NovelToon NovelToon
HALIM

HALIM

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Iblis / Epik Petualangan
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: ILBERGA214

HALIM

Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.

Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.

Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 27: Misi Berbahaya di Hutan Kematian

Mentari pagi menyinari Desa Berkela, menandai awal hari yang baru. Setelah insiden memalukan yang melibatkan banci dan Nenek Misem, Halim bertekad untuk menghapus kenangan buruk itu. Namun, ada satu masalah besar yang tak bisa dia abaikan — persediaan uangnya sudah hampir habis.

"Rian, kita nggak bisa hidup dari udara doang," ucap Halim sambil menghitung sisa koin tembaga di kantong kulitnya. "Kalau begini terus, kita bisa kelaparan."

Rian yang duduk di sampingnya hanya mengangguk pelan. "Jadi, Kakak mau kerja?"

"Ya, terpaksa. Tapi bukan kerja sembarangan. Kita bakal cari misi yang bayarannya besar."

"Kalau gitu, kita ke Guild Petualang aja!" Rian bersemangat. "Katanya di sana banyak misi berbahaya tapi bayarannya tinggi!"

Halim mendengus, lalu merapikan jubahnya. "Yaudah, kita coba aja. Kalau beruntung, mungkin kita bisa dapet pekerjaan yang nggak perlu banyak risiko."

---

Guild Petualang: Tempat Para Pencari Uang dan Masalah

Guild Petualang di Desa Berkela berdiri kokoh dengan dinding batu yang dihiasi berbagai emblem petualang. Begitu Halim dan Rian masuk, aroma minuman keras bercampur keringat langsung menyeruak. Para petualang dari berbagai ras duduk berkelompok, membual tentang kemenangan mereka melawan monster-monster ganas.

"Selamat datang di Guild Petualang!" sapa seorang wanita berambut pendek di balik meja resepsionis. Namanya Mira, seorang pegawai guild yang dikenal dengan senyum ramahnya.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Ya," jawab Halim langsung. "Kami butuh misi dengan bayaran besar."

Mira mengangkat alisnya. "Kalau begitu, kalian pasti butuh sesuatu yang lebih... menantang."

Dia mengambil selembar kertas tebal berwarna hitam dari papan misi. Di atasnya tertera tulisan tegas:

"MISI: BASMI RAJA GOBLIN DI HUTAN KEMATIAN"

Hadiah: 500 koin emas

Tingkat Bahaya: S

Syarat: Minimal Level Petualang C

"500 koin emas?" Mata Halim membelalak. "Dengan uang segitu, saya bisa hidup santai selama berbulan-bulan!"

"Tapi," tambah Mira dengan nada serius. "Hutan Kematian bukan tempat main-main. Para petualang yang masuk ke sana jarang ada yang kembali."

Rian menelan ludah. "Seram banget namanya, Kak."

"Tapi kita nggak punya pilihan," ujar Halim, memantapkan hati. "Kami terima misinya."

---

Perjalanan Menuju Hutan Kematian

Setelah mempersiapkan peralatan dan membeli beberapa ramuan penyembuh dengan sisa uangnya, Halim dan Rian memulai perjalanan menuju Hutan Kematian.

Jalan setapak berdebu membawa mereka melewati perbukitan dan sungai kecil. Suara gemerisik daun dan kicauan burung membuat suasana terasa damai. Namun, semakin mendekat ke tujuan, atmosfer perlahan berubah.

Kabut tipis menyelimuti pohon-pohon tinggi yang berdiri seperti bayangan raksasa. Udara menjadi lebih lembap, disertai aroma anyir yang menusuk hidung.

"Kenapa rasanya kayak ada yang ngeliatin kita?" gumam Rian, merapat ke sisi Halim.

"Tenang aja, jangan sampai panik. Biasanya monster suka memanfaatkan rasa takut."

Namun baru beberapa langkah lagi, terdengar suara geraman rendah dari semak-semak.

"Grrr..."

"Duh, jangan bilang..."

Dari balik bayangan, beberapa goblin kecil dengan mata merah menyala muncul, membawa belati karatan.

"Kyaaaa!"

"Rian, siap-siap!" teriak Halim, mencabut pedangnya.

Tiga goblin menyerbu tanpa ragu. Halim dengan sigap menangkis serangan pertama, memutar pedangnya dan menebas salah satu goblin.

"Crack!"

Salah satu jatuh dengan suara tulang patah. Goblin yang lain berusaha menyerang dari belakang, tapi Halim berbalik cepat dan menghantam perutnya dengan gagang pedang.

"Rian, lempar batu ke yang di sana!"

Rian, meski gemetar, mengambil batu di tanah dan melemparkannya ke kepala goblin yang tersisa.

