Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Mas Randi membantu Mia membersihkan halaman belakang yang berserakan dengan sampah dari daun - daun mangga. Aku melihat betapa peduli nya Mas Randi pada Mia, dulu saat aku sibuk mengerjakan pekerjaan rumah, Mas Randi sedikit pun tidak pernah membantu ku.
"Bu, mau bibi bantu mengusir para benalu itu?" Bi Sri menawar kan bantuan nya pada ku.
"Untuk saat ini, aku belum mau mengusir mereka dari rumah ini. Aku mau puas - puasin bermain dengan mereka dulu bi, sebelum aku bosan dan membuang mereka!" Aku menjawab pertanyaan sekaligus tawaran dari bi Asih dengan senyum manis.
"Bibi setuju itu bu, ibu katakan saja jika butuh bantuan!" Bi Sri kembali menawar kan bantuan nya.
"Baik lah bi, bibi tunggu di sini dulu, aku ada pekerjaan untuk bibi!" Aku langsung naik ke kamar ku di lantai 2.
Aku ingat tadi rencana Mas Randi yang akan membawa Mia kembali ke kamar tamu ketika akun sudah tidur. Malam ini akan ku biar kan Mas Randi membawa gundik nya kembali ke kamar tamu, tapi sebelum nya aku akan membuat penyambutan yang spesial untuk mereka.
Aku menemukan ide untuk mengerjai mereka malam ini, aku menulis kan merek sebuah obat di atas kertas. Tidak lupa aku juga mengambil 2 lembar uang merah, lalu aku kembali menemui bi Sri.
"Bi, tolong beli obat ini!" Aku memberikan kertas tadi dan juga uang nya.
"Baik bu!" Bi Sri menuruti perintah ku dan dia segera pergi ke apotek tampak membantah lagi.
Aku tersenyum membayangkan apa yang akan di alami oleh 2 orang yang tidak tahu diri itu, mereka tidak tahu bahwa semua pembicaraan mereka sudah aku dengar. Aku memasang kamera di setiap sudut rumah ini, termasuk di dalam gudang dan juga di halaman belakang.
'Jangan berpikir aku istri yang bisa kau bodohi mas, aku akan menyambut kedatangan kalian malam ini dengan hal yang tidak pernah bisa kalian lupakan sepanjang hidup kalian!" Aku membatin di dalam hati.
Kurang dari setengah jam, bi Sri sudah kembali. Karena memang tidak jauh dari rumah ku, ada sebuah toko obat.
"Ini bu pesanan ibu!" Bi Sri memberikan botol berisi bubuk berwarna putih itu pada ku, tidak lupa dia juga mengembalikan uang sisa nya.
"Kembalian nya buat bibi aja ya!" Aku memberikan uang kembalikan tersebut pada bi Sri.
"Terima kasih banyak bu!" Bi Sri tersenyum senang menerima uang dari ku.
"Bibi tolong awasi mereka dulu, jangan biar kan Mas Randi masuk ke dalam rumah sebelum aku selesai!" Aku meminta tolong bi Sri untuk mengawasi kedua nya.
"Siap bu, ibu tenang saja!" Bi Sri mengacung kan jempol nya pada ku sambil tersenyum.
Aku segera masuk ke dalam kamar yang sekarang ini di tempati oleh mas Randi, aku membuka selimut nya dan mulai menabur kan bubuk putih itu di atas sprei. Setelah itu aku menutupi kasur itu dengan selimut nya kembali.
"Rasakan kamu mas, kamu dan gundik mu itu sama - sama gatal. Jadi aku tambah aja bubuk gatal ini biar kalian semakin kegatalan!" Aku tersenyum puas sambil memandang tempat tidur yang sudah aku taburi obat itu.
Aku segera keluar dari dalam kamar tamu dan menghampiri bi Sri yang masih mengawasi mereka dari pintu belakang. Aku mengkode bi Sri melalui tatapan mata ku, dan bi Sri paham dengan kode dari ku.
