannya gw gak ada rasa suka dan simpati lagi sama AL..bukan lagi idola gw.
apapun yg dya lakukan baginya dya adalah pria plin plan yg digambarkan. cinta tulus gak ada hanya ucapan saja dan itu terselip kesalahan masa lalunya. dan gw udah gak mood untuk bacanya jadi gw skip aja😪
yg cwnya juga lembek..gak ada tegas"nya . yg satu labil yg satu lembek.
trus mimpinya dan setelah tau adinda lah yg memperkosanya. bukan kenyataan?
masa hanya vidio dya baru bilang mengetahui kenyataanya. dan lagi apa hubungannya vidio dengan bisa mbuat Al sadar tdk menyakiti istrinya lagi..emng rasa bersalah dan segala maafnya yg mungkin ribuan itu tdk bisa membuatnya gak menyakiti istrinya lagi?
helelehhhh bisa tapi dipaksa gak bisa
kalau cinta ,maka dya akan sadar bahwa dya punya istri. kalau rasa bersalah maka dya sadar bahwa istrinya gak lebih penting dari wanita masa lalu yg dicintainya.
masa gergara vidio baru mau tegas...astagaaa..
knp CEOnya disini yg katanya di gini ,tegas ,berpendirian sama sekali gak ada pd diri Al.😪
bener" dah salah karma. adinda yg gakelakukan apa" malah dikasih karma seperti balasan dari Sintia saat itu dimana Al meninggalkannya.
emng othornya ini gak ada logikanya...masa adinda yang harusembayar perbuatan Al
Lo kan sendiri menciptakan karakter Al sebagai orang sangat penting. Lo sendiri yg ceritain gmn Al memanjakan istri dan anak"nya...dengan diajak jalan" keluar rumah. gak mungkin seorang Al kalau sdh diluar rumah gak lepas darinpasang mata bawa anak lagi. mereka punya.mata yg.melihat kecuali orang "buta".
ya kalliiii gak ada yg ngeh itu anaknya apa kagak, secara mereka mirip ..kan Lo sendiri yg nulis.
masa gergara pernikahan belum sah ..ultah anaknya gak dirayain...
ya kaliiiii undang keluarga aja dirumah buat pesta gak bisa....haduewwww🤦