"Duk!"

"Aduh!" Goblin itu tersungkur, lalu merangkak pergi dengan melolong.

"Nice!" Halim mengacungkan jempol. "Kamu makin jago!"

Rian tersenyum tipis. "Aku cuma hoki, Kak."

"Tapi ini baru pemanasan. Kita belum ketemu Raja Goblin."

Setelah beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di tengah hutan yang lebih gelap. Pohon-pohon besar menghalangi sinar matahari, menciptakan bayangan menakutkan. Di depan mereka, sebuah gua besar menganga seperti mulut monster.

"Inilah sarangnya," gumam Halim.

"Jadi di dalam sana ada Raja Goblin?" Rian bertanya, suaranya bergetar.

"Kalau nggak ada, saya bakal minta pengembalian dana," jawab Halim sarkastis.

Mereka melangkah masuk dengan hati-hati. Suara tetesan air bergema di sepanjang lorong gelap. Di dinding, terukir simbol-simbol kuno yang bercahaya samar.

Namun tak lama kemudian, terdengar suara langkah berat.

"Grrroaaarrr!"

Dari dalam kegelapan, sosok besar dengan kulit hijau pekat muncul. Matanya merah menyala, dan mahkota tengkorak menghiasi kepalanya.

"Raja Goblin," bisik Halim.

Tanpa membuang waktu, monster itu mengayunkan gada besar ke arah mereka. Halim melompat ke samping, menghindari serangan mematikan itu.

"Rian! Jaga jarak!"

"Aye, Kak!"

Halim menyiapkan sihir api di tangannya. Energi panas berkumpul, membentuk bola api yang bersinar terang.

"Ignis Fira!"

Bola api itu meluncur deras, menghantam dada Raja Goblin. Ledakan kecil terjadi, membuat monster itu meraung kesakitan.

Namun, serangan itu hanya membuatnya semakin marah. Dengan geraman mengerikan, dia mengangkat gada dan berlari ke arah Halim.

"Astaga, monster ini keras kepala banget!"

Halim terus menghindar, menyerang balik dengan tebasan cepat. Tapi tubuh Raja Goblin begitu kuat, hampir semua serangan seperti tak berdampak.

"Rian! Ambil busur itu!"

Rian bergegas mengambil busur kayu yang tergantung di dinding gua. Dengan tangan gemetar, dia menarik tali busur dan mengarahkan anak panah ke kepala monster itu.

"S-Sekarang?!"

"Sekarang!"

"Swoosh!"

Anak panah melesat cepat, menghantam tepat di mata kanan Raja Goblin. Monster itu mengerang, berusaha mencabut anak panah yang tertancap.

"Bagus, Rian!" teriak Halim. "Sekarang giliran saya!"

Dengan seluruh kekuatannya, Halim melompat ke atas, mengarahkan pedangnya ke tengkuk monster itu.

"Finis Excalion!"

Pedang berkilau biru, menghantam Raja Goblin dengan serangan penuh energi. Suara ledakan bergema di seluruh gua.

"Graaaargh!"

Raja Goblin roboh, tubuhnya menghantam tanah dengan dentuman keras.

"Menang..." Rian menghembuskan napas lega.

"Ya, dan kita masih hidup," Halim tersenyum, meski napasnya tersengal.

Setelah memastikan monster itu benar-benar mati, mereka mengambil bukti kemenangan berupa gigi taring Raja Goblin.

"500 koin emas, siap datang!" Halim tertawa puas.

Dengan langkah gontai, mereka meninggalkan gua. Meski tubuh lelah dan penuh luka, rasa puas dan lega memenuhi hati mereka.

"Rian, kayaknya kita bisa makan enak malam ini."

"Sepakat, Kak!"

Dan dengan begitu, perjalanan mereka berlanjut — kali ini, dengan kantong yang lebih berat dan perut yang siap diisi.

1
ZeroBite
bukannya ingin menjatuhkan, kalau pakai AI tetap diedit juga. kontras antara bab 1 dan bab-bab selajutnya sangat jauh, bab 1 tulisannya agak berantakan tapi jelas tulisan manusia dan bab-bab selanjutnya rapih tapi terlalu terstruktur khas chat GPT.

sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.

ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
ERGA: jika ada saran lagi. mohon bimbingannya dan jangan sungkan
ERGA: Terimakasih sarannya kak. saya targetkan revisi kembali per 10 episode. selamat membaca
total 2 replies
⧗⃟ᷢʷ🍁🍌 ᷢ ͩW⃠J͢aeᷢz°⚡♚⃝҉𓆊🏚
Gue mampir.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.
ERGA: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!