"Mia, sekarang kau masak sana, aku laper!" Perintah ku pada Mia yang sedang beristirahat setelah membersihkan halaman belakang.
"Aku bukan babu mu, jadi aku tidak sudi menuruti perintah mu!" Mia berkata pada ku dengan ketus.
"Baik lah, kalau begitu keluar dari tempat ini sekarang juga. Silahkan jadi gembel di luar sana!" Jawab ku dengan santai.
"Mbak, kamu keterlaluan ya. Aku ini istri nya mas Randi juga, bukan babu mu!" Mia berkata lagi dengan wajah kesal nya.
"Kalau begitu, minta mas Randi membawa mu pergi dari tempat ini, karena ini bukan lah rumah nya mas Randi dan Mas Randi juga numpang di sini!" Aku berkata lagi dengan nada penuh ejekan.
"Dek, aku ini suami mu, jadi aku berhak atas semua ini!" Mas Randi tampak kesal karena aku mengatakan bahwa dia cuma numpang di sini.
"Betul itu mas, jadi apa pun yang menjadi hak mas Randi aku juga punya hak yang sama!" Mia berkata dengan rasa percaya diri yang tinggi.
"Baiklah, kita akan lihat seperti apa hak mas Randi di rumah ini!" Aku berkata sambil melipat tangan di dada.
"Bi, bereskan semua pakaian mas Randi dan lempar ke luar sekarang juga!" Aku memberi perintah pada Bi Sri.
"Tidak, jangan Arin, jangan. Mas mohon jangan lakukan ini!" Mas Randi memohon pada ku.
"Mas, kamu itu seorang suami dan pemimpin di rumah ini, jangan mau di atur oleh wanita mandul ini!" Mia kesal melihat mas Ransi memohon pada ku.
"Jangan Rin, mas mohon!" Mas Randi kembali memohon.
"Kalau begitu bilang pada gundik mu, agar jangan membantah ku!" Aku berkata pada mas Randi.
"Baik, baik Rin. Mia, kamu masak sekarang juga!" Mas Randi beralih memerintah Mia.
"Mas, aku tidak mau!" Mia menolak perintah mas Randi.
"Jangan membantah Mia, ayo masak sekarang juga!" Mas Randi menyeret tangan Mia membawa nya masuk ke dapur.
"Bi, awasi Mia!" Aku memberi perintah pada Bi Sri.
"Siap bu!" Bi Sri menjawab sambil tersenyum puas.
Mia segera memasak dengan dibantu oleh mas Randi, dia tetap memasak walaupun dengan sangat terpaksa. Bi Sri duduk di meja makan mengawasi mereka layak nya sang majikan. Tidak lama kemudian Mia dan mas Randi selesai memasak.
"Sudah selesai, aku mau istirahat, jangan ganggu aku!" Mia berkata setelah menata makanan itu di meja makan.
Mia dan mas Randi langsung pergi ke gudang di belakang rumah, aku tersenyum puas melihat ekspresi wajah kesal Mia.
"Bu, bibi pamit dulu ya. Ini sudah sore!" Bi Sri pamit pada ku.
"Tunggu dulu bu!" Aku mencegah bi Sri untuk pulang.
Aku memasuk kan masakan Mia ke dalam sebuah rantang, aku hanya menyisakan sedikit untuk ku dan juga mas Randi saja. Sisanya aku berikan pada Bi Sri.
"Ini untuk bibi dan keluarga bibi, anggap saja bonus!" Aku memberikan rantang itu pada bi Sri.
"Wah, terima kasih banyak bu!" Bi Sri menerima rantang dari ku dengan senyum lebar.
Bi Sri segera pulang dari rumah ku dan aku pun bergegas mandi karena hari sudah sore. Aku memantau mas Randi dan Mia, mereka berdua tampak tertidur dengan pulas di dalam gudang. Seperti nya mereka sangat kelelahan hari ini, setelah insiden tadi pagi dengan obat pencahar.
Siang hari nya di sambut dengan membersihkan gudang dan bersiap akan di sambut lagi dengan kejutan dari ku nanti malam.