Aku Mengandung Anak Majikanku
Selamat Membaca
🌹🌹🌹🌹🌹
Langkah drap kaki seorang pria rupawan begitu menjadi pusat perhatian bagi semua orang yang telah menghadiri sebuah acara besar perusahaan yang cukup ternama.
Banyak pasang mata yang begitu menginginkannya saat ini, baik itu untuk bisa bekerja sama dengannya maupun untuk mendapatkan hatinya.
Ya, mereka yang ingin bekerja sama dengannya adalah para kaum pria yang ingin mendapatkan keuntungan besar untuk perusahaannya, sedangkan mereka yang ingin mendapatkan hatinya adalah para wanita yang begitu ingin dan berambisi untuk menjadi istrinya. Bahkan banyak dari mereka yang rela jika harus bermalam dengannya, namun sayang pria ini adalah sosok pria dingin yang tidak mudah untuk di luluhkan oleh seorang wanita.
" Selamat datang tuan Al, Terima kasih karena tuan mau menyempatkan diri untuk datang ke acara ulang tahun perusahaan saya ". Ucap Hendri ramah sambil mengulurkan tangannya pada Al.
" Sama - sama tuan ". Jawab Al singkat.
" Ya sudah kalau begitu, mari tuan, silahkan tuan menikmati jamuan yang sudah kami hidangkan ". Lanjut Hendri lagi dengan ramah.
" Terima kasih tuan ". Jawab Al lagi singkat.
Ya, pria tampan itu adalah Alexander Gerald Georgino, seorang CEO ternama pemilik perusahaan G. Group, yang sudah memiliki cabang perusahaan yang sudah tersebar ke seluruh negeri.
Pria blasteran Indonesia - Inggris itu memang terkenal dengan sosoknya yang dingin dan sedikit bicara, jadi wajar saja jika begitu banyak dari kalangan kaum hawa yang begitu penasaran dengannya bahkan begitu menggilai nya.
Tubuh tinggi nan gagah, wajah yang begitu tampan, berkarisma, cerdas, dan kaya raya adalah suatu kelebihan yang membuatnya nyaris sempurna sebagai seorang laki - laki. Sehingga dari kelebihan itulah banyak lawan bisnisnya yang begitu ingin menjatuhkannya bahkan mereka tidak segan - segan untuk mencari kesempatan untuk membuat image nya menjadi buruk.
Namun semua usaha mereka selalu gagal, karena orang - orang kepercayaan Al selalu dapat diandalkan.
" Permisi tuan, ini minumannya, semoga anda suka ". Ucap salah seorang pelayan pria yang menggunakan kemeja putih itu dengan meletakkan minuman khusus tamu di meja Al.
" Terima kasih ". Ucap Al.
Al yang pada saat itu memang merasa sangat haus pun langsung meminum minuman yang diberikan oleh pelayan itu. Ia meminumnya hingga tandas tak tersisa.
Di sudut ruangan lain, seorang pria yang berdiri agak jauh dari tempat Al duduk tersenyum dengan puas. Pria itu merasa rencananya sudah berjalan sesuai dengan yang diinginkan nya, bagaimana tidak sudah berkali - kali dirinya melakukan cara untuk menjebak lawan bisnisnya itu namun nyatanya selalu saja gagal karena campur tangan dari asisten lawannya itu.
Tapi kali ini tidak lagi, Al yang saat ini sedang tidak di dampingi oleh asistennya yang bernama Andrew Choi itu benar - benar telah di manfaatkan oleh musuh yang telah mengincarnya.
Pada saat Al meminum minuman yang diberikan oleh pelayan pria tadi, ia merasa ada yang aneh dengan minumannya entah kenapa rasanya tidak seperti minuman pada biasanya.
" Ada apa dengan minuman ini, kenapa rasanya aneh ". Gumam Al setelah menghabiskan minuman itu.
Sambutan demi sambutan pun telah dilakukan oleh sang tuan rumah, hingga sudah sekitar tiga puluh menit lamanya Al merasa ada yang aneh dengan tubuhnya. Tubuhnya menjadi terasa panas dan sangat tidak nyaman.
Kucuran keringat kini sudah mulai hampir memenuhi bagian tubuhnya. Raut wajahnya pun saat ini terlihat sedikit berubah akibat dari dirinya yang sedang berusaha menahan gejolak tubuh yang sulit untuk ia kendalikan.
" Sial, siapa yang sudah berani bermain - main denganku ". Gumamnya dengan rasa kesal.
" Sial, seseorang sudah memberi obat perangsang di minumanku, aku harus pergi dari tempat ini ". lanjut Al lagi.
Dan Al pun langsung bergegas ingin keluar dari tempat acara itu, namu tiba - tiba seseorang datang dengan di dampingi wanita cantik dan berpenampilan terbuka, menghentikan langkahnya.
