Oh My Baby!

Cittt...

Anton mengerem mobilnya secara mendadak saat ada sebuah mobil Jeep hitam full menghalangi jalannya.

Entah apa yang akan di lakukan mereka, yang jelas itu membuat Anton merasa kesal, hingga membuatnya memilih untuk turun dari mobilnya.

Anton paling membenci ada orang-orang yang berani menghalangi jalannya seperti ini. Tidak tahukah mereka siapa dirinya? apa maksud mereka menghalangi jalannya.

Karena tidak terima dengan semua itu, Anton memilih keluar dari mobilnya dan menghampiri pemilik mobil tersebut.

"Keluar!!!" seru Anton karena dia tidak terima ketika jalannya dihalangin.

Dia bahkan sampai mengetuk kaca mobil dengan cukup keras, hanya membuat pemilik mobil tersebut langsung keluar.

Ada 6 orang laki-laki bertubuh besar yang keluar dari mobil tersebut. Bahkan wajahnya saya terlihat sangat menyeramkan sekali.

"Siapa kalian? kenapa kalian menghalangi mobilku?" tanya Anton ketika melihat orang-orang yang baru sudah keluar dari mobil tersebut.

Salah satu dari 6 orang yang keluar dari mobil tadi langsung menjawab dengan lugas. "Karena bos kami tidak menyukai anda!" jawabnya dengan jujur karena memang mereka melakukan semua ini karena perintah dari bosnya.

Anton cukup heran dengan jawaban salah satu dari 6 orang tersebut. Apa maksudmu mengatakan bahwa bosnya tidak menyukai dirinya. Memangnya apa kesalahannya hingga membuat bos mereka mungkin.

"Bos? katakan siapa bos kalian?" tanya Anton karena merasa penasaran.

Bukannya menjawab, keenam orang tersebut saling melirik hingga membuat Anton semakin penasaran. Tapi, belum sempat dia menyuarakan isi hatinya, tiba-tiba saja sebuah pukulan menghantamnya bertubi-tubi.

Anton berusaha melawan, sayangnya dia kalah karena sehebat apapun dia memiliki background bela diri yang cukup mumpuni, tapi tetap dia kalah karena satu lawan 6 dia tidak akan bisa melawan mereka.

Akhirnya Anton tumbang dengan luka di sekujur badannya. Wajahnya babak belur, dan luka lebam hingga tergeletak di tengah jalan.

"Uhuk...uhuk..." Anton terbatuk-batuk setelah apa yang terjadi hingga membuatnya tidak bisa bergerak lagi.

Sementara orang-orang tersebut, mereka langsung pergi setelah melakukan tugasnya dan mengambil gambar bagaimana rupa dan bentuk manusia bernama Anton Pratama, lalu mereka mengirimkannya pada sosok laki-laki yang menjadi bos mereka.

Senyuman iblis terlihat begitu mengerikan sekali di wajahnya, hingga membuat sosok gadis cantik yang menjadi kesayangannya heran dan merasa penasaran dengan semua itu.

"Kenapa sih senyum terus dari tadi? Memangnya ada yang lucu ya?" tanya gadis tersebut yang tak lain adalah Rara sendiri.

Levis yang sedang memegang ponselnya langsung menutupnya begitu saja karena dia tidak ingin gadis kesayangannya ini mengetahui apa yang dia lakukan pada papinya.

"Kenapa sih? Ada yang lucu ya?" tanya Rara yang masih penasaran dengan semua ini.

"Nothing baby. Hanya mendapatkan pesan bahwa seseorang terluka cukup parah. Sesuai dengan yang aku inginkan." jawabnya dengan begitu santai hingga membuat Rara semakin penasaran.

"Seseorang terluka? Siapa yang terluka? kenapa om malah senyum gitu? Memangnya ada yang lucu dengan lukanya apa?" tanya Rara lagi.

"Bukan, tapi sudahlah. Tidak perlu membahasnya. Kita tidak harus membahas manusia tidak tau diri begitu." ujar Levis yang langsung menarik pinggul kekasihnya hingga membuat Rara duduk di pangkuannya saat ini.

"Memangnya siapa? kenapa om marah banget? Memangnya di salah apa? Dia buat salah ya sama om?" tanya Rara yang masih penasaran dengan semua ini.