" Apa kabar tuan Al, senang bisa bertemu dengan anda ". Ucap Viko pada Al dengan mengulurkan tangannya hendak bersalaman pada Al.
" Apa kabar tuan ". Jawab Al dengan tetap bersikap tenang dan menyaut uluran tangan dari Viko.
Pada saat mereka berjabat tangan dapat dirasakan oleh Viko, jika telapak tangan Al begitu sangat berkeringat, dan hal itu membuat Viko tersenyum puas karena dirinya telah berhasil menjebak seorang Alexander.
Ya, orang yang telah memberi obat perangsang pada Al adalah Viko, lawan bisnis Al yang masih belum Al ketahui belangnya. Al yang merasa gejolak di dalam tubuhnya begitu menggebu - gebu benar - benar membuat dirinya ingin segera keluar dari tempat yang menurutnya terkutuk itu.
Namun Viko yang memiliki rencana buruk pada Al, benar - benar telah mempersulit Al untuk pergi. Viko yang ingin Al melakukan kegilaan yang dapat menjatuhkan imagenya pun telah menyuruh sang sekretaris untuk melanjutkan aksinya, yaitu menggoda Al.
" Selamat malam tuan Al, senang bisa bertemu dengan anda ". Ucap Siska sekretaris Viko dengan suara yang dibuat sedikit menggoda.
" Selamat malam ". Jawab Al singkat.
" Tuan Al, tuan hendak kemana, bukankah acaranya masih lama selesainya, lebih baik kita menikmati acaranya dulu tuan, saya yakin setelah ini pasti acaranya akan semakin seru ". Ucap Siska dengan memegang dan sedikit meraba bahu hingga lengan Al.
Al yang mendapatkan perlakuan seperti itupun benar - benar semakin tidak nyaman, dirinya saat ini benar - benar ingin menyalurkan dan menuntaskan gejolak dalam tubuhnya. Namun hal itu tidak mungkin ia lakukan di tempat seperti ini, karena itu akan sangat merusak nama baiknya.
" Kalau begitu saya permisi dulu ". Ucap Al pada mereka dengan berusaha melangkah.
" Tuan Al, anda hendak kemana disinilah dulu tuan, ada beberapa hal yang cukup penting seputar bisnis yang ingin kami bicarakan sebenarnya dengan dengan anda tuan ". Ucap Viko dengan berusaha menahan agar Al tidak pergi.
" Benar tuan, orang seperti anda adalah orang yang sangat di hormati oleh banyak orang, apakah tidak sebaiknya jika anda juga berusaha untuk meluangkan sedikit waktu anda untuk kami tuan sebagai orang yang sangat menghormati anda ". Ucap Siska pada Al yang berusaha menjerat Al dengan kalimatnya.
Al sudah benar - benar sangat muak dengan situasi ini, hasrat dalam dirinya sudah tidak bisa ia bendung lagi. Ingin sekali rasanya ia menendang kedua makhluk ini hingga ke laut Cina, tapi tidak mungkin ia lakukan.
Tanpa memperdulikan keberadaan mereka berdua lagi, Al langsung menerobos mereka dan melangkah dengan tergesa-gesa menuju mobilnya.
" Sial, br*ngs*k ". Umpat Viko kesal karena Al sudah berhasil pergi.
*****
Di dalam mobil kondisi Al sudah tidak karuan lagi saat ini, jas mahal yang sudah ia kenakan dengan rapi kini sudah tergeletak mengenaskan karena ulahnya sendiri.
Beberapa kancing di kemejanya pun telah terhempas tidak jauh berbeda dengan nasib jasnya. Al benar - benar merasa jika dirinya saat ini sudah benar - benar gila.
Al mengendarai mobil mewahnya itu dengan kecepatan tinggi, dengan tujuan agar dirinya cepat sampai di rumah dan mengguyur tubuhnya dengan air karena hanya itulah satu - satunya cara untuk menuntaskan hasratnya.
Sekitar hampir lima belas menit lamanya Al pun, telah sampai di kediamannya. Namun kali ini ada yang terlihat berbeda dari rumahnya, mengapa tiba - tiba rumahnya gelap gulita, bukankah tempat tinggalnya itu memiliki sistem penerangan yang sangat baik, bahkan lebih baik dari sistem penerangan di konser musik sekalipun.
Tapi sekarang bukanlah saatnya dirinya memikirkan hal itu, yang lebih penting yang harus ia lakukan adalah menuntaskan gejolak tubuh yang sedari tadi sudah meronta - ronta ingin di keluarkan.
Dengan terus melangkah, Al menuju kamarnya, tetapi tiba - tiba saja kepalanya terasa agak pusing, dan hal itu mengharuskannya menghentikan langkahnya menuju kamar.
" Aakkhh..... sial, ada apa dengan kepalaku, kenapa jadi pusing begini, merepotkan saja ". Umpat Al kesal.
Al mendesah tidak kuat karena harus terus menahan. Sudah tidak bisa digambarkan lagi bagaimana tersiksanya tubuhnya saat ini. Hingga ******* suaranya itupun berhasil menarik perhatian Adinda, salah satu ART nya, dan datang menghampirinya.
" Tuan Al, tuan kenapa apa yang terjadi pada tuan? ". Tanya Adinda cemas.
" Jangan mendekat, aakkhh..... menghindar dariku ". Bentak Al.
Bukannya merasa takut Adinda malah tetap di tempat dan ingin menolong tuannya.
" Tidak tuan, sepertinya saat ini anda sedang tidak baik - baik saja, anda sedang sakit tuan ". Jawab Adinda dengan nada khawatir.
" Sudah aku katakan jangan mendekat, atau aku tidak bisa menahan diriku ". Sergahnya lagi dengan berusaha menahan gejolak dalam tubuhnya.
Namun sepertinya kalimat tuannya itu tidak di hiraukan oleh Adinda. Dia yang notabene nya adalah orang yang memiliki sifat penolong tidak berfikir panjang lagi untuk menolong tuannya. Ia tidak tahu bahaya apa yang akan terjadi jika sampai dirinya menolong tuan Al nya itu.
Dengan tanpa aba - aba, Adinda pun berusaha memapah tubuh Al untuk menuju kamarnya. Namun tindakannya itu malah mendapatkan respon yang begitu brutal dan membuat Adinda begitu terkejut.
Al yang memang sudah tidak mampu menahan gejolak di dalam tubuhnya pun benar - benar sudah lepas kendali. Dengan tidak memperdulikan siapa orang yang mencoba menolongnya, Al langsung menarik dan menyeret tubuh Adinda masuk ke kamarnya.
" Aakkhh..... astagfirullah, tuan apa yang tuan lakukan? ". Pekik Adinda yang sudah merasa ketakutan karena tiba - tiba tubuhnya di seret oleh Al.
Dengan tidak menghiraukan Adinda, Al langsung menutup pintunya dengan kencang.
Gedorrr..........
Suara geprakan pintu itupun berhasil menarik perhatian Sintia, yang kalau itu baru selesai meminum air minum di dapur.
" Apa yang terjadi, kenapa gelap - gelap begini ada suara bantingan pintu?, heemm aku harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi ". Gumam Sintia.
Dengan kondisi rumah majikan yang masih gelap gulita, Sintia berjalan dengan mengendap - ngendap hingga sampai di lantai atas.
Namun seketika langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara jeritan seorang wanita yang sedang memohon untuk dilepaskan di kamar tuan mudanya.
Dengan tanpa aba - aba Al langsung melepas semua helaian benang yang melekat di tubuh Adinda termasuk penutup kepalanya yang Adinda gunakan untuk menutupi rambut indahnya.
" Tuan hiks..... saya mohon tuan hiks..... jangan lakukan ini hiks..... saya mohon tuan ". Mohon Adinda kepada Al dengan tangisan yang begitu memilukan, yang akan menyayat hati siapapun yang mendengarnya.
" Tuan hiks..... tolong jangan lakukan ini hiks hiks..... kasihanilah saya tuan hiks hiks..... ". Seru tangisnya dengan segala ketidak berdayaannya.
Al yang sudah tenggelam dalam kabut ***** itupun sudah benar - benar tuli akan permohonan Adinda yang ingin dilepaskan.
Hingga sekarang tubuh mereka telah sama - sama tanpa helaian benang. Adinda terus menangis, memohon, dan memberontak, tapi apalah daya tubuh kecilnya tidak bisa mencegah setiap sergahan dari Al, hingga Adinda telah kehabisan tenaganya.
Dengan tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu, Al langsung melakukan penyatuan nya dengan Adinda.
" Aakkhh..... ". Pekik Adinda kala Al telah berhasil menerobos pertahanannya.
Sakit..... Hancur..... itulah yang dirasakan oleh Adinda saat ini.
Tidak ada lagi hal yang bisa ia banggakan sebagai seorang gadis. Mahkota yang selama ini Adinda jaga untuk ia berikan pada suaminya kelak kini sudah ternodai.
Adinda hanya bisa menangis menerima nasib malangnya saat ini. Dirinya tidak menyangka di usianya yang baru saja menginjak usia delapan belas tahun harus kehilangan keperawanannya dengan cara yang memilukan seperti ini.
Sudah tidak bisa digambarkan lagi bagaimana penderitaannya saat ini. Tubuhnya teramat sangat sakit, dan hatinya pun jauh lebih sakit lagi.
Sintia yang sedari tadi berada di balik pintu kamar tuan Al nya, membekap mulutnya tak percaya, ia membelalakkan bola matanya kala mendengar suara jeritan wanita yang sangat tidak asing ditelinga nya.