"Banyak! Salah satunya membuat hal yang paling ku benci. Sudahlah, jangan memikirkan manusia bajing@n itu lagi. Sekarang sudah cantik bukan? Bagaimana jika kita jalan-jalan. Atau-" Levis menatap serius pada Rara dan sengaja menatapnya dengan genit hingga membuatnya mendapatkan sebuah cubitan nakal di lengan dan perutnya.

"Oh my God, baby! Tanganmu kecil, tapi kenapa ketika mencubit ku bisa teras panas sekali?" gerutu Levis setelah merasakan cubitan Rara di bagian lengan dan perutnya.

"Lagian kenapa ngeliatnya kayak gitu sih? Pikiran juga kotor banget tau ngak!" gerutu Rara sambil cemberut.

Bukannya menyesal, Levis malah semakin menggoda kekasihnya hingga membuat Rara semakin merasa kesal dengannya.

"Tau deh, om nyebelin!" Rara merajuk dan pergi meninggalkan laki-laki itu di sana.

Setidaknya di tempat ini Rara merasa nyaman dan mendapatkan perhatian yang begitu luar biasa dari Levis. Walau hanya ada Levis dan beberapa pembantu rumah tangga, setidaknya dia bisa merasakan kasih sayang yang begitu luar biasa darinya.

Senyuman Levis sendiri masih mengembang dengan sempurna karena berhasil membuat gadis kesayangannya itu keluar dari zona yang membuatnya sakit.

"Teruslah tersenyum seperti itu baby. Aku akan melakukan apa pun untuk membalas rasa sakit hatimu, walau itu ayahmu sendiri aku akan melakukannya untukmu, Rara." ucap Levis setelah Rara pergi meninggalkannya.

Ya, memang dia yang melakukan semua ini. Dia yang membuat Anton terkapar di jlan dengan bersimbah darah. Bahkan menurutnya itu semua belum sebanding dengan rasa sakit yang Rara alami.

Haya tinggal satu orang lagi yang akan mendapatkan hukuman darinya dan besok dia akan bertemu langsung dengan orangnya.

Sementara Anton tadi, dia meninggalkan mobilnya di pinggir jalan begitu saja dan pulang menggunakan taksi online saja.

Dia berjalan tertatih memasuki rumahnya. Langkahnya tertatih hingga membuat bik Jum yang melihatnya langsung menghampiri tuan rumahnya.

"Tuan, kenapa bisa begini?" tanya bik Jum ketika melihat bosnya babak belur.

"Gak tau bik, tadi cuma ada mobil yang ngalangi jalan saya, terus mereka 6 orang dan langsung ngeroyok saya." jawab Anton pada bik Jum.

Karena kasihan melihat bosnya membuat bik Jum langsung mengambil air kompres untuk membersihkan luka di wajah Anton.

"Bentar, pak. Bibik ambil air sama obat dulu." ucapnya sambil berlalu meninggalkan bosnya begitu saja.

Danira yang baru saja turun dari lantai dua dengan sebuah koper miliknya cukup terkejut ketika melihat wajah suaminya yang babak belur. Tapi, lebih terkejut lagi Anton ketika melihat Danira yang turun membawa koper besar miliknya.

"Apa-apaan ini Danira?" tanya Anton ketika melihat istrinya yang turun membawa kopernya.

Di satu sisi, hatinya merasa kasihan dengan keadaan Anton saat ini. Tapi di satu sisi lainnya lagi, dia merasa tidak harus memperhatikannya lagi, karena bagaimana pun Anton sudah terlalu banyak menyakiti hatinya.

"Aku tanya apa ini Danira? kenapa kamu membawa koper begini? apa yang kamu lakukan?" tanya Anton lagi.

"Aku melakukan apa yang seharusnya aku lakukan sejak dulu!" jawab Danira karena memang seharusnya dia melakukan ini sejak lama.

"Apa maksud kamu, Danira?" tanya Anton yang masih belum mengetahui apa maksud Danira melakukan semua ini.

"Kamu tidak perlu tau apa maksudku. Yang jelas aku akan pergi dari rumah ini dan aku tidak akan pernah kembali lagi!"

"Danira, apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan ini?" tanya Anton yang berusaha menyadarkan Danira untuk tidak melakukan semua ini.

"Aku sadar, dan bahkan sangat sadar. Jadi jangan menghalangiku l