" Suara itu, suara itu, astaga ya Tuhan, wa wanita di dalam sana A Adinda, astaga aku tidak percaya ini, astaga, lama lama aku bisa mati berdiri kalau tetap berada disini ". Gumam Sintia shock dengan kedua kakinya yang sudah gemetar. Dan diapun memilih pergi dari tempat itu.
*****
Adinda terbangun dari tidurnya, tubuhnya masih terasa sakit. Dia mencoba mengingat kejadian apa yang telah dialaminya, apakah yang terjadi semalam adalah mimpi.
Adinda mencoba menelisik ke setiap sudut ruangan di kamar itu, dan benar, ini bukanlah kamarnya. Lalu Adinda menoleh ke arah samping tubuhnya, dan ternyata memang benar tuan mudanya saat ini masih dalam kondisi terlelapnya.
Jadi benar, yang terjadi semalam bukanlah mimpi. Jadi laki - laki yang sudah menodainya adalah majikannya sendiri. Air mata Adinda meluncur begitu derasnya membasahi pelipisnya hingga menembus bantal yang ia kenakan semalam.
Sungguh Adinda tidak sanggup menerima kehancuran dirinya.
" Hiks..... aku sudah hancur hiks..... aku sudah tidak suci lagi ". Batin Adinda menangis.
" Aku harus pergi dari kamar ini sebelum tuan Al bangun ". Gumamnya dengan berusaha menghapus air matanya.
Adinda berusaha bangkit dari posisi berbaringnya secara perlahan. Di singkapnya selimut yang menutup tubuhnya itu. Dan terlihat jelas ada banyak bercak merah di bawah sana. Sungguh itu benar - benar menambah kehancuran hati Adinda.
Di langkahkannya kaki dan tubuh lemahnya itu, untuk memungut semua pakaian yang sudah tergeletak di lantai yang dingin itu.
Dengan sambil berurai air mata, Adinda memasang semua pakaiannya, hingga pada helaian benang terakhir yaitu hijab yang selalu setia ia kenakan sebagai penutup kepalanya, entah kenapa hatinya merasa sangat malu dengan hijab yang selalu ia kenakan.
*****
Pagi hari ini semua pekerja di rumah Al tengah sibuk dengan aktivitasnya masing -masing, kecuali Adinda, entah apa yang dilakukan oleh gadis itu.
Al mengerjapkan kelopak matanya, setelah cukup lama dirinya terlelap dalam tidur nyenyak ya akhirnya pria berbola mata biru keabu - abuan itu sadar juga.
Untung hari ini adalah hari libur kantor, jadi dirinya tidak perlu melakukan persiapan lebih. Al bangkit dari posisi tidurnya, diperhatikan nya kasur empuknya itu, kenapa berantakan sekali.
Hingga kini pandangannya terarah pada bercak merah yang mewarnai sprei kasurnya. Al mencoba mengingat kejadian apa yang terjadi sebelumnya. Di saat dirinya mengingat semuanya betapa menyesalnya ia.
" Astaga ya Tuhan, aku sudah meniduri seorang gadis, astaga siapa gadis yang sudah aku tiduri semalam? ". Ucap Al frustasi dengan meremas rambutnya.
Al mencoba mengingat siapa gadis semalam yang sudah di nodainya semalam, namun ia tidak bisa mengingatnya dengan jelas, itu semua karena kondisi rumahnya yang gelap gulita di tambah lagi kepalanya yang saat itu terasa agak pusing.
Hingga otak cerdasnya teringat akan CCTV rumahnya, ya itu adalah satu - satunya petunjuk untuk mengetahui siapa gadis semalam yang sudah ia nodai.
" Semua CCTV di rumah ini harus aku cek ". Ucap Al dan bergegas dari kasurnya.
Namun aksinya itu terhenti kala ia melihat sebuah kalung cantik yang terletak di samping bantalnya, bisa dipastikan jika kalung itu adalah milik gadis yang sudah ia nodai. Diraihnya kalung itu, dan sejalan dengan itu pula Al merasa ada yang basah dengan bantal yang satunya, bisa di pastikan jika yang basah itu adalah bekas tetesan air mata.
Rasa bersalah dan menyesal pun begitu menyelimuti hati Al. Ia sadar jika dirinya sudah menghancurkan hidup seorang gadis.
" Siapa pun kamu tolong maafkan aku, bukan maksudku untuk melakukan perbuatan keji itu dan membuat hidupmu hancur, tolong maafkan aku ". Seru Al penuh rasa bersalah dengan menggenggam erat kalung Adinda.
Bersambung..........
🌹🌹🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments
epifania rendo
mampir thor
2023-12-04
1
Praised94
Terima kasih
2023-11-08
2
Ibelmizzel
Kren kayakny.
2023-02-03
1